Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (IPK) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bersama Menteri Transmigrasi (Mentrans) Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanagara melakukan panen raya tebu di kawasan kebun tebu milik PT Muria Sumba Man(MI/Naufal Zuhdi)
MENTERI Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (IPK) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bersama Menteri Transmigrasi (Mentrans) Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanagara melakukan panen raya tebu di kawasan kebun tebu milik PT Muria Sumba Manis, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, Selasa (19/8).
“Di lokasi ini hadir sebuah industri penting untuk mendukung tercapainya ketahanan sekaligus kewaspadaan pangan, utamanya gula. Ini menjadi salah satu prioritas Presiden Prabowo Subianto,” ujar AHY.
Ia mengungkapkan, kehadirannya di Sumba Timur merupakan bagian dari komitmen mengawal elemen penting, khususnya bagaimana seluruh daerah Indonesia, terutama daerah yang selama ini dinyatakan tertinggal karena tingkat kemiskinan masih tinggi, serta tantangan alam yang tidak mudah, dapat terus berkembang.
Baca juga : Mentrans Tegaskan Butuh Kolaborasi Lintas Sektor untuk Bangun Kawasan Transmigrasi
“Di sini cuacanya sangat menantang, panas, tanah kering, berbatu, tandus, dan sulit dikembangkan menjadi perkebunan. Namun, justru di balik semua tantangan alam itu, ada potensi luar biasa. Hal ini membutuhkan teknologi, inovasi, sekaligus keberanian pemerintah dan dunia usaha untuk membuka lahan-lahan yang secara alami dianggap mustahil bisa menghadirkan industri yang sukses, termasuk industri gula,” tegas AHY.
Ia menyampaikan, meski menghadapi tantangan utamanya dari alam, PT MSM yang berlokasi di Subang Timur bisa menghasilkan gula dengan kualitas baik berkat treatment teknologi tinggi sehingga bisa semakin kompetitif di dalam negeri, bahkan juga dunia.
AHY menyampaikan, industri gula PT MSM telah berhasil menyerap sebanyak 3.500 tenaga kerja tetap bahkan bisa mencapai 6.000 tenaga kerja yang terserap saat memasuki musim panen.
Baca juga : Puluhan Ribu Gula tidak Terserap Pasar, Petani di Jatim Ancam Mogok Massal
“Artinya, dengan dukungan industri yang baik dan infrastruktur memadai, jalan, pelabuhan, serta fasilitas lainnya, produktivitas bisa terus ditingkatkan. Kawasan ini juga tidak hanya difokuskan untuk gula, tetapi bisa dikembangkan bagi sektor lain agar masyarakat lebih nyaman,” tutur AHY.
Di kesempatan yang sama, Mentrans Iftitah menyatakan bahwa kawasan Melolo menjadi bukti bahwa tanah kering dan tandus justru bisa memberikan peluang besar.
“Curah hujan rendah menghasilkan kadar gula lebih tinggi dibanding Jawa dan Sumatra, sehingga dari segi produktivitas jauh lebih baik,” ungkapnya.
Selain itu, Iftitah mengatakan bahwa Kementrans juga akan memperbarui Memorandum of Understanding (MoU) dengan PT MSM yang sebelumnya telah disepakati pada 2017 silam.
“MoU tersebut sedang diperbarui agar tidak hanya terkait lahan, tetapi juga menyerap tenaga kerja dari transmigran. Targetnya, 50% lahan HGU yang dimiliki PT MSM akan dikembangkan, sementara 50% lainnya dari HPL transmigrasi juga akan dikembangkan. Proyeksi ke depan, dalam 6–7 tahun, dari lahan transmigrasi 10.000 hektare hingga rencana 16.000 hektare, bisa menyerap 11.200 tenaga kerja,” pungkas Iftitah. (Fal/E-1)
INDONESIA sebagai negara tropis menjadikan air conditioner (AC) sebagai salah satu perangkat rumah tangga yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Namun, menemukan AC yang menggabungkan kualitas terbaik, teknologi mutakhir, dan desain stylish bukanlah hal mudah.
