Dangdut 24 Karat Karaoke Dadakan kembali menghibur pemirsa MNCTV dengan program seru menghadirkan tawa, hiburan, dan cerita yang mengharukan. Foto/MNC Media
JAKARTA – Dangdut 24 Karat Karaoke Dadakan kembali menghibur pemirsa MNCTV dengan program seru menghadirkan tawa, hiburan, dan cerita yang mengharukan. Dangdut 24 Karat Karaoke Dadakan tayang setiap Kamis pukul 21.00 WIB
Dipandu oleh Ruben Onsu dan Vega Darwanti, serta penilaian dari juri ternama Beniqno, Selvi Kitty, dan Happy Asmara, acara ini menyajikan aksi karaoke dadakan yang penuh kejutan dan menghangatkan hati pemirsa.
Kisah inspiratif datang dari pasangan Riki dan Fitri. Riki mengungkapkan rasa syukurnya memiliki istri yang selalu mendukung, menerima segala kekurangan, dan tak pernah membuatnya merasa terpuruk. “Hidup itu mau kecil disyukurin, mau besar juga disyukurin, karena sudah ada masing-masing rejeki. Saya selalu support dia, saya nggak mau buat dia down,” ujar Riki sambil menahan haru.
Baca Juga: Dangdut 24 Karat Karoke Dadakan Ketika Lagu, Tawa dan Air Mata Bersatu di Satu Panggung
Fitri pun dianggap sosok hebat karena mampu menerima suaminya apa adanya, bahkan ketika menikah dengan Riki yang sudah membawa anak. Saat ini Riki bekerja sebagai driver online dengan mobil sewaan. Ia berharap suatu saat bisa membeli motor bekas dan beralih menjadi ojek online demi meringankan beban keluarga.
Pengumuman 35 pemenangan UMKM program SisBerdaya & DisBerdaya 2025.(MI/HO)
MENGUSUNG tema ‘Memajukan Bisnis dengan Teknologi’, program SisBerdaya & DisBerdaya 2025 dari DANA dan Ant International secara resmi mengumumkan 35 pemenang dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang sukses menunjukkan bagaimana pemanfaatan teknologi, khususnya AI, mampu meningkatkan produktivitas, efektivitas, serta keberlanjutan bisnis mereka.
Acara penghargaan digelar hari ini di Kempinski Grand Ballroom, Jakarta sebagai apresiasi atas kerja keras dan inovasi para perempuan inspiratif dari seluruh Indonesia.
Bersama Ant International, DANA berupaya lebih jauh dalam membuka akses dan peluang bagi pelaku usaha perempuan untuk naik kelas di era digital.
Baca juga : Dorong Pemberdayaan Perempuan, Indonesia-Iran Tukar Pengalaman
Program SisBerdaya dan DisBerdaya ini menjadi salah satu implementasi nyata dari komitmen tersebut, sekaligus strategi menjembatani kesenjangan digital di kalangan pelaku UMKM perempuan di seluruh Indonesia.
Para peserta mendapatkan pelatihan hybrid dengan kurikulum komprehensif mencakup Business Model Canvas, Digital Payment & Marketing, hingga pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) untuk mendukung operasional bisnis UMKM.
Lewat rangkaian pendampingan yang intensif dan aplikatif, mereka tidak sekadar diperkenalkan pada teknologi, tetapi didorong untuk menguasainya sebagai alat transformasi untuk meningkatkan produktivitas, memperluas pasar, dan menumbuhkan kepercayaan diri sebagai pelaku usaha yang tangguh dan mandiri.
Baca juga : Lestari Moerdijat: Segera Atasi Tantangan Struktural yang Dihadapi Perempuan di Sektor Ekonomi
“Sebelum ikut SisBerdaya, saya hanya menjual produk ke tetangga sekitar, tanpa tahu cara memasarkan secara online. Selama pelatihan, saya belajar banyak hal, mulai dari digital marketing, pencatatan keuangan, hingga membuat konten yang menarik. Para peserta pun juga dibekali dengan dasar-dasar memanfaatkan AI dalam strategi marketing. Sekarang saya bisa memasarkan produk lewat media sosial dan marketplace, bisnis saya pun berkembang dan pesanan semakin banyak. Yang paling penting, saya jadi lebih percaya diri menjalankan usaha ini dan ingin berbagi ilmu dengan ibu-ibu lainnya,” kata Iis Sadiyah, Pemilik Alfazza Farm sekaligus Pemenang SisBerdaya 2025 Area 3 (Jabodetabek).
