Koalisi Sipil Soroti Bahayanya Pergeseran Fungsi Militer di Era Prabowo

Koalisi Sipil Soroti Bahayanya Pergeseran Fungsi Militer di Era Prabowo


Koalisi Sipil Soroti Bahayanya Pergeseran Fungsi Militer di Era Prabowo
Warga melintas di dekat karangan bunga ucapan selamat atas peresmian Komando Daerah Militer (Kodam) XIX/Tuanku Tambusai, di Pekanbaru, Riau(ANTARA FOTO/Rony Muharrman)

Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) mengatakan fungsi utama Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebagai alat pertahanan untuk menjaga kedaulatan dari ancaman sudah bergeser jauh. 

Ketua YLBHI Muhammad Isnur menyoroti pidato kenegaraan Presiden Prabowo Subianto dalam sidang tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau MPR pada HUT Republik Indonesia ke 80. 

“Sekarang tentara menjaga kekayaan, kan itu sangat jauh dari fungsi mereka yang urusannya pertahanan dan kedaulatan,” ucap Isnur dalam keterangannya pada Minggu (17/8).  

Isnur juga mempertanyakan pergeseran tugas dan fungsi pokok militer itu. Menurutnya, fungsi pertahanan seharusnya diartikan sebagai mempertahankan kedaulatan dari ancaman luar. “Kok sekarang untuk menjaga kekayaan malah dibentuk kodam-kodam baru?” ucap Isnur.

Selain itu, Isnur menilai pembentukan ekspansi struktur militer yang meliputi penambahan kodam-kodam tersebut justru menyiratkan adanya ancaman dari dalam negara.

“Kalau komando di teritori itu artinya apa? Ancaman dari dalam. Dan cara pandang ancaman pertahanan dari dalam ini keliru. Yang harus diperkuat itu sebenarnya angkatan laut, angkatan udara,” ujarnya. 

Lebih jauh, Isnur pun menyoroti bahwa pidato kenegaraan Prabowo Subianto sama sekali tidak menyinggung hak asasi manusia. Tak hanya itu, pidato tersebut juga tidak menyinggung soal kebebasan berekspresi bagi warga Indonesia.

Isnur menerjemahkan ini sebagai langkah Prabowo menggenjot pertumbuhan dengan pendekatan militeristik atau pendekatan berbasis kekuatan keamanan. “Tapi di sisi lain, enggak diberikan jaminan kebebasan berekspresi, berpendapat, maupun pemenuhan hak asasi manusia,” kata Isnur.

Isnur juga menyayangkan isu perlindungan HAM maupun kebebasan berekspresi yang tak masuk dalam pidato kenegaraan. Menurutnya, hal itu menjadi alarm tidak adanya perhatian khusus pemerintah terhadap penegakan HAM.

“Tidak ada satu kalipun Presiden menyebut perlindungan Hak Asasi Manusia ataupun kebebasan berpendapat,” tegas Isnur.

Ia juga mengingatkan bahwa proyek-proyek pembangunan yang dibanggakan Presiden seringkali justru menghadirkan korban. 

“Dalam proyek-proyek yang dia banggakan, masyarakat adat kehilangan tanahnya dan menjadi korban kriminalisasi. Masyarakat adat yang digusur itu nyata, tapi tak disebutkan. Presiden seperti tidak tahu apa yang benar-benar dirasakan rakyat,” pungkasnya. 

Selain itu, dalam pidatonya Prabowo mengatakan bahwa penertiban dalam sektor Sumber Daya Alam (SDA) akan dilakukan dengan tegas melibatkan TNI demi kelestarian alam dan kesejahteraan bangsa. 

Peneliti Greenpeace Indonesia, Iqbal Damanik mengatakan pola pikir tersebut mengabaikan urgensi ekologis dan akan memperkuat logika kekuasaan berbasis militer.

“Praktik militerisasi sudah nyata terlihat di lapangan. Di Merauke misalnya, dalam proyek strategis nasional, masyarakat adat dihadapkan pada aparat berseragam dan bersenjata. Bayangkan ketakutan yang mereka alami. Dalam penertiban kawasan hutan pun kita sudah melihat bagaimana militer masuk. Ini adalah fakta adanya militerisasi dalam pembangunan,” jelas Iqbal.