Menjawab kebutuhan tersebut, Comfee, merek peralatan rumah tangga yang telah sukses di Eropa, Amerika Utara, Amerika Latin, dan Asia, resmi memasuki pasar Indonesia. Pada 27 Juli 2025, Comfee meluncurkan lini pendingin ruangan andalan perdananya di Tanah Air, AC Comfee Gusto. AC ini dirancang khusus untuk generasi muda dan pasar Asia, terutama kawasan ASEAN yang memiliki bonus demografi anak muda melimpah.
Dengan slogan Live Joyfully with Comfee, Comfee mengusung misi menghadirkan teknologi pendinginan yang bukan hanya fungsional, tetapi juga penuh makna dan ekspresi. Desain elegan dan fitur canggih pada Comfee Gusto dihadirkan untuk mencerminkan nilai-nilai generasi muda masa kini yakni kenyamanan, kemudahan modern, kesenangan emosional, dan kebebasan berekspresi.
Baca juga : Kantongi Tiga Sertifikasi ISO, Daikin Buka Pabrik di Indonesia
Kesuksesan Comfee di pasar global telah terbukti, dengan pencapaian posisi Nomor 1 dalam penjualan unit AC di Jerman. Melalui Gusto, Comfee berharap setiap momen menyejukkan dapat menjadi pengalaman yang menyenangkan dan terhubung hingga lintas generasi di Indonesia.
“Sebagai negara beriklim tropis yang sangat besar, Indonesia menjadi pangsa pasar menjanjikan bagi Comfee. Untuk itu kami hadir menjawab kebutuhan rumah tangga generasi muda dalam menyediakan pendingin ruangan dengan teknologi mutakhir,” ujar Head of Sales AC Comfee Indonesia Ighvar Rabbighfirly dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu (13/8).
Comfee Gusto hadir dengan berlapis emas (Gold Fin) yang membuatnya tahan lama serta resisten terhadap oksidasi dan korosi. Teknologi Active Clean+ yang dibenamkan mampu membersihkan lebih banyak debu dan bakteri, sehingga menjaga unit tetap higienis dan bertenaga optimal.
AC ini juga ramah lingkungan, hemat energi, dan tetap stabil meski terjadi fluktuasi daya listrik. Tidak hanya itu, desainnya memungkinkan pemasangan yang mudah dan praktis, sehingga memberikan efisiensi waktu dan tenaga bagi penggunanya. (E-4)
Industri pertahanan Indonesia dinilai telah memiliki fondasi yang kuat untuk berkembang menjadi kekuatan regional. Namun, tantangan besar masih membayangi, terutama dalam penguasaan teknologi kunci, integrasi riset, dan pengelolaan sumber daya manusia.
Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi mengatakan sejumlah BUMN pertahanan seperti PT Penataran Angkatan Laut (PAL) Indonesia, PT Perindustrian Angkatan Darat (Pindad), dan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) telah membuktikan kapasitas produksinya.
Bahkan di beberapa proyek, Indonesia sudah menerapkan skema offset transfer teknologi dan joint production. Salah satunya, pembuatan kapal selam yang sebagian prosesnya dilakukan di PT PAL.
Baca juga : Naval Group dan PT PAL Bentuk Energy Research Lab Kembangkan Mesin Kapal Selam
“PT PAL ini termasuk yang paling oke. Proses pembangunan kapal selam dari Korea pun sebagian dilakukan di sana. Artinya, transfer teknologinya berjalan dan kemampuan dasar kita sudah ada,” ujar Fahmi, Kamis (14/8).
Menurutnya, untuk sektor perkapalan, Indonesia tergolong aman. Selain fasilitas milik PT PAL, terdapat banyak galangan kapal swasta yang bisa dilibatkan untuk produksi maupun perawatan kapal militer.
“Tidak kalah PT PAL. Sekarang ada proyek fregat (kapal perang) Merah Putih, kapal selam baru, kapal patroli cepat, dan kapal bantu logistik. Industri swasta juga sudah bikin kapal angkut personel dan kapal serbu cepat. Jadi kalau bicara kemampuan dasar, kita aman dan siap,” terangnya.
