Ketua MPR Ahmad Muzani menyangkal isu rumusan Pokok-Pokok Haluan Negara (PPHN) bakal mengatur masa jabatan Presiden RI menjadi 1 periode delapan tahun. Foto/mpr.go.id
JAKARTA – Ketua MPR Ahmad Muzani menyangkal isu rumusan Pokok-Pokok Haluan Negara (PPHN) bakal mengatur masa jabatan Presiden RI menjadi 1 periode delapan tahun. Ia memastikan bahwa tak ada pembahasan periodesasi jabatan Presiden RI di MPR RI.
“Nggak ada sama sekali, nggak ada sama sekali. Itu asli itu sesuatu yang mengada-ada, nggak ada sama sekali,” kata Muzani saat ditemui di Kompleks Parlemen, Selasa (19/8/2025).
Muzani menegaskan, tak pernah ada pembahasan dan rencana di MPR RI untuk merubah masa jabatan presiden. “Nggak ada pembahasan, nggak ada pemikiran. Di MPR nggak ada pandangan, pemikiran, nggak ada sama sekali,” tegas Muzani.
Baca juga: Pimpinan MPR Terima Hasil Kajian PPHN Akhir Juli 2025
Kendati demikian, Muzani meminta agar tak membuat isu perunahan masa jabatan Presiden RI. Apalagi, kata dia, MPR RI tak pernah terbesit untuk merubah periode jabatan Presiden.
“Itu jangan mengembangkan sesuatu yang dalam pikiran kami saja nggak terpikir sama sekali,” pungkasnya.
Foto udara pembangunan ruang terbuka Depok Open Space di Kota Depok, Jawa Barat(ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)
KOTA Depok, sebuah wilayah di selatan Jakarta, memiliki sejarah panjang yang menarik untuk dijelajahi. Kota ini bukan hanya pusat perkembangan urban, tetapi juga menyimpan cerita unik dari masa kolonial hingga menjadi kota mandiri. Mari kita telusuri sejarah Kota Depok secara sederhana dan menarik!
Asal Usul Nama Kota Depok
Nama “Depok” berasal dari kata Belanda “Depot” yang berarti tempat penyimpanan. Pada masa kolonial, wilayah ini menjadi tempat tinggal para pekerja perkebunan. Ada juga yang menyebut Depok berasal dari singkatan “De Eerste Protestants Onderdaan Kirche,” yang berarti Gereja Protestan Pertama. Nama ini mencerminkan jejak sejarah kolonial Belanda di Kota Depok.
Masa Kolonial Belanda
Pada abad ke-17, Kota Depok dikenal sebagai perkebunan milik Cornelis Chastelein, seorang pejabat VOC. Ia membeli lahan di wilayah ini dan membangun komunitas dengan memberikan lahan kepada para budak yang dibebaskan. Komunitas ini dikenal sebagai “Orang Depok” dan menjadi cikal bakal penduduk awal Kota Depok.
Baca juga : Ratusan Pedagang di Pasar Cisalak dan Pasar Agung Depok Desak Pemerintah Daerah Tertibkan PKL
Peran Cornelis Chastelein
Cornelis Chastelein tidak hanya membangun perkebunan, tetapi juga mendirikan gereja dan sekolah. Ia ingin menciptakan masyarakat yang mandiri. Warisannya masih terlihat dari bangunan-bangunan bersejarah seperti Gereja Immanuel di Depok Lama.
Perkembangan Kota Depok di Era Modern
Seiring waktu, Kota Depok berkembang pesat. Pada tahun 1982, Depok resmi menjadi kecamatan di bawah Kabupaten Bogor. Kemudian, pada 1999, Depok ditetapkan sebagai kota administratif, dan akhirnya menjadi kota otonom pada 2000. Kini, Kota Depok dikenal sebagai kota pendidikan dengan banyaknya universitas ternama.
Pusat Pendidikan dan Perkotaan
Kota Depok menjadi rumah bagi Universitas Indonesia, salah satu kampus terbaik di Indonesia. Selain itu, pertumbuhan pusat perbelanjaan dan perumahan menjadikan Depok sebagai kota yang dinamis. Infrastruktur seperti jalan tol dan stasiun kereta api juga mendukung perkembangan Kota Depok.
