Libur Panjang HUT ke-80 RI, KAI Commuter Area VI Yogyakarta Tambah 4 Perjalanan

Libur Panjang HUT ke-80 RI, KAI Commuter Area VI Yogyakarta Tambah 4 Perjalanan


Libur Panjang HUT ke-80 RI, KAI Commuter Area VI Yogyakarta Tambah 4 Perjalanan
KAI Commuter kembali mengoperasikan 4 perjalanan tambahan Commuter Line Yogyakarta–Palur.(MI/Agus Utantoro)

MENYAMBUT pelanggan pada musim libur panjang peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia ini, KAI Commuter kembali mengoperasikan 4 perjalanan tambahan Commuter Line Yogyakarta–Palur. 

Langkah ini sebagai antisipasi meningkatan animo masyarakat dan wisatawan yang berlibur ke wilayah Yogyakarta dan sekitarnya pada tanggal 16–18 Agustus. Oleh karena itu, terdapat 31 perjalanan Commuter Line Yogyakarta–Palur per hari selama periode tersebut.

VP Corporate Secretary KAI Commuter, Joni Martinus, di Yogyakarta, Jumat menjelaskan tambahan Commuter Line Yogyakarta–Palur berlangsung pada hai Sabtu hingga Senin (16–18 Agustus). “Pada periode tersebut, kami akan mengoperasikan total 31 perjalanan Commuter Line Yogyakarta–Palur setiap harinya,” jelas Joni.

Sementara itu, untuk layanan perjalanan Commuter Line Prameks relasi Yogyakarta–Kutoarjo, pada libur panjang perayaan HUT RI ini akan dioperasikan 10 perjalanan setiap harinya.

Pada libur panjang peringatan HUT RI, lanjutnya, KAI Commuter memprediksi peningkatan jumlah pengguna Commuter Line di Area VI Yogyakarta sebesar 15–17 persen dibandingkan dengan hari libur akhir pekan biasa. 

Berdasarkan data yang tercatat, Stasiun Yogyakarta kerap menjadi stasiun dengan jumlah pengguna terbanyak selama musim libur panjang, yang bisa mencapai 10–11 ribu orang per hari, sedangkan pada akhir pekan biasa rata-rata mencapai 7–8 ribu orang.

Kepada para pelanggan KAI Commuter mengimbau pengguna Commuter Line Yogya–Palur untuk memilih alternatif stasiun keberangkatan, seperti Stasiun Lempuyangan, yang rata-rata volume penggunanya sebanyak 4–5 ribu orang per hari.

Dengan penambahan perjalanan ini, diharapkan Commuter Line dapat menjadi transportasi yang efektif dan terjangkau, serta memudahkan masyarakat dan para wisatawan menuju berbagai tujuan dan destinasi wisata di wilayah Yogyakarta, Solo, hingga Karanganyar.

“Selama menggunakan layanan perjalanan dengan Commuter Line, KAI Commuter mengimbau pengguna untuk tetap mematuhi peraturan yang berlaku, menjaga dan mengawasi anak-anak, menyiapkan perjalanan dengan cermat, menjaga barang bawaan, serta mengikuti arahan petugas,” tutup Joni. (E-2)

 

 

Mengenal Bapak Pramuka Indonesia, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dari Yogyakarta

Mengenal Bapak Pramuka Indonesia, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dari Yogyakarta


Mengenal Bapak Pramuka Indonesia, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dari Yogyakarta
Mengenal Bapak Pramuka Indonesia, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dari Yogyakarta(Dok. Situs Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI)

SETIAP tanggal 14 Agustus diperingati sebagai Hari Pramuka Indonesia. Sehingga pada hari ini, Kamis, 14 Agustus 2025 merupakan momen untuk memperingati Hari Pramuka Indonesia. 

Robert Baden-Powell dikenal sebagai Bapak Pramuka (Pandu) Sedunia, sementara itu siapa yang mendapat julukan sebagai Bapak Pramuka Indonesia? Dan mengapa ia berhak mendapatkan julukan tersebut? Yuk, simak sebagai berikut. 

Perkembangan pramuka di Indonesia sudah berlangsung sejak 14 Agustus 1961. Di balik perkembangan tersebut, tentu ada perjuangan para tokoh Tanah Air. Bapak Pramuka Indonesia ialah Sri Sultan Hamengkubuwono IX. 

