Lalu Lintas di Cawang Macet usai Libur Panjang, Perjalanan Transjakarta Terhambat

Lalu Lintas di Cawang Macet usai Libur Panjang, Perjalanan Transjakarta Terhambat



loading…

Lalu lintas di kawasan Cawang Jakarta mengalami kemacetan pagi ini. Imbasnya, sejumlah perjalanan Transjakarta mengalami keterlambatan. Foto/SindoNews

JAKARTA – Lalu lintas di kawasan Cawang Jakarta mengalami kemacetan pagi ini. Imbasnya, sejumlah perjalanan Transjakarta mengalami keterlambatan.

Dilihat dari foto yang diunggah PT Transjakarta dalam akun X-nya Selasa (19/8/2025), tampak lalu lintas di Cawang macet parah. Bus Transjakarta bahkan mengantre panjang dan tidak bergerak.

Terlihat kendaraan roda empat dan roda dua berjejer panjang karena kemacetan itu. Para pengendara juga terlihat memakai jas hujan, diketahui cuaca Jakarta saat ini sedang diguyur hujan.

Baca juga: Koridor Langit 13 Padat Dikeluhkan Pengguna, Transjakarta Buka Suara

“Koridor 7, 9, 10, Rute 5C, 7C, 7D, 7P, 7W, 9A, 9C, B41, D11, dan JAK75 mengalami keterlambatan kedatangan dikarenakan kepadatan lalu lintas di sekitar Cawang Sentral arah Tanjung Priok,” tulis keterangan di akun X Transjakarta, Selasa (19/8/2025).

Sejarah Kota Depok Jejak Perjalanan dari Masa Kolonial hingga Modern

Sejarah Kota Depok Jejak Perjalanan dari Masa Kolonial hingga Modern


Sejarah Kota Depok: Jejak Perjalanan dari Masa Kolonial hingga Modern
Foto udara pembangunan ruang terbuka Depok Open Space di Kota Depok, Jawa Barat(ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)

KOTA Depok, sebuah wilayah di selatan Jakarta, memiliki sejarah panjang yang menarik untuk dijelajahi. Kota ini bukan hanya pusat perkembangan urban, tetapi juga menyimpan cerita unik dari masa kolonial hingga menjadi kota mandiri. Mari kita telusuri sejarah Kota Depok secara sederhana dan menarik!

Asal Usul Nama Kota Depok

Nama “Depok” berasal dari kata Belanda “Depot” yang berarti tempat penyimpanan. Pada masa kolonial, wilayah ini menjadi tempat tinggal para pekerja perkebunan. Ada juga yang menyebut Depok berasal dari singkatan “De Eerste Protestants Onderdaan Kirche,” yang berarti Gereja Protestan Pertama. Nama ini mencerminkan jejak sejarah kolonial Belanda di Kota Depok.

Masa Kolonial Belanda

Pada abad ke-17, Kota Depok dikenal sebagai perkebunan milik Cornelis Chastelein, seorang pejabat VOC. Ia membeli lahan di wilayah ini dan membangun komunitas dengan memberikan lahan kepada para budak yang dibebaskan. Komunitas ini dikenal sebagai “Orang Depok” dan menjadi cikal bakal penduduk awal Kota Depok.

Peran Cornelis Chastelein

Cornelis Chastelein tidak hanya membangun perkebunan, tetapi juga mendirikan gereja dan sekolah. Ia ingin menciptakan masyarakat yang mandiri. Warisannya masih terlihat dari bangunan-bangunan bersejarah seperti Gereja Immanuel di Depok Lama.

Perkembangan Kota Depok di Era Modern

Seiring waktu, Kota Depok berkembang pesat. Pada tahun 1982, Depok resmi menjadi kecamatan di bawah Kabupaten Bogor. Kemudian, pada 1999, Depok ditetapkan sebagai kota administratif, dan akhirnya menjadi kota otonom pada 2000. Kini, Kota Depok dikenal sebagai kota pendidikan dengan banyaknya universitas ternama.