Destinasi Wisata Sejarah
Bagi yang ingin mengenal sejarah Kota Depok, kunjungi Depok Lama. Di sana, Anda bisa melihat bangunan peninggalan Belanda, seperti rumah-rumah tua dan Gereja Immanuel. Tempat ini cocok untuk belajar sejarah sambil menikmati suasana klasik.
Mengapa Sejarah Kota Depok Menarik?
Sejarah Kota Depok menawarkan cerita tentang perjuangan, keberagaman, dan perkembangan. Dari kampung kecil di masa kolonial hingga kota modern, Depok terus menunjukkan pesonanya. (Z-4)
Kantor Urusan Haji (KUH) pada Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Jeddah menyimpan berjuta dokumen penting terkait penyelenggaraan ibadah haji masa lampau. Sayangnya, dokumen yang berusia puluhan tahun itu belum mendapatkan perhatian yang memadai. Bahkan, sebagian rusak dan hilang ketika proses perpindahan kantor.
Sebagai langkah penyelamatan dokumen penting tersebut, Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah menggelar workshop digitalisasi. Workshop ini membekali para staf teknis KUH KJRI Jeddah tentang teknik konservasi dokumen dan manajemen pengetahuan. Kegiatan digelar selama tiga hari di KUH Jeddah, 10 – 12 Agustus 2025, diawali dengan eksplorasi dokumen pada gudang penyimpanan yang berlokasi di wilayah Rehab-Jeddah, Arab Saudi.
Baca Juga: 7 Syarat Sahnya Sujud Ketika Salat, Apa Saja?
Guru Besar Filologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Oman Fathurahman, selaku narasumber utama, mengatakan, data-data Kemenag yang tersimpan di Rehab-Jeddah ini bernilai historis sekaligus akademik, sehingga penting untuk dikonservasi dan dikelola.
“Dokumen-dokumen KUH sangat penting bagi kajian akademik terkait sejarah penyelenggaraan haji maupun diplomasi Indonesia dan Saudi. Salah satu yang ditemukan adalah dokumen model pelayanan haji pada masa syekh atau sebelum muassasah yang kini sudah berganti menjadi syarikah,” terang Oman Fathurahman.
Perlakuan terhadap dokumen seperti itu tidak boleh sembarangan. Menurutnya, perlu dilakukan proses konservasi melalui sejumlah tahapan. Pertama, inventarisasi data. Ini meliputi proses pengumpulan, pengenalan, dan penandaan dokumen. Kedua, klasifikasi. Data-data yang sudah terkumpul, dikategorisasi secara tematik dan kronologis.
“Tahap ketiga baru kita lakukan proses digitalisasi. Kita lakukan proses alih media semua dokumen yang sudah diklasifikasi tersebut ke bentuk digital dengan perangkat dan teknik khusus,” ujar Oman.
Narasumber kedua, praktisi transformasi digital, Hadi Rahman, menambahkan bahwa hasil digitalisasi dokumen ini akan dikelola dalam kerangka manajemen pengetahuan. “Nantinya, data tersebut akan lebih mudah diakses untuk berbagai keperluan, seperti riset akademik dan referensi pengambilan kebijakan,” tandas koordinator DREAMSEA (Digital Repository of Endangered and Affected Manuscript in Southeast Asia), program kerja sama PPIM UIN Jakarta dan CMSC Universitas Hamburgh, Jerman.
PERNYATAAN CEO Nvidia, Jensen Huang, baru-baru ini yang menyatakan pentingnya penguasaan ilmu fisika, ramai menjadi perbincangan di ruang publik. Ketika pemimpin perusahaan cip terbesar dunia menyerukan pentingnya fisika, Indonesia semestinya tidak tinggal diam. Apalagi jika masa depan peradaban digital dengan kecerdasan buatan sebagai motornya justru ditentukan oleh cabang sains yang selama ini dianggap terlalu teoretis.
Sejarah membuktikan bahwa loncatan teknologi terbesar dalam seratus tahun terakhir–dari semikonduktor yang sifat kelistrikannya dapat dikontrol hingga laser berupa cahaya dengan koherensi sangat tinggi–berakar pada fisika, khususnya fisika kuantum. Cabang inilah yang melandasi hadirnya teknologi modern, termasuk cip semikonduktor yang kini menjadi inti dari segala perangkat digital seperti prosesor yang menjadi otak sebuah komputer.
