Selain Faktor Genetik, Pemenuhan Nutrisi juga Penting untuk Kecerdasan

Selain Faktor Genetik, Pemenuhan Nutrisi juga Penting untuk Kecerdasan


Selain Faktor Genetik, Pemenuhan Nutrisi juga Penting untuk Kecerdasan
Ilustrasi(Pixabay)

Kecerdasan anak kerap diasosiasikan dengan faktor genetik, padahal para ahli menyatakan bahwa peran nutrisi juga memiliki peran sangat signifikan, terutama pada masa-masa awal pertumbuhan. Masa usia 0–5 tahun merupakan periode krusial dalam pembentukan struktur dan fungsi otak anak. Pada tahap ini, sel otak berkembang pesat dan membentuk koneksi yang menentukan kemampuan kognitif, bahasa, dan motorik anak ke depannya.

Beberapa jenis nutrisi terbukti memiliki pengaruh terhadap perkembangan otak. Omega-3, terutama DHA dan EPA, dikenal mendukung fungsi neuron dan transmisi sinyal otak. Studi berjudul DHA and Cognitive Development in Early Childhood: Updated Evidence menyimpulkan bahwa asam lemak omega-3 terbukti secara ilmiah meningkatkan kemampuan pemrosesan informasi pada balita.

Selain itu, zat besi juga berperan penting dalam transportasi oksigen ke otak serta dalam pencegahan gangguan kognitif. Dalam sebuah meta-analisis bertajuk Effect of Oral Iron Supplementation on Cognitive Function in Children and Adolescents Living in LMICs, ditemukan bahwa suplementasi zat besi dapat meningkatkan skor kecerdasan dan memori anak berdasarkan data dari tujuh uji klinis terkontrol secara acak (RCT).

Di Indonesia, kesadaran orang tua terhadap pentingnya asupan nutrisi pada anak semakin meningkat. Hal ini tampak dari kecenderungan orang tua di kota-kota besar yang mulai lebih selektif dalam memilih makanan dan suplemen. Mereka mencari sumber nutrisi alami yang tidak hanya aman, tetapi juga memiliki manfaat terukur bagi tumbuh kembang anak, baik secara fisik maupun intelektual.

Menjawab kebutuhan tersebut, Yayle hadir sebagai salah satu brand yang fokus pada penyediaan suplemen anak berbasis bahan alami. Produk unggulannya, Madu Exsipna, mengandung kombinasi madu, spirulina, moringa, dan royal jelly yang diklaim mendukung kecerdasan dan kesehatan anak secara holistik. Kandungan ini dikenal kaya akan omega-3, zat besi, vitamin, dan protein esensial.

“Sebagai brand yang berkomitmen terhadap kesehatan anak, kami tidak hanya fokus pada produk, tapi juga pada edukasi nutrisi kepada para orang tua,” ujar Brand & Marketing Manager Yayle, Arief Noer Prayogi.

Menurutnya, edukasi adalah langkah awal untuk memastikan bahwa orang tua bisa mengambil keputusan berdasarkan informasi yang benar. Yayle juga menekankan pentingnya transparansi dalam informasi kandungan dan sertifikasi keamanan produk. Ke depan, Yayle akan terus memperluas akses edukasi melalui media sosial, webinar, dan kerja sama dengan tenaga kesehatan. (E-3)

Lawan Pengurangan Massa Otot dengan Olahraga dan Nutrisi Tepat


Lawan Pengurangan Massa Otot dengan Olahraga dan Nutrisi Tepat
Ilustrasi(Freepik)

DOKTER spesialis ortopedi dari Universitas Padjajaran Kiki Novito mengatakan pengurangan massa tulang dan otot yang dapat memengaruhi kemandirian di masa tua dapat dilawan dengan terus aktif serta melakukan diet dengan nutrisi tepat.

“Kunci menjaga kesehatan tulang adalah tetap terus aktif, olahraga yang memberikan load ke tulang dan diet yang terukur. Tujuannya untuk melawan pengurangan masa tulang dan otot yang akan berlanjut lebih tajam pada usia tua,” kata Kiki, Kamis (31/7).

Kiki mengatakan kualitas tulang yang baik sudah harus dipersiapkan sedari muda agar bisa menjadi ‘tabungan’ yang bisa digunakan saat memasuki usia tua.

Melakukan aktivitas fisik sejak muda dengan memberikan beban ke tulang melalui jogging, penguatan inti tubuh (body core strengthening), dan latihan beban dapat mendukung deposisi kalsium ke tulang.

“Perlu diingat bahwa massa tulang dan otot akan mencapai puncaknya pada usia sekitar 30 tahun. Massa tulang kemudian akan berkurang sejak usia 50 tahun, sedang massa otot akan berkurang sejak usia 30 tahun tersebut, jika tidak dijaga dengan baik,” katanya.

Kiki mengatakan nutrisi yang tepat penting untuk menjaga kekuatan tulang. Konsumsi rutin makanan yang mengandung kalsium, seperti susu dan produk turunannya, ikan, sayuran hijau, telur dan kacang-kacangan khususnya kedelai, serta aktif di luar ruangan untuk membantu pembentukan vitamin D.

Juga perlu menghindari gaya hidup yang dapat menghambat kepadatan tulang seperti merokok, penyalahgunaan obat atau zat terlarang, dan alkohol.

“Khusus vitamin D perlu memperhatikan aktivitas fisik di luar ruangan untuk paparan sinar matahari ke kulit. Makanan seperti minyak ikan dan jamur mungkin jarang ditemui, sehingga perlu makanan yang diperkaya misalnya susu dengan vitamin D atau suplemen vitamin D,” ujar Kiki.

Sementara lansia yang ingin tetap menjaga kebugaran dan kesehatan tulang, juga dapat melakukan aktivitas fisik dengan olahraga berdampak ringan.

Aktivitas yang dapat dilakukan di antaranya aerobik (menggunakan oksigen untuk pembakaran), aktivitas yang memberikan load ke tulang, memberikan beban pada otot dan mempertahankan gerak sendi.

Ia menyarankan bagi lansia hindari kegiatan yang bersifat anaerobic (misalnya lari sekencang-kencangnya), adanya gerakan mendadak atau refleks dan lompatan-lompatan mendadak tanpa kesiapan topangan tubuh yang baik.

“Untuk menjaga kualitas tulang dan otot alat gerak atas, penting untuk bermain beban dengan terukur. Bagi para lansia, penting sekali untuk rutin memeriksakan kesehatan dan kesiapan system jantung, pernapasan, aliran darah serta kondisi sendi secara rutin,” pungkas Kiki. (Ant/Z-1)