Pusat Pendidikan dan Perkotaan

Kota Depok menjadi rumah bagi Universitas Indonesia, salah satu kampus terbaik di Indonesia. Selain itu, pertumbuhan pusat perbelanjaan dan perumahan menjadikan Depok sebagai kota yang dinamis. Infrastruktur seperti jalan tol dan stasiun kereta api juga mendukung perkembangan Kota Depok.

Destinasi Wisata Sejarah

Bagi yang ingin mengenal sejarah Kota Depok, kunjungi Depok Lama. Di sana, Anda bisa melihat bangunan peninggalan Belanda, seperti rumah-rumah tua dan Gereja Immanuel. Tempat ini cocok untuk belajar sejarah sambil menikmati suasana klasik.

Mengapa Sejarah Kota Depok Menarik?

Sejarah Kota Depok menawarkan cerita tentang perjuangan, keberagaman, dan perkembangan. Dari kampung kecil di masa kolonial hingga kota modern, Depok terus menunjukkan pesonanya. (Z-4)

 

Libur Panjang HUT ke-80 RI, KAI Commuter Area VI Yogyakarta Tambah 4 Perjalanan

Libur Panjang HUT ke-80 RI, KAI Commuter Area VI Yogyakarta Tambah 4 Perjalanan


Libur Panjang HUT ke-80 RI, KAI Commuter Area VI Yogyakarta Tambah 4 Perjalanan
KAI Commuter kembali mengoperasikan 4 perjalanan tambahan Commuter Line Yogyakarta–Palur.(MI/Agus Utantoro)

MENYAMBUT pelanggan pada musim libur panjang peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia ini, KAI Commuter kembali mengoperasikan 4 perjalanan tambahan Commuter Line Yogyakarta–Palur. 

Langkah ini sebagai antisipasi meningkatan animo masyarakat dan wisatawan yang berlibur ke wilayah Yogyakarta dan sekitarnya pada tanggal 16–18 Agustus. Oleh karena itu, terdapat 31 perjalanan Commuter Line Yogyakarta–Palur per hari selama periode tersebut.

VP Corporate Secretary KAI Commuter, Joni Martinus, di Yogyakarta, Jumat menjelaskan tambahan Commuter Line Yogyakarta–Palur berlangsung pada hai Sabtu hingga Senin (16–18 Agustus). “Pada periode tersebut, kami akan mengoperasikan total 31 perjalanan Commuter Line Yogyakarta–Palur setiap harinya,” jelas Joni.

Sementara itu, untuk layanan perjalanan Commuter Line Prameks relasi Yogyakarta–Kutoarjo, pada libur panjang perayaan HUT RI ini akan dioperasikan 10 perjalanan setiap harinya.

Pada libur panjang peringatan HUT RI, lanjutnya, KAI Commuter memprediksi peningkatan jumlah pengguna Commuter Line di Area VI Yogyakarta sebesar 15–17 persen dibandingkan dengan hari libur akhir pekan biasa. 

Berdasarkan data yang tercatat, Stasiun Yogyakarta kerap menjadi stasiun dengan jumlah pengguna terbanyak selama musim libur panjang, yang bisa mencapai 10–11 ribu orang per hari, sedangkan pada akhir pekan biasa rata-rata mencapai 7–8 ribu orang.

Kepada para pelanggan KAI Commuter mengimbau pengguna Commuter Line Yogya–Palur untuk memilih alternatif stasiun keberangkatan, seperti Stasiun Lempuyangan, yang rata-rata volume penggunanya sebanyak 4–5 ribu orang per hari.

Dengan penambahan perjalanan ini, diharapkan Commuter Line dapat menjadi transportasi yang efektif dan terjangkau, serta memudahkan masyarakat dan para wisatawan menuju berbagai tujuan dan destinasi wisata di wilayah Yogyakarta, Solo, hingga Karanganyar.

“Selama menggunakan layanan perjalanan dengan Commuter Line, KAI Commuter mengimbau pengguna untuk tetap mematuhi peraturan yang berlaku, menjaga dan mengawasi anak-anak, menyiapkan perjalanan dengan cermat, menjaga barang bawaan, serta mengikuti arahan petugas,” tutup Joni. (E-2)