Kini, fisika kuantum melahirkan kembali revolusi baru: teknologi kuantum. Sebuah teknologi yang menggunakan prinsip-prinsip fisika kuantum untuk keperluan komputasi, komunikasi dan penginderaan. Teknologi ini, jika tidak segera kita kuasai, berpotensi mengancam keamanan dan kedaulatan nasional di masa depan.
Baca juga : Jelang HUT ke-80 RI, Prabowo Tegaskan Masa Depan Indonesia Cerah
Jika pada era permulaan berkembang pesatnya teknologi semikonduktor pada 70-an kita tertinggal, akankah kita kembali menjadi penonton ketika babak baru teknologi kuantum ini dimulai? Untuk menghindarinya, diperlukan kesadaran sejak dini dan inisiatif nasional yang terencana dan terukur serta melibatkan semua komponen bangsa.
FISIKA DAN TEKNOLOGI KUANTUM
Baca juga : Benarkah Alien dan Alam Semesta Paralel Itu Nyata? Ini Kata Guru Besar Fisika Teori IPB University
Fisika kuantum dibangun di atas teori yang dirumuskan awal abad ke-20 oleh para fisikawan seperti W Heisenberg, E Schrodinger, PAM Dirac, dan lainnya, melanjutkan fondasi yang diletakkan oleh M Planck, N Bohr, dan A Einstein. Teori ini mampu menggambarkan dan memprediksi fenomena di skala mikroskopik, dari partikel elementer berukuran lebih kecil dari atom hingga nanomaterial yang berukuran satu meter dibagi satu miliar.
Signifikansi fisika kuantum bagi teknologi saat ini sangat nyata: desain prosesor dengan transistor tiga nanometer yang banyak dijumpai pada komputer terbaru saat ini, misalnya, menuntut pemahaman perilaku probabilistik elektron di dalam semikonduktor. Sementara itu, efisiensi luar biasa dalam proses fotosintesis tumbuhan diyakini melibatkan efek terobosan kuantum. Pemahaman ini membuka jalan bagi pengembangan material untuk sistem sel surya generasi baru terinspirasi alam (bioinspired solar-cell) yang jauh lebih efisien.
Tak hanya melahirkan material-material maju untuk aplikasi teknologi konvensional, fisika kuantum juga telah memberikan cakrawala baru teknologi kuantum yang membuka peluang bagi serangkaian terobosan revolusioner: komputer kuantum dengan kemampuan menyelesaikan perhitungan yang mustahil bagi komputer konvensional; komunikasi kuantum dengan enkripsi yang tak bisa diretas hingga penginderaan MRI kuantum dengan resolusi atomik, yang jauh mengungguli MRI konvensional. Adopsi teknologi kuantum secara global di bidang-bidang strategis seperti keuangan, kesehatan, dan pertahanan patut diduga segera menjadi keniscayaan dalam waktu dekat.
Jika teknologi semikonduktor saat ini komponen utamanya adalah cip semikonduktor yang berbasis transistor, inti dari teknologi kuantum ialah cip kuantum berbasis qubit yang dapat terbuat dari material titik-kuantum, superkonduktor ataupun foton.
Pada tahap awal perkembangan teknologi kuantum seperti yang kita saksikan saat ini, pendanaan yang besar dan jumlah kritis SDM bidang kuantum yang memadai mutlak diperlukan. Berbeda dengan teknologi semikonduktor yang saat ini praktis telah diambil alih oleh dunia industri swasta, secara global perkembangan teknologi kuantum relatif masih didominasi oleh negara.
PERKEMBANGAN PERSAINGAN GLOBAL DAN PELUANG INDONESIA
Potensi nilai ekonomi dari teknologi kuantum secara global diproyeksikan mencapai US$620 hingga 1.270 miliar per tahun sebelum 2035 (McKinsey, 2022). Seiring dengan itu, jumlah perusahaan rintisan di sektor ini meningkat tajam sejak 2015, menandai percepatan investasi dan inovasi di berbagai belahan dunia.