Iqbal mengatakan narasi ‘bersama TNI dan Polri’ yang muncul dalam konteks pengelolaan tambang dan proyek food estate juga membahayakan masyarakat sipil. 

“Ini menunjukkan bahwa pendekatan negara terhadap pembangunan justru menempuh jalur represif. Biaya keamanan dan pertahanan semakin besar, daerah militer baru ditambah, dan itu pada akhirnya akan digunakan untuk menghadapi rakyat yang dianggap berisiko,” tegasnya. (Dev/P-1)

Permasalahan Kuota Haji, Buya Anwar Soroti Luasan Mina dengan Tambahan Kuota

Permasalahan Kuota Haji, Buya Anwar Soroti Luasan Mina dengan Tambahan Kuota



loading…

Mantan Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Buya Anwar Abbas menyoroti permasalahan kuota haji yang kini tengah diusut KPK. Foto: Dok Sindonews

JAKARTA – Mantan Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Buya Anwar Abbas menyoroti permasalahan kuota haji yang kini tengah diusut KPK. Dia menekankan pentingnya analisis matematis dalam mengevaluasi permasalahan haji, khususnya terkait kepadatan di Mina yang berkaitan dengan kenyamanan jamaah haji.

Menurut dia, luas Mina yang sekitar 172.000 m² tidak sebanding dengan peningkatan kuota jamaah haji Indonesia tahun 2024 yang totalnya 241.000 jamaah terdiri dari 221.000 kuota dasar ditambah 20.000 tambahan. Hal itu menyebabkan ruang per jamaah semakin sempit.

Baca juga: Kasus Kuota Haji, KPK Geledah Kantor Ditjen PHU Kemenag

“Yang paling menyedihkan persoalan toilet atau kamar mandi, sangat mengular sekali panjangnya,” ujar Buya Anwar, Jumat (15/8/2025).

“Saya tidak bisa membayangkan jika pada 2024 kuota haji tambahan dengan skema sebesar 92/8 persen diterapkan. Maka keadaan di Mina akan makin amburadul,” sambungnya.

Calon Ketua Umum ILUNI UI Ini Soroti Kesehatan dan Kesejahteraan Alumni

Calon Ketua Umum ILUNI UI Ini Soroti Kesehatan dan Kesejahteraan Alumni



loading…

Kandidat Caketum Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Iluni UI) nomor urut 3, Ivan Ahda, menaruh perhatian yang tinggi terhadap topik kesehatan dan kesejahteraan para alumni. Foto/Istimewa.

JAKARTA – Kandidat Caketum Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) nomor urut 3, Ivan Ahda, menaruh perhatian yang tinggi terhadap topik kesehatan dan kesejahteraan para alumni .

Menurutnya, The Commoners, istilah para alumni UI bagi Ivan, berhak untuk mendapatkan akses layanan kesehatan yang diwadahi oleh Iluni UI.

Ivan menjelaskan, banyak alumni UI yang menjadi pelita harapan para keluarganya di dunia kehidupan. Makanya banyak dari mereka yang bekerja ekstra keras dan kadang-kadang lupa dengan kesehatan diri sendiri demi memenuhi harapan dan kebutuhan keluarganya.

Baca juga: Ivan Ahda Tawarkan 3 Pilar Advokasi Kebijakan Publik di Pemilihan Caketum ILUNI UI

Untuk mewujudkan cita-cita akses layanan kesehatan bagi para alumni UI, Ivan menyempatkan diri untuk bertukar pandangan dengan manajemen Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) yaitu Direktur Utama RSUI, dr. Kusuma Januarto, Sp.OG., Subsp.Obginsos dan Direktur Transformasi & Pengembagan Usaha, Dr. Novita Dwi Istanti, S.K.M., M.A.R.S beberapa waktu lalu di Depok.

