Pemerintah Cari Utang Luar Negeri Rp72 Triliun, Sulap Pesisir Jadi ‘Maldives’

Pemerintah Cari Utang Luar Negeri Rp72 Triliun, Sulap Pesisir Jadi ‘Maldives’



loading…

Pemerintah melalui Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) berencana mengajukan pinjaman luar negeri untuk mendanai penataan kawasan pesisir. FOTO/Antara/dok.SindoNews

JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) berencana mengajukan pinjaman luar negeri sebesar USD4,5 miliar atau setara Rp72 triliun untuk mendanai penataan kawasan kumuh dan wilayah pesisir di berbagai daerah.

Wakil Menteri PKP Fahri Hamzah mengatakan pembiayaan tersebut akan difokuskan pada perencanaan jangka panjang untuk peningkatan kualitas hunian khususnya di wilayah-wilayah yang belum layak huni.

“Kalau pinjaman luar negeri yang kami usulkan ini disetujui, nilainya sekitar USD4,5 miliar. Ini sudah dalam tahap pembahasan dan akan menjadi sumber pendanaan strategis,” ujar Fahri saat ditemui di Jakarta, Kamis (7/8).

Baca Juga: Anggaran Program 3 Juta Rumah Rp49 Triliun di 2026, Paling Banyak untuk Renovasi

Ia menjelaskan program ini merupakan bagian dari prioritas pembangunan Presiden Prabowo Subianto dalam mempercepat penataan kawasan kumuh dan pesisir secara nasional. Saat ini, pemerintah mencatat terdapat sedikitnya 12.987 kawasan pesisir di seluruh Indonesia yang memerlukan penataan. Langkah tersebut dinilai penting untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan mendorong potensi ekonomi kawasan.

Danantara Ambil Alih Penyelesaian Utang Proyek Kereta Cepat

Danantara Ambil Alih Penyelesaian Utang Proyek Kereta Cepat



loading…

Danantara mengumumkan akan segera mengambil langkah restrukturisasi utang untuk proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. FOTO/dok.SindoNews

JAKARTA – Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara mengumumkan akan segera mengambil langkah restrukturisasi utang untuk proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh. Langkah ini diambil alih Danantara untuk mengatasi beban utang yang menjadi sorotan.

CEO Danantara Rosan Roeslani memastikan proses restrukturisasi utang ini dilakukan secara menyeluruh tidak hanya menunda masalah.

“Kita akan umumkan langkah-langkah kita dalam langkah merestrukturasi dari KCIC atau Whoosh ini,” kata Rosan saat ditemui awak media di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa (5/8).

Baca Juga: Komisaris dan Direksi BUMN Tak Lagi Terima Tantiem, CIO Danantara: Pendapatan Bulanan Tetap Layak

Menteri Investasi dan Hilirisasi ini juga mengatakan skema penyelesaian utang PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) harus tuntas dan tidak meninggalkan persoalan baru. “Kalau kita melakukan suatu corporate action, itu tuntas. Jadi bukan hanya sifatnya menunda masalah,” tegas dia.

Utang Membengkak Sentuh Rp603.174 Triliun

Utang Membengkak Sentuh Rp603.174 Triliun



loading…

Miliarder Ray Dalio mengeluarkan peringatan paling serius untuk Amerika, terkait utang yang membengkak hingga mencapai USD37 triliun atau setara Rp603.174 triliun. Foto/Dok

JAKARTA – Miliarder Ray Dalio mengeluarkan peringatan paling serius untuk Amerika, terkait utang yang membengkak hingga mencapai USD37 triliun atau setara Rp603.174 triliun (kurs Rp16.302 per USD). Pendiri hedge fund terbesar itu menyamakan krisis utang yang terus meningkat di Amerika Serikat (AS) dengan ‘serangan jantung ekonomi’ yang akan datang.

Dewan penasihat BPI Danantara itu juga mendesak para pembuat kebijakan di AS untuk kembali mempertimbangkan disiplin fiskal yang menjadi ciri masa booming tahun 1990-an. Alarm Dalio disampaikan dalam serangkaian postingan media sosial dan wawancara, termasuk dengan Diane Brady dari Fortune.

Peringatan Ray Dalio muncul saat utang nasional AS mendekati USD37 triliun dan defisit federal terus membengkak, memicu kecemasan bipartisan tentang kesehatan keuangan negara. Dalio, pendiri Bridgewater Associates menggambarkan spiral defisit Amerika dalam istilah yang dramatis dan menyentuh.

“Kami menghabiskan 40% lebih banyak daripada yang kami terima, dan ini menjadi masalah kronis,” katanya dalam penampilan terbaru di Fox Business.

Baca Juga: Membaca Kematian Dolar dan Tumpukan Utang AS Rp591.735 Triliun, Seberapa Gawat?

“Apa yang Anda lihat adalah pembayaran layanan utang … jauh masuk menyusut, jadi ini seperti plak di arteri yang mengurangi daya beli,” paparnya.

Analogi ini menyoroti kenyataan suram: Pembayaran utang telah membengkak sebagai bagian dari pengeluaran pemerintah, dimana semakin menggeser dana untuk prioritas lainnya. Dalio memperingatkan, bahwa AS berada di dekat titik kritis di mana ia harus mengeluarkan utang baru hanya untuk membayar bunga atas kewajiban yang ada—sebuah siklus yang dia katakan bisa memicu tidak hanya guncangan keuangan, tetapi juga keruntuhan sistemik yang mengingatkan pada serangan jantung.