Baca juga : Dorong Pertumbuhan Ekonomi Lewat Inovasi Berbasis SDM
Meski begitu, Fahmi menekankan kemandirian pertahanan tidak berarti menutup pintu impor sepenuhnya. Pembelian alutsista dari luar negeri juga memiliki peran strategis. “Ibaratnya, kita belanja di warung tetangga untuk menjaga hubungan baik,” katanya.
Ia menyoroti sektor drone sebagai salah satu kebutuhan pertahanan yang potensinya besar namun belum tergarap optimal. Hambatan utamanya adalah keterbatasan akses terhadap teknologi kunci seperti sistem persenjataan, radar, dan sensor. “Tanpa penguasaan teknologi kunci, kita hanya jadi perakit. Bodinya kita buat, tapi komponennya beli dari luar,” jelasnya.
Kondisi kekuatan udara pun tak luput dari perhatian. Walau jumlah pesawat tempur Indonesia relatif banyak, lebih dari separuhnya sudah tua dan mendekati batas usia pakai. Menurut Fahmi, peremajaan alutsista udara sangat mendesak, apalagi tren peperangan modern semakin bergantung pada teknologi jarak jauh dan drone.
Ia memandang pembentukan holding BUMN pertahanan, Defend ID, sebagai langkah positif untuk memusatkan kekuatan industri dan memperjelas arah pengembangan. Namun, hal itu harus dibarengi roadmap yang jelas, ekosistem riset lintas sektor, dan pendanaan memadai.
“Kalau kapasitas bikin seribu unit, jangan cuma dipakai sepuluh. Bangun pasarnya, kembangkan rantai pasoknya. Presiden dan Menhan sudah mulai rintis, tapi pelaksananya harus kolaboratif, bukan saling bersaing,” tuturnya.
Fahmi juga menyoroti pentingnya pengelolaan sumber daya manusia berkualitas, termasuk memanfaatkan diaspora Indonesia yang memiliki keahlian di bidang teknologi pertahanan. “Memanggil mereka pulang itu nggak cukup. Harus ada tempat yang layak dan tepat, jangan sampai malah menganggur,” pungkasnya. (E-3)
PERNYATAAN CEO Nvidia, Jensen Huang, baru-baru ini yang menyatakan pentingnya penguasaan ilmu fisika, ramai menjadi perbincangan di ruang publik. Ketika pemimpin perusahaan cip terbesar dunia menyerukan pentingnya fisika, Indonesia semestinya tidak tinggal diam. Apalagi jika masa depan peradaban digital dengan kecerdasan buatan sebagai motornya justru ditentukan oleh cabang sains yang selama ini dianggap terlalu teoretis.
Sejarah membuktikan bahwa loncatan teknologi terbesar dalam seratus tahun terakhir–dari semikonduktor yang sifat kelistrikannya dapat dikontrol hingga laser berupa cahaya dengan koherensi sangat tinggi–berakar pada fisika, khususnya fisika kuantum. Cabang inilah yang melandasi hadirnya teknologi modern, termasuk cip semikonduktor yang kini menjadi inti dari segala perangkat digital seperti prosesor yang menjadi otak sebuah komputer.
Kini, fisika kuantum melahirkan kembali revolusi baru: teknologi kuantum. Sebuah teknologi yang menggunakan prinsip-prinsip fisika kuantum untuk keperluan komputasi, komunikasi dan penginderaan. Teknologi ini, jika tidak segera kita kuasai, berpotensi mengancam keamanan dan kedaulatan nasional di masa depan.
Baca juga : Jelang HUT ke-80 RI, Prabowo Tegaskan Masa Depan Indonesia Cerah
Jika pada era permulaan berkembang pesatnya teknologi semikonduktor pada 70-an kita tertinggal, akankah kita kembali menjadi penonton ketika babak baru teknologi kuantum ini dimulai? Untuk menghindarinya, diperlukan kesadaran sejak dini dan inisiatif nasional yang terencana dan terukur serta melibatkan semua komponen bangsa.