Menanggapi dinamika tersebut, Uni Eropa meluncurkan European Quantum Flagship pada 2017 dengan alokasi pendanaan sebesar US$1 miliar. Mereka berupaya mengejar dominasi riset yang telah lebih dahulu dimiliki Jepang, Amerika Serikat, dan Tiongkok. Secara global, tak kurang dari US$40 miliar telah dialokasikan untuk riset kuantum. Ini menandai bukan sekadar tren teknologi, tetapi eskalasi kompetisi strategis antarnegara.
Di kawasan ASEAN, beberapa negara seperti Malaysia dan Vietnam juga telah merespons melalui pendanaan yang signifikan bagi pengembangan ekosistem riset serta telah memiliki sejumlah paten internasional teknologi kuantum. Sementara itu, Indonesia masih belum memiliki peta jalan nasional yang jelas di saat negara-negara tetangga sudah menancapkan benderanya di ajang kuantum global.
Indonesia masih tertinggal dalam memulai penguasaannya. Hal ini tecermin antara lain dari baru satu paten diberi internasional teknologi kuantum dari Indonesia yang terdaftar di World Intellectual Property Organization (WIPO, 2023) dan lima paten diberi nasional di Pangkalan Data Kekayaan Intelektual (PDKI). Sementara itu, berdasarkan data Scopus dengan kata kunci ‘quantum-key-distribution’, hanya ada 14 publikasi Indonesia dari 5.929 total publikasi global atau hanya 0.15% kontribusi.
Minimnya perhatian terhadap pengembangan SDM dan fasilitas riset kuantum dalam agenda riset nasional patut dicermati sebagai penyebab utama ketertinggalan tersebut. Tanpa langkah strategis dan eksplisit menjadikan riset kuantum sebagai prioritas di perguruan tinggi (PT) ataupun BRIN, Indonesia akan terus berada di luar arena pertarungan teknologi masa depan dan terus menjadi pengekor.
Sebagai respons awal, beberapa waktu lalu sekelompok fisikawan dan rekayasawan dari BRIN dan berbagai PT seperti Binus, IPB, ITB, ITS, UGM, UI dan lainnya mendeklarasikan Indonesia Quantum Initiative (IQI) di kawasan Sains dan Teknologi (KST) BJ Habibie, Serpong. Inisiatif ini lahir dari akar rumput komunitas ilmiah Indonesia. IQI menyerukan pentingnya penguasaan dan pengembangan teknologi kuantum serta pembangunan ekosistem riset dalam negeri yang mendukungnya.
IQI berfokus pada dua hal mendasar. Pertama, penguatan SDM dengan mengirimkan putra-putri terbaik bangsa menempuh pendidikan dan riset di bidang kuantum, baik di dalam maupun luar negeri. Kedua, pembangunan infrastruktur riset yang layak dan berkelanjutan.
Target jangka pendek IQI adalah mengembangkan cip kuantum pertama buatan Indonesia. Ini sebuah milestone strategis. Sebab, dalam ekosistem teknologi kuantum, cip kuantum ialah inti: jika teknologi kuantum ialah kendaraan masa depan, cip ialah mesinnya.
Fabrikasi cip dapat diawali melalui kerja sama dengan fasilitas luar negeri, sementara desain dilakukan di dalam negeri. Target jangka menengah adalah penguasaan pembuatan qubit, baik dari titik-kuantum, superkonduktor maupun foton. Dalam jangka panjang, yaitu mewujudkan komputer kuantum pertama Indonesia melalui kolaborasi dengan dunia industri.
Namun, semua fokus dan target itu mustahil tanpa peta jalan nasional yang jelas: dengan tenggat, sasaran konkret, dan dukungan anggaran berkelanjutan. Inisiatif seperti National Quantum Mission (NQM) yang diluncurkan India untuk periode 2023-2031 layak dijadikan acuan. Pertanyaannya: akankah Indonesia membiarkan momentum ini berlalu begitu saja atau mulai melangkah secara terukur dan memanfaatkan peluang yang ada?
EFEK TEROBOSAN KUANTUM DAN LOMPATAN KE MASA DEPAN
Apakah Indonesia masih berpeluang mengejar ketertinggalan dalam teknologi kuantum? Dalam dunia kuantum, terdapat satu fenomena penting yang bisa menjadi inspirasi: efek terobosan kuantum yang mana partikel elementer seperti elektron berenergi rendah mampu menembus penghalang energi tinggi atau dapat diilustrasikan seperti sebuah kelereng yang dilemparkan dengan lambat dan berenergi rendah, tetapi bisa menembus tembok beton.
