Menteri LH Minta Percepat Operasional TPPAS Lulut Nambo

Menteri LH Minta Percepat Operasional TPPAS Lulut Nambo



loading…

Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq meminta Pemerintah Provinsi Jawa Barat mempercepat operasional Tempat Pengelolaan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Lulut Nambo, Kabupaten Bogor. Foto/Istimewa

JAKARTA – Pemerintah Provinsi Jawa Barat diminta mempercepat operasional Tempat Pengelolaan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Lulut Nambo, Kabupaten Bogor. TPPAS Lulut Nambo diproyeksikan mampu menampung dan mengolah sampah dari empat kabupaten/kota di sekitar lokasi.

“Lulut Nambo ini tentu diperlukan langkah-langkah operasional yang cepat dari pemerintah provinsi, karena memang ini pemerintahan baru. Kita harapkan segera dilakukan percepatan, di antaranya mengoperasionalkan teknologi RDF,” ujar Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq , Rabu (20/8/2025).

Diketahui, TPPAS adalah fasilitas yang digunakan untuk mengolah dan memproses sampah hingga mencapai tahap akhir sebelum dibuang atau dikembalikan ke lingkungan dengan aman. TPPAS merupakan tempat yang lebih modern dan terencana dibandingkan dengan Tempat Pemroses Akhir (TPA) konvensional, yang sering kali hanya berfungsi sebagai tempat penampungan sampah tanpa pengolahan yang memadai.

Dalam kunjungannya ke lokasi TPPAS di Kecamatan Klapanunggal, Bogor, Menteri Hanif mengatakan, keterlambatan pengoperasian fasilitas ini sudah menjadi perhatian serius pemerintah pusat. Padahal, TPPAS Lulut Nambo diproyeksikan mampu menampung dan mengolah sampah dari empat kabupaten/kota di sekitar lokasi.

Baca Juga: TPA Cipayung Overload, Depok Siap Kirim 750 Ton Sampah ke TPPAS Lulut-Nambo

Menurut Hanif, penerapan teknologi Refuse Derived Fuel (RDF) sangat potensial di TPPAS Lulut Nambo. Dua industri semen besar di sekitar lokasi siap menyerap hasil olahan RDF, sehingga dapat mempercepat solusi pengelolaan sampah sekaligus mendukung penyediaan energi alternatif ramah lingkungan.

Hanif mengatakan, bangunan sudah ada, tinggal ganti mesin. “Katakanlah 3–4 bulan sudah bisa dioperasikan. Lokasinya juga sangat dekat, hanya sekitar 4 kilometer dari Indocement, yang kapasitasnya lebih dari 1.000 ton per hari,” katanya.

NASA Percepat Rencana Bangun Reaktor Nuklir di Bulan, Target Meluncur pada 2030

NASA Percepat Rencana Bangun Reaktor Nuklir di Bulan, Target Meluncur pada 2030


NASA Percepat Rencana Bangun Reaktor Nuklir di Bulan, Target Meluncur pada 2030
NASA mempercepat rencananya untuk membangun reaktor nuklir bertenaga 100 kilowatt di Bulan pada 2030.(NASA)

NASA mempercepat rencananya untuk membangun reaktor nuklir di Bulan guna mendukung misi eksplorasi jangka panjang. Menurut laporan Politico, Plt. Kepala NASA Sean Duffy dalam waktu dekat akan mengumumkan arahan baru yang lebih ambisius, mendorong pengembangan reaktor fisi bertenaga 100 kilowatt yang ditargetkan bisa diluncurkan ke Bulan pada tahun 2030.

Sebelumnya, NASA telah mengembangkan sistem reaktor berdaya 40 kilowatt untuk diluncurkan awal 2030-an. Namun arahan terbaru akan meminta industri untuk mengajukan proposal sistem reaktor yang lebih kuat guna mendukung kehadiran manusia secara permanen di permukaan Bulan.

Reaktor nuklir dianggap penting untuk mendukung program Artemis, yang menargetkan pendaratan dan pembangunan pangkalan berawak di Bulan dalam dekade ini. Energi surya kurang efektif di Bulan karena malam di sana berlangsung selama dua minggu waktu Bumi, sehingga diperlukan sumber energi yang lebih andal dan berkelanjutan.

Persaingan global juga menjadi faktor pendorong. Tiongkok, bersama Rusia dan mitra lainnya, tengah merencanakan pembangunan pangkalan bulan sendiri. Arahan baru ini disebut sebagai langkah strategis untuk mencegah dominasi Tiongkok di Bulan. Jika Tiongkok lebih dulu mengoperasikan reaktor di Bulan, mereka bisa mengklaim “zona larangan masuk” yang berpotensi menghambat operasi Amerika Serikat di wilayah tersebut.

Sean Duffy, mantan pembawa acara Fox Business dan tokoh Real World: Boston, diangkat menjadi administrator sementara NASA oleh Presiden Donald Trump pada 9 Juli lalu. Penunjukan ini dilakukan setelah Trump mencabut pencalonan sebelumnya atas Jared Isaacman, miliarder dan astronot komersial, hanya beberapa hari sebelum Isaacman dijadwalkan dikonfirmasi oleh Senat AS. (Space/Z-2)

Kemendiktisaintek Percepat Hilirisasi Riset, Gandeng Kampus, Industri, dan Pemda

Kemendiktisaintek Percepat Hilirisasi Riset, Gandeng Kampus, Industri, dan Pemda



loading…

Mendiktisaintek Brian Yuliarto (kiri) dalam taklimat media Penguatan Riset untuk Percepatan Pertumbuhan dan Pemerataan Ekonomi. Foto/Diktisaintek.

JAKARTA – Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi ( Kemendiktisaintek ) berkomitmen menguatkan riset yang berdampak dan menjawab permasalahan masyarakat melalui program-programnya.

Hal ini disampaikan oleh Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto dalam taklimat media “Penguatan Riset untuk Percepatan Pertumbuhan dan Pemerataan Ekonomi” di kantor Kemdiktisaintek, Kamis (31/7/2025).

“Kami dorong riset-riset agar mampu menjawab tantangan riil masyarakat, dan hasilnya dapat dihilirisasi menjadi produk yang siap dimanfaatkan atau dikomersialisasikan,” tegasnya, melalui siaran pers, dikutip Jumat (1/8/2025).

Baca juga: Jawa Terlalu Padat Dokter, Pemerintah Gerak Cepat Sebar Ribuan Spesialis ke Daerah

Hal ini senada dengan arahan Presiden Republik Indonesia (RI), Prabowo Subianto yang menekankan pentingnya terobosan di bidang sains dan teknologi untuk menjawab kebutuhan bangsa dan menjaga daya saing Indonesia di tengah perkembangan global.

Untuk dapat mencapai hal tersebut, riset dasar atau fundamental perlu dikuasai bersama dengan riset terapan yang akan memiliki hasil yang dibutuhkan masyarakat. Penguasaan ini dimulai dari pengembangan ekosistem riset yang diawali di perguruan tinggi, yang bersifat multidisipliner dan kolaboratif.