FISIKA DAN TEKNOLOGI KUANTUM
Baca juga : Benarkah Alien dan Alam Semesta Paralel Itu Nyata? Ini Kata Guru Besar Fisika Teori IPB University
Fisika kuantum dibangun di atas teori yang dirumuskan awal abad ke-20 oleh para fisikawan seperti W Heisenberg, E Schrodinger, PAM Dirac, dan lainnya, melanjutkan fondasi yang diletakkan oleh M Planck, N Bohr, dan A Einstein. Teori ini mampu menggambarkan dan memprediksi fenomena di skala mikroskopik, dari partikel elementer berukuran lebih kecil dari atom hingga nanomaterial yang berukuran satu meter dibagi satu miliar.
Signifikansi fisika kuantum bagi teknologi saat ini sangat nyata: desain prosesor dengan transistor tiga nanometer yang banyak dijumpai pada komputer terbaru saat ini, misalnya, menuntut pemahaman perilaku probabilistik elektron di dalam semikonduktor. Sementara itu, efisiensi luar biasa dalam proses fotosintesis tumbuhan diyakini melibatkan efek terobosan kuantum. Pemahaman ini membuka jalan bagi pengembangan material untuk sistem sel surya generasi baru terinspirasi alam (bioinspired solar-cell) yang jauh lebih efisien.
Tak hanya melahirkan material-material maju untuk aplikasi teknologi konvensional, fisika kuantum juga telah memberikan cakrawala baru teknologi kuantum yang membuka peluang bagi serangkaian terobosan revolusioner: komputer kuantum dengan kemampuan menyelesaikan perhitungan yang mustahil bagi komputer konvensional; komunikasi kuantum dengan enkripsi yang tak bisa diretas hingga penginderaan MRI kuantum dengan resolusi atomik, yang jauh mengungguli MRI konvensional. Adopsi teknologi kuantum secara global di bidang-bidang strategis seperti keuangan, kesehatan, dan pertahanan patut diduga segera menjadi keniscayaan dalam waktu dekat.
Jika teknologi semikonduktor saat ini komponen utamanya adalah cip semikonduktor yang berbasis transistor, inti dari teknologi kuantum ialah cip kuantum berbasis qubit yang dapat terbuat dari material titik-kuantum, superkonduktor ataupun foton.
Pada tahap awal perkembangan teknologi kuantum seperti yang kita saksikan saat ini, pendanaan yang besar dan jumlah kritis SDM bidang kuantum yang memadai mutlak diperlukan. Berbeda dengan teknologi semikonduktor yang saat ini praktis telah diambil alih oleh dunia industri swasta, secara global perkembangan teknologi kuantum relatif masih didominasi oleh negara.
PERKEMBANGAN PERSAINGAN GLOBAL DAN PELUANG INDONESIA
Potensi nilai ekonomi dari teknologi kuantum secara global diproyeksikan mencapai US$620 hingga 1.270 miliar per tahun sebelum 2035 (McKinsey, 2022). Seiring dengan itu, jumlah perusahaan rintisan di sektor ini meningkat tajam sejak 2015, menandai percepatan investasi dan inovasi di berbagai belahan dunia.
Menanggapi dinamika tersebut, Uni Eropa meluncurkan European Quantum Flagship pada 2017 dengan alokasi pendanaan sebesar US$1 miliar. Mereka berupaya mengejar dominasi riset yang telah lebih dahulu dimiliki Jepang, Amerika Serikat, dan Tiongkok. Secara global, tak kurang dari US$40 miliar telah dialokasikan untuk riset kuantum. Ini menandai bukan sekadar tren teknologi, tetapi eskalasi kompetisi strategis antarnegara.
Di kawasan ASEAN, beberapa negara seperti Malaysia dan Vietnam juga telah merespons melalui pendanaan yang signifikan bagi pengembangan ekosistem riset serta telah memiliki sejumlah paten internasional teknologi kuantum. Sementara itu, Indonesia masih belum memiliki peta jalan nasional yang jelas di saat negara-negara tetangga sudah menancapkan benderanya di ajang kuantum global.
Indonesia masih tertinggal dalam memulai penguasaannya. Hal ini tecermin antara lain dari baru satu paten diberi internasional teknologi kuantum dari Indonesia yang terdaftar di World Intellectual Property Organization (WIPO, 2023) dan lima paten diberi nasional di Pangkalan Data Kekayaan Intelektual (PDKI). Sementara itu, berdasarkan data Scopus dengan kata kunci ‘quantum-key-distribution’, hanya ada 14 publikasi Indonesia dari 5.929 total publikasi global atau hanya 0.15% kontribusi.
