Ketua MPR Perubahan UUD 1945 Tidak Bisa Jadi Jalan Pintas

Ketua MPR Perubahan UUD 1945 Tidak Bisa Jadi Jalan Pintas


Ketua MPR: Perubahan UUD 1945 Tidak Bisa Jadi Jalan Pintas
Amandemen UUD 1945.(YouTube parlemen)

KETUA Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Ahmad Muzani menegaskan bahwa amendemen Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 tidak bisa dijadikan solusi cepat untuk setiap persoalan bangsa. Menurutnya, setiap upaya perubahan konstitusi harus dilakukan melalui proses panjang dengan keterlibatan masyarakat luas.

“Amendemen bukan jalan pintas untuk mengatasi semua masalah,” ujar Muzani dalam pidatonya pada peringatan Hari Konstitusi sekaligus HUT ke-80 MPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin malam, 18 Agustus 2025.

Proses Panjang dan Transparan

Muzani menekankan, pembahasan amandemen harus dilandasi transparansi. Masyarakat, katanya, perlu mengetahui secara jelas alasan dan tahapan yang melatarbelakangi setiap usulan perubahan konstitusi.

“Prosesnya harus partisipatif. Akademisi, tokoh masyarakat, hingga rakyat umum perlu diberi ruang untuk ikut menyampaikan pandangan. Prinsipnya, perubahan konstitusi harus berangkat dari konsensus nasional yang luas,” tutur politisi Gerindra itu.

Ia mengingatkan agar amandemen UUD 1945 tidak ditunggangi kepentingan segelintir pihak. Menurut Muzani, konstitusi merupakan milik seluruh bangsa, sehingga arah perubahan harus benar-benar mencerminkan kesepakatan kolektif.

“Perubahan UUD tidak boleh lahir dari keinginan kelompok kecil. Ia harus menjadi buah kesepahaman bersama seluruh elemen bangsa,” tegasnya.

Peruri Own Voice Saat Suara Karyawan Menjadi Wajah Perubahan

Peruri Own Voice Saat Suara Karyawan Menjadi Wajah Perubahan


Peruri Own Voice: Saat Suara Karyawan Menjadi Wajah Perubahan
Peruri Own Voice(MI/HO)

SUASANA hangat dan penuh inspirasi menyelimuti Ruang Wahyu Hagono, Kantor Peruri Karawang saat ratusan karyawan berkumpul dalam sebuah acara yang berbeda dari biasanya. 

Bukan rapat, bukan pelatihan teknis. Hari itu, Peruri menggelar Peruri Own Voice (POV) Playbook Series, sebuah program komunikasi yang bertujuan menjadikan suara karyawan sebagai kekuatan utama dalam membangun citra perusahaan.

Program yang baru pertama kali diluncurkan ini mengusung tema “Inspire Change from The Inside Out”. 

Dalam sambutan pembukaannya, Direktur Utama Peruri, Dwina Septiani Wijaya, menyampaikan pesan yang menggugah: bahwa bekerja di Peruri bukan sekadar menjalankan kewajiban atau mencari nafkah, tetapi sebuah bentuk tanggung jawab yang lebih besar terhadap keluarga, masyarakat, dan negara.

“Setiap insan Peruri membawa harapan bagi orang-orang terdekatnya. Kebanggaan menjadi bagian dari Peruri harus tumbuh dari kesadaran bahwa pekerjaan kita hari ini adalah warisan nilai dan kontribusi yang akan dirasakan manfaatnya oleh banyak orang,” ujarnya.

Peruri Own Voice (POV) memiliki visi besar untuk menjadikan karyawan sebagai penggerak utama perubahan. Lewat konten-konten yang dibuat sendiri oleh karyawan, baik dalam bentuk video, tulisan maupun gambar, POV mendorong lahirnya narasi -narasi orisinal yang mencerminkan budaya, nilai, dan arah strategis perusahaan. Konsep ini dikenal sebagai Employee-Generated Content (EGC).

Menariknya, POV Playbook Series turut menghadirkan dua narasumber inspiratif dengan tema personal branding dan storytelling. Vena Annisa, seorang pakar komunikasi, membuka sesi dengan membahas pentingnya membangun personal branding secara otentik. 

Menurutnya, personal branding bukan soal pencitraan, tapi soal nilai yang bisa kita berikan kepada orang lain.

“Personal branding adalah proses atau tindakan strategis untuk membangun dan mengelola persepsi orang lain tentang siapa anda, apa nilai-nilai anda, dan apa yang membuat anda unik,” katanya penuh penekanan.

Sesi selanjutnya dilengkapi dengan penampilan spesial dari Raditya Dika, komedian, penulis, dan filmmaker yang dikenal luas lewat karya -karyanya yang menyentuh dan jenaka. 

Dengan gayanya yang khas, Radit membagikan pengalaman kreatifnya dalam menciptakan cerita. Menurutnya, semua karyanya mulai dari novel hingga film berakar dari satu hal: kegelisahan pribadi.

“Menulis adalah fondasi dari semua bentuk bercerita. Dari tulisan bisa lahir novel, cerpen, lagu, bahkan film. Bahan bakunya adalah kegelisahan. Kalau kalian bingung mau mulai dari mana, mulai dari apa yang bikin kalian resah,” tutur Radit, yang juga memberikan sesi tanya jawab dan membagikan ide-ide konten yang bisa digarap karyawan.

POV merupakan gerakan (movement) untuk mengajak karyawan terlibat aktif dalam membangun reputasi perusahaan dari dalam. 

Sebab, suara karyawan yang tulus dan apa adanya dapat lebih dipercaya publik. Inilah bentuk nyata dari employee advocacy, saat karyawan menjadi wajah dan juru bicara yang paling autentik bagi perusahaan tempat mereka bekerja.

POV hadir sebagai ruang berbagi, ruang tumbuh, dan ruang inspirasi. Melalui program ini, Peruri berharap dapat membangun loyalitas yang lebih kuat dari para insan perusahaan, memperkuat employer branding, serta memperluas jangkauan komunikasi internal yang inklusif dan dinamis.

Program ini terbuka bagi seluruh karyawan aktif, baik organik, PKWT, maupun peserta magang. Ke depannya, POV akan terus digulirkan dalam berbagai bentuk, mulai dari pembuatan konten, aktivasi kampanye internal, hingga pelatihan dan kolaborasi antar-divisi. Semuanya demi satu tujuan: menjadikan PERURI tidak hanya unggul dalam produk dan layanan, tetapi juga dalam nilai, cerita, dan semangat orang -orang di dalamnya.

Karena di era sekarang, suara paling kuat bukan datang dari luar melainkan dari dalam. Dan hari ini, Peruri telah memilih untuk mendengarkan, merangkul, dan membesarkan suara itu. (Z-1)