Petinju Jepang Shigetoshi Kotari Meninggal Dunia

Petinju Jepang Shigetoshi Kotari Meninggal Dunia



loading…

Shigetoshi Kotari meninggal dunia secara tragis di usia 28 tahun, enam hari setelah pertarungan perebutan gelar yang berakhir imbang / Foto: Ring Magazine

Dunia tinju kembali berduka. Petinju top Jepang, Shigetoshi Kotari, meninggal dunia secara tragis di usia 28 tahun, enam hari setelah pertarungan perebutan gelar yang berakhir imbang.

Kotari, yang merupakan bintang kelas bulu super OPBF, kehilangan kesadaran di akhir pertarungannya melawan Yamato Hata pada 2 Agustus lalu. Setelah pingsan, Kotari segera dilarikan ke rumah sakit untuk menjalani operasi otak darurat.

Namun, tim medis tidak berhasil menyelamatkan nyawanya. Kabar duka ini dikonfirmasi langsung oleh Organisasi Tinju Dunia (WBO) melalui pernyataan resmi pada 8 Agustus.

Baca Juga: Mengapa Khabib Tolak Tawaran Rp1,6 Triliun Lawan Floyd Mayweather?

“Beristirahatlah dengan tenang, Shigetoshi Kotari. Dunia tinju berduka atas meninggalnya petinju Jepang Shigetoshi Kotari yang tragis,” tulis pernyataan resmi WBO.

“Ia seorang pejuang di atas ring, petarung sejati, yang pergi terlalu cepat. Doa dan pikiran kami menyertai keluarga, tim, dan seluruh komunitas tinju Jepang.”

Tragedi ini menjadi sorotan tajam bagi keselamatan para petinju. Pertarungan di Kuroken Hall, tempat Kotari bertanding, juga menyebabkan lawan Kotari, Yamato Hata, menderita cedera hematoma yang sama. Selain itu, petinju lain, Hiromasa Urakawa, yang bertarung di ajang yang sama, juga dilaporkan mengalami cedera hingga koma.

Apakah Manny Pacquiao Pantas Menjadi Petinju Favorit Fans Tinju?

Apakah Manny Pacquiao Pantas Menjadi Petinju Favorit Fans Tinju?



loading…

Apakah Manny Pacquiao Benar-benar Menjadi Petinju Favorit Fans Tinju?/Boxing News 24

Apakah Manny Pacquiao benar-benar menjadi petinju terbaik favorit penggemar tinju di seantero dunia? Selama bertahun-tahun, tinju telah menjadi favorit para penggemar, seperti ketika Jack Dempsey dan Gene Tunney menarik 120.557 penggemar di Sesquicentennial Stadium di Philadelphia pada tanggal 23 September 1926 untuk memperebutkan gelar juara Kelas Berat milik Dempsey.

Meskipun Dempsey akan kalah dalam pertarungan beruntun dari Tunney, termasuk pertandingan ulang yang disebut sebagai ‘The Long Count’ ketika peraturan baru ketika seorang petinju dijatuhkan, petinju yang memulainya harus pergi ke sudut netral. Dempsey berdiri di atas Tunney selama sekitar 15 detik sebelum hitungan dimulai. Dempsey, meskipun kalah, tetap menjadi favorit para penggemar.

Baca Juga: Bobot Terence Crawford Lebih Berat Lawan Canelo, Ryan Garcia: Kecepatannya Hilang?

Baru pada bulan Juni 1937, ‘The Brown Bomber’ Joe Louis menjadi juara, saat ia merebut gelar kelas berat dari ‘The Cinderella Man’ James Braddock melalui kemenangan KO di Chicago. Tahun berikutnya, Louis membalas dendam atas kekalahan satu-satunya dari Max Schmeling dari Jerman. Ia mengatakan ‘sampai saya mengalahkan Schmeling, saya belum menjadi juara’

Di Yankee Stadium, hal ini dilakukannya pada ronde pertama. Dia adalah juara aktif pertama yang masuk militer. Bersama dengan Louis, petinju yang dianggap sebagai petinju pound-for-pound terbaik yang pernah ada, ‘Sugar’ Ray Robinson, pemegang gelar kelas welter dan kelas menengah yang juga menjadi favorit para penggemar.

David Haye Sebut Muhammad Ali Petinju Kelas Berat Terhebat Sepanjang Masa

David Haye Sebut Muhammad Ali Petinju Kelas Berat Terhebat Sepanjang Masa



loading…

Mantan juara dunia tinju asal Inggris, David Haye , menyebut Muhammad Ali sebagai petinju kelas berat terbaik sepanjang masa. Pernyataan itu disampaikan Haye saat berbincang dalam acara Froch on Fighting baru-baru ini.

Menurut Haye, Ali bukan hanya legenda di dalam ring, tetapi juga simbol perjuangan di luar arena. “ Muhammad Ali , bagi saya, karena berbagai alasan—baik di dalam ring maupun di luar ring, apa yang ia perjuangkan, seberapa besar hatinya, bagaimana dia bertahan. Saya penggemar berat Ali,” ujar pria berjuluk The Hayemaker itu.

Muhammad Ali dikenal sebagai petinju yang merevolusi kelas berat dengan kecepatan, kecerdasan, dan kharismanya. Ia meraih medali emas Olimpiade 1960 dan menjadi juara dunia pada 1964 usai mengalahkan Sonny Liston. Sejumlah pertarungannya menjadi bagian dari sejarah, termasuk trilogi melawan Joe Frazier dan duel ikonik Rumble in the Jungle melawan George Foreman.

Baca Juga: Legenda Tinju Teddy Atlas Samakan Ilia Topuria dengan Muhammad Ali dan Sugar Ray Robinson

David Haye sendiri merupakan salah satu petinju terbaik Inggris. Ia pernah menjadi juara dunia di dua divisi berbeda: kelas penjelajah (cruiserweight) dan kelas berat (heavyweight). Prestasi Haye termasuk kemenangan KO atas Enzo Maccarinelli pada 2008 dan kemenangan angka atas Nikolai Valuev untuk merebut sabuk WBA kelas berat.

Setelah beberapa kali mengalami cedera, Haye pensiun dari dunia tinju pada 2018. Namun hingga kini, pandangannya masih didengar dalam dunia tinju profesional.

(sto)