Minimnya perhatian terhadap pengembangan SDM dan fasilitas riset kuantum dalam agenda riset nasional patut dicermati sebagai penyebab utama ketertinggalan tersebut. Tanpa langkah strategis dan eksplisit menjadikan riset kuantum sebagai prioritas di perguruan tinggi (PT) ataupun BRIN, Indonesia akan terus berada di luar arena pertarungan teknologi masa depan dan terus menjadi pengekor.
Sebagai respons awal, beberapa waktu lalu sekelompok fisikawan dan rekayasawan dari BRIN dan berbagai PT seperti Binus, IPB, ITB, ITS, UGM, UI dan lainnya mendeklarasikan Indonesia Quantum Initiative (IQI) di kawasan Sains dan Teknologi (KST) BJ Habibie, Serpong. Inisiatif ini lahir dari akar rumput komunitas ilmiah Indonesia. IQI menyerukan pentingnya penguasaan dan pengembangan teknologi kuantum serta pembangunan ekosistem riset dalam negeri yang mendukungnya.
IQI berfokus pada dua hal mendasar. Pertama, penguatan SDM dengan mengirimkan putra-putri terbaik bangsa menempuh pendidikan dan riset di bidang kuantum, baik di dalam maupun luar negeri. Kedua, pembangunan infrastruktur riset yang layak dan berkelanjutan.
Target jangka pendek IQI adalah mengembangkan cip kuantum pertama buatan Indonesia. Ini sebuah milestone strategis. Sebab, dalam ekosistem teknologi kuantum, cip kuantum ialah inti: jika teknologi kuantum ialah kendaraan masa depan, cip ialah mesinnya.
Fabrikasi cip dapat diawali melalui kerja sama dengan fasilitas luar negeri, sementara desain dilakukan di dalam negeri. Target jangka menengah adalah penguasaan pembuatan qubit, baik dari titik-kuantum, superkonduktor maupun foton. Dalam jangka panjang, yaitu mewujudkan komputer kuantum pertama Indonesia melalui kolaborasi dengan dunia industri.
Namun, semua fokus dan target itu mustahil tanpa peta jalan nasional yang jelas: dengan tenggat, sasaran konkret, dan dukungan anggaran berkelanjutan. Inisiatif seperti National Quantum Mission (NQM) yang diluncurkan India untuk periode 2023-2031 layak dijadikan acuan. Pertanyaannya: akankah Indonesia membiarkan momentum ini berlalu begitu saja atau mulai melangkah secara terukur dan memanfaatkan peluang yang ada?
EFEK TEROBOSAN KUANTUM DAN LOMPATAN KE MASA DEPAN
Apakah Indonesia masih berpeluang mengejar ketertinggalan dalam teknologi kuantum? Dalam dunia kuantum, terdapat satu fenomena penting yang bisa menjadi inspirasi: efek terobosan kuantum yang mana partikel elementer seperti elektron berenergi rendah mampu menembus penghalang energi tinggi atau dapat diilustrasikan seperti sebuah kelereng yang dilemparkan dengan lambat dan berenergi rendah, tetapi bisa menembus tembok beton.
Pelajaran dari fenomena ini jelas: keterbatasan bukan alasan untuk menyerah. Hambatan fiskal, kelembagaan, atau infrastruktur tidak boleh dijadikan dalih. Justru di balik hambatan itulah peluang untuk melampaui batas dapat ditemukan.
Dengan semangat gotong royong–nilai budaya yang kerap menjadi penopang bangsa di saat krisis–kita bisa menciptakan efek terobosan nasional untuk mengejar ketertinggalan di bidang kuantum. Deklarasi IQI yang digagas dari Serpong adalah awal yang menjanjikan. Kini saatnya negara menyambut dan mewujudkannya dalam bentuk komitmen strategis jangka panjang.