Tahun ini, SisBerdaya berhasil menarik lebih dari 5.000 peserta dari tiga wilayah utama (Barat, Timur, dan Jabodetabek) meningkat 176% dibanding tahun sebelumnya.
Sementara itu, DisBerdaya mencatatkan pertumbuhan empat kali lipat dibanding 2024, dengan lebih dari 100 peserta perempuan penyandang disabilitas yang antusias mengikuti program ini. Para peserta dari berbagai wilayah mulai dari Sumatera hingga Papua melewati proses seleksi dan penjurian ketat.
Kepala Direktorat Inklusi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan Rony Ukurta Barus menyatakan, “SisBerdaya dan DisBerdaya menunjukkan bahwa pendekatan pemberdayaan yang berbasis komunitas dapat menciptakan dampak yang nyata dan terukur. Para pemenang hari ini tidak hanya inspiratif, tetapi juga menjadi katalis perubahan yang membuktikan bahwa perempuan pelaku usaha, termasuk dari kelompok disabilitas, memiliki peran strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang inklusif dan berkelanjutan.”
Pada puncak acara, SisBerdaya 2025 mengumumkan 30 Pemenang, sementara DisBerdaya 2025 menobatkan 5 Pemenang. Para pemenang dipilih berdasarkan kualitas proposal bisnis, potensi dampak sosial, strategi pertumbuhan, serta pemanfaatan teknologi digital dalam operasional usaha.
Mereka berhak menerima total hadiah senilai Rp750 juta untuk mendukung pengembangan usaha, peningkatan kapasitas, dan adopsi teknologi dalam bisnis masing-masing.
“Penganugerahaan SisBerdaya dan DisBerdaya 2025, bukan hanya selebrasi dan kompetisi semata, melainkan momentum penting untuk mengakui dan mendukung terus UMKM perempuan sebagai bagian penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kita semua tahu bahwa 64% pelaku UMKM di Indonesia dikelola oleh perempuan. Mereka yang bekerja keras dari dalam dapur atau mungkin warung kecil di depan rumahnya, mencoba membantu stabilitas ekonomi keluarganya. Kemajuan teknologi dan kemudahan akses investasi digital sudah selayaknya menghilangkan kesenjangan ini,” ujar CEO dan Co-Founder DANA Indonesia Vince Iswara.
“Kami bangga dapat melanjutkan kemitraan strategis kami dengan DANA untuk kembali menyelenggarakan program SisBerdaya dan DisBerdaya yang telah memasuki tahun ketiga. Selaras dengan pilar utama strategi keberlanjutan kami, pengembangan talenta menjadi fokus pendekatan kami untuk memberikan dampak nyata bagi masyarakat. Program ini menegaskan bahwa transformasi digital tidak sekadar menjadi motor penggerak ekonomi keluarga, tetapi juga menumbuhkan keyakinan diri, menciptakan peluang baru, dan menginspirasi para perempuan lainnya di seluruh Indonesia. Bersama dengan para mitra, Ant International akan terus mendorong pertumbuhan yang inklusif bagi para pelaku usaha dari berbagai skala,” ujar Senior Director, Government Affairs and Strategic Development Ant International Indonesia Wilson Siahaan.
SisBerdaya dan DisBerdaya tahun ini juga memperluas dampaknya ke seluruh penjuru negeri dengan menjangkau peserta dari tiga wilayah utama: Area I (Sumatera, Kalimantan, dan Jawa, kecuali Jakarta), Area II (Sulawesi, Bali, NTT, NTB, Ambon, Papua), dan Area III (Jabodetabek).