Pelajaran dari fenomena ini jelas: keterbatasan bukan alasan untuk menyerah. Hambatan fiskal, kelembagaan, atau infrastruktur tidak boleh dijadikan dalih. Justru di balik hambatan itulah peluang untuk melampaui batas dapat ditemukan.
Dengan semangat gotong royong–nilai budaya yang kerap menjadi penopang bangsa di saat krisis–kita bisa menciptakan efek terobosan nasional untuk mengejar ketertinggalan di bidang kuantum. Deklarasi IQI yang digagas dari Serpong adalah awal yang menjanjikan. Kini saatnya negara menyambut dan mewujudkannya dalam bentuk komitmen strategis jangka panjang.
Diperlukan kolaborasi erat antarelemen: ilmuwan, rekayasawan, industriawan, pemerintah, dan parlemen. Masing-masing memiliki peran dan tanggung jawab dalam membangun ekosistem riset kuantum yang solid. Tanpa itu, Indonesia akan terus menjadi konsumen teknologi kuantum negara lain dengan segala risiko terhadap kedaulatan digital dan keamanan nasional yang menyertainya.
Bertepatan dengan Tahun Kuantum Internasional 2025 yang memperingati 100 tahun lahirnya mekanika kuantum, Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas) pada 10 Agustus kemarin, yang didahului Konvensi Sains, Teknologi & Industri Indonesia (KSTI) pada 7-9 Agustus 2025, selayaknya menjadi penanda awal dijadikannya penguasaan dan pengembangan teknologi kuantum sebagai agenda kebijakan negara. Bukan demi gengsi teknologi, mainkan demi martabat bangsa di tengah ekonomi masa depan yang makin digerakkan oleh inovasi teknologi berbasis sains. Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Indonesia bisa–dan harus–melompat!
Ilustrasi: Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto melalukan inspeksi pasukan saat gladi bersih upacara HUT ke-79 TNI di Silang Monas, Jakarta, Kamis (03/10/2024)(MI/Usman Iskandar)
SETELAH 25 tahun kosong, jabatan Wakil Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) akan kembali terisi. Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan melantik pejabat baru untuk posisi tersebut pada Minggu (10/8). Pelantikan akan berlangsung di Pusat Pendidikan dan Latihan Pasukan Khusus (Pusdiklatpassus), Bandung, Jawa Barat, bersamaan dengan pengangkatan sejumlah perwira tinggi TNI lainnya.
Jabatan Wakil Panglima TNI sempat dihapus pada era Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid melalui Keputusan Presiden Nomor 65/TNI/2000 yang terbit pada 20 September 2000.
Namun pada 2019, Presiden ke-7 RI Joko Widodo menghidupkan kembali posisi ini melalui Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2019 tentang Susunan Organisasi Tentara Nasional Indonesia.
Baca juga : Ini Sosok Tandyo Budi Revita yang Dikabarkan akan Dilantik Jadi Wakil Panglima TNI Besok
Terakhir kali, jabatan Wakil Panglima TNI dipegang oleh Jenderal TNI Fachrul Razi pada 2000 sebelum akhirnya dihapus.
1. Kolonel Inf Abdul Haris Nasution (Wakil Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat/TKR)
Menjabat sebagai Wakil Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dari 1948 hingga 1953. Saat itu, Nasution masih berpangkat kolonel.
2. Jenderal TNI Maraden Panggabean (Wakil Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia/ABRI)
Jabatan Wakil Panglima TNI juga sempat mengalami kekosongan hingga 18 tahun. Jabatan ini kemudian dihidupkan kembali pada 9 September 1971 ketika TKR berubah menjadi ABRI. Panggabean menjabat Wakil Panglima ABRI pertama sejak 1971 hingga 28 Maret 1973.
Baca juga : Cegah Matahari Kembar, Wakil Panglima TNI Disarankan Diisi Lewat Promosi
3. Jenderal TNI Sumitro (Wakil Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia/ABRI)
Jenderal TNI Sumitro menjabat pada April 1973 dan menjabat hingga 2 Maret 1974.
