Pengkhianatan Orang Dekat Raja Mataram Pasca Kalah Perang Melawan VOC Belanda

Pengkhianatan Orang Dekat Raja Mataram Pasca Kalah Perang Melawan VOC Belanda



loading…

Kekalahan Kerajaan Mataram di bawah pemerintahan Sultan Agung menyerang VOC di Batavia menimbulkan perkara baru. Foto/SindoNews

SEMARANG – Kekalahan Kerajaan Mataram di bawah pemerintahan Sultan Agung menyerang VOC di Batavia menimbulkan perkara baru. Orang kepercayaan Sultan Agung yang juga pemimpin pasukan bernama Dipati Ukur merencanakan pemberontakan ke sang penguasa.

Pasalnya Dipati Ukur menyadari bahwa kekalahan atas VOC bakal membuat Sultan Agung marah ketika ia dan pasukannya pulang ke Mataram. Maka ia memutuskan untuk bersembunyi dan bertahan di Gunung Pongporang dengan pasukannya.

Strategi penyerangan Mataram pun disusun oleh Dipati Ukur, ia mencoba membelot agar menghindari hukuman mati akibat kalah perang melawan VOC. Sebagaimana dikutip dari “Tuah Bumi Mataram : Dari Panembahan Senopati Hingga Amangkurat II”, rencana Dipati Ukur itu ditolak oleh empat orang umbul pengikut Dipati Ukur, yaitu umbul-umbul Sukakerta, Sindangkasih, Cihaurbeti, dan Indihiang Galunggung.

Baca juga: Dua Bupati Wilayah Mataram Dipecat Sultan karena Membangkang ke VOC Belanda

Keempat umbul itu tidak ingin tinggal terlalu lama di Gunung Pongporang. Karena tidak ada kesepakatan, keempat umbul itu akhirnya memutuskan meninggalkan Gunung Pongporang dan melanjutkan perjalanannya ke Mataram.

Cerita Danau Buatan yang Mengelilingi Megahnya Istana Baru Kerajaan Mataram

Cerita Danau Buatan yang Mengelilingi Megahnya Istana Baru Kerajaan Mataram



loading…

Kerajaan Mataram di masa Sultan Amangkurat I membuat bangunan istana baru nan megah. Foto/SindoNews

SEMARANG Kerajaan Mataram di masa Sultan Amangkurat I membuat bangunan istana baru nan megah. Bahkan istana baru itu dibangun layaknya pulau buatan, karena ada danau buatan di sekelilingnya. Daratan di tengah danau itu menyerupai pulau buatan, sehingga membuat sang sultan seolah terasingkan.

Namun itulah konsep dan desain istana negara Mataram yang megah sesuai keinginan sang penguasa Mataram Islam itu. Desain istana itu konon diketahui oleh utusan Belanda bernama Abraham Verspeet yang datang ke istana Mataram, pada 16 Oktober 1668.

Sang utusan Belanda itu harus melalui jembatan panjang yang mengelilingi istana. Setelah itu konon ia baru tiba di tanah lapang, menyerupai alun-alun. Proyek pembuatan istana baru inilah tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, seperti halnya pembuatan istana negara baru di Ibu Kota Nusantara (IKN).

Baca juga: Kisah Raja Mataram Amangkurat I Hukum Pejabat Tinggi yang Tidak Ikut Kerja Pembangunan Ibu Kota dan Istana Baru

Proyek itu dimulai dengan pembuatan bendungan di aliran Kali Opak atau Sungai Opak. Pembendungan ini lantas memunculkan suatu danau buatan, dikutip dari buku “Disintegrasi Mataram : Di bawah Mangkurat I”, dari H.J. De Graaf.