Dengan latar belakang usaha yang beragam, mulai dari kuliner, kerajinan, kecantikan, pertanian, hingga teknologi, para peserta membuktikan bahwa perempuan Indonesia siap naik kelas dan memimpin transformasi ekonomi. (Z-1)
Tim ilmuwan Johns Hopkins University berhasil mengembangkan organoid otak manusia pertama yang meniru seluruh bagian otak.(Johns Hopkins University)
TIM ilmuwan di Johns Hopkins University berhasil mengembangkan organoid otak manusia pertama yang meniru seluruh bagian otak, lengkap dengan jaringan saraf, pembuluh darah awal, dan aktivitas listrik. Terobosan ini diharapkan membuka jalan baru dalam studi penyakit neuropsikiatri seperti autisme dan skizofrenia.
Organoid ini dinamakan multi-region brain organoid (MRBO) karena merepresentasikan berbagai bagian otak yang terhubung dan berfungsi bersama. Kebanyakan organoid sebelumnya hanya meniru satu bagian otak, seperti korteks atau batang otak. Namun, versi terbaru ini menunjukkan interaksi antarwilayah otak, mirip dengan perkembangan otak manusia pada awal kehamilan.
“Kami telah menciptakan generasi baru organoid otak,” ujar Annie Kathuria, asisten profesor di Departemen Teknik Biomedis Johns Hopkins. “Mini otak ini meniru perkembangan otak manusia dengan lebih realistis.”
Baca juga : Kenali Gejala Autisme pada Anak untuk Penanganan Tepat
Menyatukan Jaringan Otak dan Pembuluh Darah
Dalam prosesnya, para peneliti menumbuhkan sel saraf dari berbagai wilayah otak serta bentuk awal pembuluh darah secara terpisah. Kemudian, bagian-bagian ini disatukan menggunakan protein perekat khusus agar dapat terhubung secara biologis. Setelah menyatu, jaringan ini mulai menunjukkan aktivitas listrik, tanda koneksi saraf sudah terbentuk.
Mini otak ini mengandung sekitar 6 hingga 7 juta neuron, jauh lebih kecil dibandingkan otak manusia dewasa yang memiliki puluhan miliar neuron. Meski demikian, organoid ini mencerminkan sekitar 80% jenis sel otak yang ditemukan pada janin manusia berusia 40 hari.
Para peneliti juga mencatat tanda-tanda awal pembentukan blood-brain barrier, lapisan pelindung otak yang menyaring zat-zat dari aliran darah. Ini menambah kedekatan mini otak ini dengan sistem biologis otak manusia sebenarnya.
Baca juga : Ilmuwan Temukan Empat Subtipe Autisme
Harapan Baru untuk Studi Penyakit Mental
Model otak manusia ini dianggap sangat penting. Pasalnya model ini memungkinkan ilmuwan mengamati perkembangan penyakit mental secara langsung, yang selama ini sulit dilakukan melalui studi pada hewan atau manusia hidup.
“Saya tidak bisa meminta orang membuka otaknya hanya untuk mempelajari autisme,” kata Kathuria. “Dengan organoid ini, kami bisa melihat bagaimana gangguan berkembang, menguji pengobatan, bahkan menyesuaikan terapi bagi pasien secara individual.”
Organoid ini juga menjanjikan dalam pengujian obat eksperimental. Saat ini, sekitar 85–90% obat gagal di uji klinis tahap awal, angka yang lebih tinggi lagi untuk obat neuropsikiatri, mencapai 96% kegagalan. Salah satu penyebabnya adalah ketergantungan pada model hewan yang tidak mencerminkan kompleksitas otak manusia.
“Gangguan seperti skizofrenia, autisme, dan Alzheimer memengaruhi seluruh otak,” tambah Kathuria. “Dengan memahami apa yang keliru sejak dini, kita bisa menemukan target baru untuk terapi.” (Science Daily/Z-2)
PRESIDEN Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan telah terjadi “kelaparan nyata” di Gaza. Pernyataan itu bertentangan dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang bersikeras tuduhan tersebut tidak berdasar.
Pernyataan Trump muncul saat ia bertemu dengan Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, di Skotlandia. Ketika ditanya apakah ia sependapat dengan Netanyahu bahwa menyebut Israel menyebabkan kelaparan di Gaza adalah “kebohongan terang-terangan”, Trump menjawab, “Saya tidak tahu… anak-anak itu terlihat sangat kelaparan… itu benar-benar tanda-tanda kelaparan nyata.”