4. Jenderal TNI Surono Reksodimedjo (Wakil Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia/ABRI)
Jenderal TNI Surono Reksodimedjo meenjabat sejak 2 Maret 1974 hingga 17 April 1978.
5. Laksamana TNI Sudomo (Wakil Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia/ABRI)
Laksamana TNI Sudomo menjabat sejak 17 April 1978 hingga 29 Maret 1983.
6. Laksamana TNI Widodo (Wakil Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia/ABRI)
Jabatan ini kembali kosong selama 16 tahun. Laksamana TNI Widodo Adi Sutjipto kemudian ditunjuk pada 17 Juli 1999 hingga 26 Oktober 1999.
7. Jenderal TNI Fachrul Razi (Wakil Panglima Tentara Nasional Indonesia/TNI)
Setelah Reformasi, ABRI dilebur dengan mengeluarkan kepolisian sebagai institusi sendiri. Jabatan Wakil Panglima TNI dijabat oleh Jenderal Fachrul Razi sejak 26 Oktober 1999 hingga 20 September 2000. Itu menjadi Wakil Panglima TNI terakhir sebelum posisi ini dihapus.
Momen itu diunggah akun Instagram, @pacitanku. Tak sendirian, SBY juga berkolaborasi dengan pelukis ternama asal Jerman, Christopher Lehmpfuhl saat melukis pantai indah di kampung halamannya itu.
Green Innovation Camp 2025, kompetisi karya inovasi lingkungan bagi pelajar, sukses diselenggarakan. Pada babak final, ditampilkan sepuluh karya terbaik dari siswa SMA, SMK, dan MA di Banten dalam merancang inovasi Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika STEM untuk menjawab tantangan lingkungan. Kompetisi final ini menjadi puncak dari rangkaian program edukasi selama lima bulan yang melibatkan 444 siswa dari 61 sekolah.
Mereka mengikuti rangkaian pembelajaran yang mencakup lokakarya design thinking, penyusunan ide proyek, sesi konsultasi bersama mentor profesional dari ExxonMobil dan PJI, serta pengembangan prototipe solusi. Dari 77 proposal yang masuk, 27 tim terpilih ke tahap semifinal, dan 10 tim terbaik lolos mempresentasikan inovasi mereka.
Sejalan dengan semangat kurikulum nasional, para guru turut berperan sebagai fasilitator pembelajaran berbasis proyek yang membuka ruang eksplorasi dan penerapan teknologi secara nyata dan kontekstual di ruang kelas.
Baca juga : Kota Cerdas dan Teknologi AI Jadi Fokus Kunci KIWI Challenge 2023
Chairman of the Executive Board Prestasi Junior Indonesia, Pribadi Setiyanto, menekankan pentingnya pendidikan yang relevan dengan kebutuhan masa depan.
“Green Innovation Camp membekali generasi muda dengan kemampuan berpikir kritis, berinovasi, dan peduli terhadap keberlanjutan. Pendidikan yang bermakna tidak hanya mengajarkan teori, tetapi juga menghubungkan ilmu pengetahuan dengan realita. Melalui program ini, siswa, guru, dan mitra industri berkolaborasi menciptakan solusi nyata atas tantangan lingkungan di sekitar mereka,” ujar Pribadi dilansir dari keterangan resmi, Sabtu (9/8).
Menurut Future of Jobs Report 2025 dari World Economic Forum, pemahaman tentang keberlanjutan dan isu lingkungan kini masuk ke daftar 10 besar keterampilan yang paling dibutuhkan di dunia kerja. Laporan ini juga memproyeksikan munculnya 170 juta pekerjaan baru hingga tahun 2030, di tengah pergeseran signifikan akibat otomatisasi dan kecerdasan buatan yang akan menggantikan 92 juta pekerjaan lama. Temuan ini menegaskan bahwa masa depan dunia kerja tidak hanya menuntut penguasaan teknologi, tetapi juga kesadaran lingkungan dan kemampuan untuk berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan.
Baca juga : Kemendikdasmen Apresiasi Program AIA Healthiest Schools 2025
Sementara itu, Consumer Manager PT ExxonMobil Lubricants Indonesia (PT EMLI), Fiksi Sastrakencana, mengungkapkan Green Innovation Camp 2025 ini adalah indikasi bentuk dukungan ExxonMobil terhadap program pemerintah dalam bidang pendidikan khususnya di wilayah operasi kami di Provinsi Banten.