Pakar Kegempaan ITB Soroti Potensi Tsunami dan Sistem Peringatan Dini pada Gempa Rusia

Pakar Kegempaan ITB Soroti Potensi Tsunami dan Sistem Peringatan Dini pada Gempa Rusia


Pakar Kegempaan ITB Soroti Potensi Tsunami dan Sistem Peringatan Dini pada Gempa Rusia
Tangkapan layar titik gempa di pantai timur Rusia, Rabu (30/7/2025).(Dok USGS)

WILAYAH Kamchatka, Rusia, diguncang gempa besar pada Rabu (30/7). Gempa tersebut berada di zona seismic gap, wilayah yang pernah mengalami gempa besar secara historis, namun dalam kurun waktu lama tidak menunjukkan aktivitas signifikan.

Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITB dan pakar kegempaan dari ITB, Prof. Irwan Meilano kemarin menjelaskan bahwa di wilayah bagian utara Kamchatka tersebut pernah mengalami gempa dengan magnitudo 9 pada 1950-an, dan bagian selatan magnitudo 8,1 pada 1960–1970-an. Namun demikian, Kamchatka dalam 80–100 tahun terakhir belum pernah mengalami gempa di atas magnitudo 8.

“Saya pernah melakukan studi langsung ke wilayah tersebut, bahwa Kamchatka dari segi tektonik mirip dengan kawasan pantai barat Sumatra, pantai selatan Jawa, dan utara Halmahera di Indonesia. Artinya, potensi terjadinya gempa besar sangat mungkin terjadi,” ungkap Irwan.

Menurut Irwan, gempa utama yang terjadi tersebut diawali oleh gempa awal (foreshock) dengan magnitudo 7 yang terjadi lebih dari seminggu sebelumnya. Status foreshock baru dapat dipastikan jika kemudian diikuti oleh gempa utama.

“Setelah gempa utama, kita umumnya akan menghadapi gempa-gempa susulan (aftershock). Dalam beberapa kasus, gempa susulan justru bisa lebih besar, seperti yang terjadi di Lombok tahun 2018,” jelasnya.

Namun kata Irwan, jika mengikuti pola umum gempa susulan di Kamchatka diperkirakan akan memiliki magnitudo yang lebih kecil. Adapun Kamchatka merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk yang rendah sehingga diharapkan dampak kerusakan tidak signifikan. Meski demikian, potensi tsunami tetap menjadi perhatian.

Potensi Dampak ke Indonesia dan Asia Timur

“Dengan magnitudo mencapai 8,7, gempa ini berpotensi memicu guncangan kuat, khususnya di kawasan sekitar. Saya memperkirakan bahwa di bagian utara Hokkaido, Jepang, intensitas guncangan bisa mencapai skala 8 hingga 9 dalam skala intensitas gempa,” paparnya.

Irwan menambahkan, hal yang lebih dikhawatirkan adalah ancaman tsunami yang bisa menjalar jauh dari pusat gempa. Ia kini terus memantau informasi dan menjalin komunikasi dengan kolega di Jepang. 

Di pantai utara Tohoku, ketinggian tsunami sudah mencapai 60 cm, sementara di bagian selatan sekitar 40-50 cm. Berdasarkan kecepatan rambat gelombang tsunami, Irwan memperkirakan bahwa jika tsunami menjalar hingga ke wilayah Indonesia, gelombang tersebut bisa tiba dalam waktu 8-10 jam setelah gempa terjadi.

Jepang Jadi Contoh Mitigasi dan Sistem Peringatan Dini

Menanggapi respons Jepang terhadap peristiwa ini, Irwan menekankan pentingnya sistem peringatan dini yang telah dikembangkan negara tersebut. Jepang memberikan contoh baik dalam pengembangan sistem peringatan dini gempa bumi dan tsunami, yang tidak hanya berbasis pada model perhitungan, tetapi juga pada pengamatan langsung.

“Jepang memiliki sensor berdasarkan pressure yang bisa mendeteksi tsunami sebelum sampai ke garis pantai. Di pantai pun mereka memiliki sensor tambahan, misalnya berbasiskan pada pengamatan pasut, dan itu memberikan warning jauh lebih akurat bagi masyarakat di sekitar pesisir,” paparnya.

Irwan berharap sistem peringatan dini gempa dan tsunami di Jepang dapat menjadi model bagi Indonesia dalam memperkuat mitigasi bencana, khususnya di kawasan rawan gempa dan tsunami. (AN/E-4)