Komentar Trump muncul di tengah peringatan dari pejabat kemanusiaan PBB, jumlah bantuan yang masuk ke Gaza masih jauh dari cukup untuk mencegah bencana kelaparan. Kepala Kemanusiaan PBB, Tom Fletcher, mengatakan meskipun Israel telah membuka akses bantuan melalui pengiriman udara dan jeda militer sementara, bantuan yang masuk “baru setetes di lautan.”
Baca juga : Kontroversi Trump Diusulkan Netanyahu Layak Terima Nobel Perdamaian
Menurut Fletcher, diperlukan peningkatan besar dalam skala distribusi bantuan. “Beberapa hari ke depan sangat menentukan. Kita perlu bantuan dalam jumlah besar, dan lebih cepat,” ujarnya kepada BBC.
Israel Lakukan “Jeda Taktis” dan Buka Jalur Aman
Militer Israel mengklaim telah memulai langkah-langkah untuk meningkatkan respons kemanusiaan dan membantah tudingan bahwa mereka sengaja menyebabkan kelaparan. Pada Minggu (27/7), Israel menerapkan “jeda taktis lokal” selama 10 jam per hari di tiga wilayah Gaza dan membuka “jalur aman” untuk konvoi bantuan.
Israel juga mengizinkan kembali pengiriman bantuan melalui udara oleh negara-negara asing. Meski sejumlah lembaga kemanusiaan menilai metode ini berisiko tinggi dan kurang efektif.
Baca juga : Sharaa-Netanyahu bakal Bertemu di Majelis Umum PBB
Menurut badan militer Israel, COGAT, lebih dari 120 truk bantuan telah diambil dari titik penyeberangan pada Minggu. Namun, PBB menyebut hanya kurang dari 100 truk yang berhasil mereka distribusikan karena kendala keamanan dan birokrasi. Fletcher juga menyebut banyak truk bantuan yang dijarah warga sipil yang kelaparan, menyebabkan risiko tinggi bagi para pengemudi.
Angka Kematian Akibat Malnutrisi Terus Bertambah
Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas melaporkan 14 orang, termasuk anak-anak, kembali meninggal akibat malnutrisi dalam 24 jam terakhir. Sejak perang pecah pada Oktober 2023, total korban jiwa akibat kelaparan telah mencapai 147 orang, termasuk 88 anak.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga memperingatkan malnutrisi di Gaza berada dalam “trajektori berbahaya”, dengan lonjakan kematian selama bulan Juli. WHO menyebut mayoritas korban meninggal saat tiba di fasilitas kesehatan atau tak lama setelahnya, dengan kondisi tubuh menunjukkan gejala kekurangan gizi akut.
WHO menegaskan krisis ini seharusnya bisa dicegah dan mengecam “blokade serta keterlambatan sengaja” terhadap masuknya bantuan makanan, kesehatan, dan kemanusiaan berskala besar.
Netanyahu Membantah
Netanyahu menepis tuduhan Israel sengaja menyebabkan kelaparan, menyebutnya sebagai “kebohongan terang-terangan”. Ia menegaskan Israel mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza sepanjang perang.
“Jika tidak ada bantuan, tidak akan ada lagi warga Gaza. Yang menghambat suplai bantuan kemanusiaan adalah Hamas,” ujarnya.
Ia juga menuduh Hamas memanfaatkan situasi untuk membangun narasi krisis kemanusiaan melalui penyebaran data yang tidak diverifikasi dan gambar yang diduga dimanipulasi. Pemerintah Israel pun tidak mengizinkan media internasional, termasuk BBC, untuk meliput langsung kondisi di dalam Gaza. (BBC/Z-2)
...
►
Necessary cookies enable essential site features like secure log-ins and consent preference adjustments. They do not store personal data.
None
►
Functional cookies support features like content sharing on social media, collecting feedback, and enabling third-party tools.
None
►
Analytical cookies track visitor interactions, providing insights on metrics like visitor count, bounce rate, and traffic sources.
None
►
Advertisement cookies deliver personalized ads based on your previous visits and analyze the effectiveness of ad campaigns.
None
►
Unclassified cookies are cookies that we are in the process of classifying, together with the providers of individual cookies.