“Harapan kami, program ini dapat mengembangkan pemikiran kritis dan meningkatkan kemampuan inovatif pelajar di bidang Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika (STEM),” tuturnya.
Astronot Apollo 17, Harrison H. Schmitt, meneliti sebuah bongkahan batu di Stasiun 6, yang terletak di kaki North Massif di lembah Taurus-Littrow.(NASA/JSC/ASU)
SAAT memasuki era baru eksplorasi luar angkasa, Amerika Serikat bersama negara lain digemparkan melalui penelitian terbaru bahwa “moonquakes” atau yang disebut dengan gempa bulan dapat menimbulkan ancaman tak terlihat bagi pendarat, hunian, dan infrastruktur.
Dalam studi yang dipublikasikan pada 30 Juli di jurnal Science Advances, para ahli geofisika meneliti lokasi pendaratan Apollo 17 di lembah Taurus-Littrow di Bulan. Ini merupakan tempat terakhir kali astronot menginjakkan kaki pada 1972.
Hal ini dilakukan untuk memahami bagaimana aktivitas seismik membentuk lanskapnya.
Baca juga : NASA Percepat Rencana Bangun Reaktor Nuklir di Bulan, Target Meluncur pada 2030
Menurut penelitian tersebut, kemungkinan terjadinya moonquakes yang merusak di dekat patahan aktif diperkirakan sekitar 1 banding 20 juta. Namun, angka ini perlu dipahami dalam konteks yang tepat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gempa bulan kuno, yang disebabkan oleh retakan besar di bawah permukaan, telah berkali-kali mengguncang area itu selama puluhan juta tahun.
Retakan ini mungkin masih aktif sampai sekarang, sehingga bisa menjadi bahaya bagi misi ke depan, apalagi jika bangunan atau infrastruktur dibangun terlalu dekat.
Baca juga : James Webb Space Telescope: Teleskop Terkuat untuk Menjelajahi Alam Semesta
Ahli geofisika, Nicholas Schmerr dari University of Maryland sekaligus salah satu penulis studi ini, mengatakan dalam pernyataannya bahwa jika astronot berada di sana hanya sehari, mereka akan benar-benar dalam bahaya.
“Jika astronot berada di sana selama sehari, mereka akan sangat sial jika terjadi peristiwa moonquakes,” Ujar Nicholas.
Namun, dalam jangka waktu misi bulan selama 10 tahun, risiko tersebut meningkat menjadi sekitar 1 banding 5.500, ujarnya.
“Perbandingannya seperti dari memenangkan lotre (peluanh kecil) menjadi layaknya mendapatkan empat kartu sejenis dalam permainan poker (peluanng lebih besar),” jelas Nicholas.
Risiko kumulatif tersebut menjadi semakin penting mengingat program Artemis NASA bertujuan membangun kehadiran manusia secara permanen di Bulan.
Studi terbaru ini menunjukkan bahwa wahana antariksa generasi baru, seperti Starship Human Landing System, kemungkinan lebih rentan terhadap pergerakan tanah dibandingkan pendahulunya pada era Apollo.
“Kami ingin memastikan eksplorasi Bulan dilakukan dengan aman dan investasi dilakukan dengan pertimbangan matang,” ujar Schmerr dalam pernyataannya.
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pembangunan sebaiknya tidak dilakukan tepat di atas tebing patahan atau patahan yang baru aktif, karena semakin jauh lokasinya dari patahan, semakin kecil tingkat risikonya.
Berbeda dengan Bumi, Bulan tidak memiliki jaringan sensor seismik. Untuk memperkirakan kekuatan dan frekuensi gempa bulan di masa lalu, tim peneliti mengandalkan bukti visual seperti tanah longsor dan jejak batu besar.
PT Pegadaian terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung ekosistem pendidikan di Indonesia dengan menghadirkan Ruang Kreatif Pegadaian Kompak Guyub Bahagia di Universitas Indonesia (UI). Peresmian ini menjadi wujud nyata sinergi antara dunia industri dan akademik untuk mendorong lahirnya inovasi dari generasi muda.