Profil Sri Sultan Hamengkubuwono IX

SRI Sultan Hamengkubuwono IX lahir di Yogyakarta pada 12 April 1912 di Yogyakarta. Ia lahir dengan nama asli Gusti Raden Mas Dorojatun. 

Sri Sultan Hamengkubuwono IX merupakan putra dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII dan Raden Ajeng Kustilah. Besar dan tumbuh di kalangan kerajaan memberikan pengaruh yang besar pada perkembangan karakter Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

Ia merupakan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang pertama sekaligus Wakil Presiden Indonesia Kedua yang menjabat pada 1973-1978.

Sri Sultan Hamengkubuwono IX menempuh pendidikan di Hollands Inlandse School (HIS) Yogyakarta, MULO Semarang dan AMS Bandung. Kemudian, ia melanjutkan pendidikannya di Universiteit Leiden, Belanda.

Tokoh Pemersatu Gerakan Pramuka Nasional

Sejak masih muda, Sri Sultan Hamengkubuwono IX memang sudah aktif terlibat dalam kepanduan. Pada 18 Maret 1940, Gusti Raden Mas Dorodjatun dinobatkan sebagai Sri Sultan Hamengkubuwono IX untuk menggantikan Sri Sultan Hamengkubuwono VIII.

Pada saat itu, ia sekaligus mendapatkan dua gelar yang diberikan oleh Gubernur Adam. Gelar yang pertama ialah Pangeran Adipati Anom Hamengku Negara Sudibya Raja Putra Narendra Mataram, sebagai Putra Mahkota. 

Gelar yang kedua ialah Sri Sultan Hamengkubuwana IX dengan gelar Sampéyan Dalem Ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengkubuwana Sénapati ing Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Kalifatullah ingkang Jumeneng Kaping Sanga.

Setelah mendapatkan kedua gelar tersebut, peran Sri Sultan Hamengkubuwono IX pun semakin menonjol dalam mempersatukan kepanduan, terutama ketika Presiden Soekarno mengajaknya membentuk organisasi untuk mempersatukan kepanduan. 

Sri Sultan Hamengkubuwono IX bersama beberapa tokoh lainnya akhirnya membentuk Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka pada 9 Maret 1961. Lalu, lahir  Keputusan Presiden RI No. 238 tahun 1961 tentang pendirian Gerakan Pramuka pada 14 Agustus 1961. 

Kata Pramuka diambil dari Poromuko yang artinya prajurit terdepan. Selain itu, juga juga merupakan singkatan dari Praja Muda Karana.

Tri Satya Pramuka dan Dasa Dharma Pramuka

Pada tahun 1961-1974, Sri Sultan Hamengkubuwono IX menjadi Ketua Kwartis Nasional selama empat periode. Jasa dan kontribusi Sri Sultan Hamengkubuwono IX dalam kepanduan salah satunya terlihat dari Tri Satya Pramuka dan Dasa Dharma Pramuka yang diperkenalkan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

Sampai saat ini, Tri Satya Pramuka dan Dasa Dharma Pramuka menjadi pedoman bagi seluruh anggota pramuka di Indonesia. Seragam Pramuka ditetapkan dengan warna cokelat muda untuk atasan dan cokelat tua untuk bawahan yang melambangkan tanah dan air.

Penghargaan 

Sri Sultan Hamengkubuwono IX mendapatkan penghargaan internasional atas dedikasi dan kontribusi besarnya. Ia meraih penghargaan Bronze Wolf Award dari World Organization of the Scout Movement pada 1973.

Bronze Wold Award merupakan penghargaan tertinggi dan satu-satunya dari World Organization of the Scout Movement (WOSM) kepada orang-orang yang berjasa besar dalam pengembangan kepramukaan. 

Tak hanya itu, Hamengkubuwono IX juga mendapatkan penghargaan Silver World Award 1972 dari Boy Scouts of America.

Sri Sultan Hamengkubuwono IX meninggal dunia pada 2 Oktober 1988 di Washington DC, Amerika Serikat. Ia dimakamkan di Imogiri, Bantul, Yogyakarta. (Nas/I-1)