Diperlukan kolaborasi erat antarelemen: ilmuwan, rekayasawan, industriawan, pemerintah, dan parlemen. Masing-masing memiliki peran dan tanggung jawab dalam membangun ekosistem riset kuantum yang solid. Tanpa itu, Indonesia akan terus menjadi konsumen teknologi kuantum negara lain dengan segala risiko terhadap kedaulatan digital dan keamanan nasional yang menyertainya.
Bertepatan dengan Tahun Kuantum Internasional 2025 yang memperingati 100 tahun lahirnya mekanika kuantum, Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas) pada 10 Agustus kemarin, yang didahului Konvensi Sains, Teknologi & Industri Indonesia (KSTI) pada 7-9 Agustus 2025, selayaknya menjadi penanda awal dijadikannya penguasaan dan pengembangan teknologi kuantum sebagai agenda kebijakan negara. Bukan demi gengsi teknologi, mainkan demi martabat bangsa di tengah ekonomi masa depan yang makin digerakkan oleh inovasi teknologi berbasis sains. Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Indonesia bisa–dan harus–melompat!
PERNAHKAH kamu mendengar istilah device adalah alat yang digunakan dalam teknologi? Dalam dunia modern, device atau perangkat teknologi menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita. Dari smartphone hingga komputer, device membantu kita bekerja, berkomunikasi, dan menikmati hiburan. Artikel ini akan menjelaskan arti device, jenis-jenisnya, dan mengapa perangkat ini begitu penting.
Apa Itu Device dalam Teknologi?
Device adalah alat atau perangkat elektronik yang dirancang untuk menjalankan tugas tertentu, seperti memproses data, menyimpan informasi, atau menghubungkan pengguna dengan dunia digital. Contohnya termasuk laptop, tablet, dan smartwatch. Perangkat ini biasanya memiliki perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) yang bekerja bersama untuk memberikan fungsi spesifik.
Jenis-Jenis Device yang Perlu Kamu Tahu
Ada banyak jenis device yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut beberapa di antaranya:
Perangkat Input: Seperti keyboard dan mouse, digunakan untuk memasukkan data ke komputer.
Perangkat Output: Contohnya monitor dan printer, yang menampilkan atau menghasilkan informasi.
Perangkat Penyimpanan: Seperti hard drive dan USB flash drive, untuk menyimpan data.
Perangkat Jaringan: Router dan modem, yang menghubungkan perangkat ke internet.
Perangkat Mobile: Smartphone dan tablet, yang menggabungkan banyak fungsi dalam satu alat.
Peran Device dalam Kehidupan Sehari-hari
Device adalah kunci utama dalam transformasi digital. Misalnya, smartphone memungkinkan kita mengakses informasi kapan saja, di mana saja. Di tempat kerja, komputer dan server membantu menyelesaikan tugas dengan cepat. Bahkan di rumah, perangkat seperti smart TV membuat hiburan lebih interaktif. Tanpa device, dunia teknologi tidak akan berkembang seperti sekarang.
Mengapa Device Penting untuk Masa Depan?
Dengan kemajuan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dan Internet of Things (IoT), peran device semakin besar. Perangkat pintar, seperti asisten virtual dan peralatan rumah pintar, membuat hidup lebih mudah dan efisien. Device adalah fondasi dari inovasi teknologi yang terus berkembang, menghubungkan manusia dengan masa depan yang lebih canggih.
Kesimpulan
Jadi, device adalah perangkat teknologi yang memudahkan hidup kita, dari komunikasi hingga pekerjaan. Dengan berbagai jenis dan fungsinya, device menjadi tulang punggung dunia digital. Yuk, pelajari lebih lanjut tentang perangkat favoritmu dan bagaimana mereka mengubah cara kita hidup!
...
►
Necessary cookies enable essential site features like secure log-ins and consent preference adjustments. They do not store personal data.
None
►
Functional cookies support features like content sharing on social media, collecting feedback, and enabling third-party tools.
None
►
Analytical cookies track visitor interactions, providing insights on metrics like visitor count, bounce rate, and traffic sources.
None
►
Advertisement cookies deliver personalized ads based on your previous visits and analyze the effectiveness of ad campaigns.
None
►
Unclassified cookies are cookies that we are in the process of classifying, together with the providers of individual cookies.