Diresmikan langsung oleh Prof. Dr. Ir. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU selaku Rektor Universitas Indonesia dan Damar Latri Setiawan selaku Direktur Utama PT Pegadaian, kehadiran fasilitas Ruang Kreatif ini diharapkan dapat menjadi katalisator bagi civitas akademika UI untuk berpikir kreatif, berinovasi, dan berkolaborasi.
Ruang Kreatif UI dirancang sebagai ekosistem yang mendorong civitas akademika untuk berpikir kreatif, berinovasi, dan berkolaborasi. Dengan fasilitas co-working space, ruang diskusi, serta teknologi pendukung, ruang ini diharapkan menjadi tempat bagi civitas akademika untuk mengembangkan ide-ide inovatif yang berdampak luas bagi masyarakat. Dalam sambutannya, Prof. Dr. Ir. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU memberikan apresiasi kepada Pegadaian dan menegaskan pentingnya kolaborasi antara dunia akademik dan perusahaan.
Sementara itu, Damar Latri Setiawan, menegaskan bahwa Ruang Kreatif UI ini merupakan bagian dari komitmen Pegadaian dalam mendukung kolaborasi pentahelix Pegadaian bersama perguruan tinggi. “Ruang Kreatif yang kita resmikan hari ini sebagai simbol semangat kolaborasi dan kreativitas yang keberlanjutan. Dari sinilah harapannya ide-ide besar bisa lahir, gagasan-gagasan segar bisa ditumbuhkan, dan sinergi antara dunia akademik dan dunia usaha bisa diperkuat.”
Melalui inisiatif ini, Pegadaian turut berkontribusi dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan nomor 4, yakni Pendidikan Berkualitas. Pegadaian berharap Ruang Kreatif ini dapat menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan proyek penelitian, kewirausahaan, dan solusi berbasis teknologi yang berkelanjutan.
Peresmian Ruang Kreatif Pegadaian Kompak Guyub Bahagia di Universitas Indonesia melengkapi jaringan The Gade Creative Lounge yang telah hadir di 22 perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Dengan adanya fasilitas ini, Pegadaian berharap dapat semakin memperkuat sinergi antara industri dan pendidikan tinggi, serta mendorong civitas akademika untuk menjadi inovator masa depan yang mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Sebagai perusahaan yang terus beradaptasi dengan perkembangan zaman, Pegadaian tidak hanya hadir sebagai institusi keuangan, tetapi juga sebagai mitra strategis dalam membangun ekosistem pendidikan yang inovatif, inklusif, dan berkelanjutan.
Mantan juara dunia tinju asal Inggris,David Haye , menyebut Muhammad Ali sebagai petinju kelas berat terbaik sepanjang masa. Pernyataan itu disampaikan Haye saat berbincang dalam acara Froch on Fighting baru-baru ini.
Menurut Haye, Ali bukan hanya legenda di dalam ring, tetapi juga simbol perjuangan di luar arena. “Muhammad Ali, bagi saya, karena berbagai alasan—baik di dalam ring maupun di luar ring, apa yang ia perjuangkan, seberapa besar hatinya, bagaimana dia bertahan. Saya penggemar berat Ali,” ujar pria berjuluk The Hayemaker itu.
Muhammad Ali dikenal sebagai petinju yang merevolusi kelas berat dengan kecepatan, kecerdasan, dan kharismanya. Ia meraih medali emas Olimpiade 1960 dan menjadi juara dunia pada 1964 usai mengalahkan Sonny Liston. Sejumlah pertarungannya menjadi bagian dari sejarah, termasuk trilogi melawan Joe Frazier dan duel ikonik Rumble in the Jungle melawan George Foreman.
Baca Juga: Legenda Tinju Teddy Atlas Samakan Ilia Topuria dengan Muhammad Ali dan Sugar Ray Robinson
David Haye sendiri merupakan salah satu petinju terbaik Inggris. Ia pernah menjadi juara dunia di dua divisi berbeda: kelas penjelajah (cruiserweight) dan kelas berat (heavyweight). Prestasi Haye termasuk kemenangan KO atas Enzo Maccarinelli pada 2008 dan kemenangan angka atas Nikolai Valuev untuk merebut sabuk WBA kelas berat.
Setelah beberapa kali mengalami cedera, Haye pensiun dari dunia tinju pada 2018. Namun hingga kini, pandangannya masih didengar dalam dunia tinju profesional.