Meski Kalah dari Arsenal, Ruben Amorim Bangga dengan Performa Manchester United

Meski Kalah dari Arsenal, Ruben Amorim Bangga dengan Performa Manchester United


Meski Kalah dari Arsenal, Ruben Amorim Bangga dengan Performa Manchester United
Pelatih Manchester United Ruben Amorim(AFP/AJ REYNOLDS / GETTY IMAGES NORTH AMERICA)

PELATIH Manchester United Ruben Amorim menegaskan dirinya bangga dengan penampilan anak-anak asuhnya itu meski menelan kekalahan 0-1 dari Arsenal di pekan pertama Liga Primer Inggris di Stadion Old Trafford, Manchester, Minggu (17/8).

Dikutip dari laman resmi Setan Merah, Senin (18/8), Amorim mengatakan meski bangga dengan penampilan anak-anak asuhnya, dirinya kecewa dengan hasil akhir pada laga ini.

“Ini adalah penampilan yang sangat bagus. Saya sangat bangga dengan para pemain, tapi pada akhirnya kami kalah,” ungkap pelatih berkebangsaan Portugal tersebut.

“Namun, sekali lagi, bagi saya, kita bisa menang dan bisa kalah pada akhirnya, tetapi saya bangga dengan apa yang mereka lakukan, para pemain saya. Rasanya menyenangkan. Di saat yang sama, sangat sulit untuk kalah dalam pertandingan seperti ini,” lanjutnya.

Pada pertandingan tersebut, Manchester United menelan kekalahan dari Arsenal akibat gol yang dicetak bek sayap Riccardo Calafiori ketika laga memasuki menit ke-13.

Setelah kebobolan terlebih dahulu, Manchester United terus memperagakan permainan menyerang dan menekan lini pertahanan Arsenal, akan tetapi upaya-upaya yang mereka lakukan tak kunjung membuahkan hasil hingga akhir laga.

Amorim mengatakan timnya tidak tampil membosankan dan bermain dengan penuh gairah demi mengamankan hasil maksimal, namun permainan agresif mereka belum bisa memecah kebuntuan.

“Kami menekan dengan tinggi. Lalu, dengan bola, kami punya kualitas. Bahkan ketika stadion mengeluarkan suara-suara, kami tetap bermain seperti biasa. Kami kehilangan lebih sedikit bola dalam proses membangun serangan, dibandingkan tahun lalu, di situlah kami banyak kesulitan,” kata Amorim.

“Lalu, hal-hal kecil yang kami bicarakan di awal musim ini, bahwa pemain seperti (Matheus) Cunha, seperti Bryan (Mbeumo), dalam satu momen bisa mengangkat stadion. Jadi, menurut saya yang terpenting, kami tidak membosankan,” pungkasnya. (Ant/Z-1)

Manchester United Fokus Belanja Lini Depan, Tapi Siapa yang Akan Main di Lini Tengah

Manchester United Fokus Belanja Lini Depan, Tapi Siapa yang Akan Main di Lini Tengah


Manchester United Fokus Belanja Lini Depan, Tapi Siapa yang Akan Main di Lini Tengah?
Manchester United mengamankan kesepakatan senilai £74 juta untuk merekrut striker RB Leipzig, Benjamin Sesko.(Media Sosial X)

MANCHESTER United telah mengamankan kesepakatan senilai £74 juta untuk merekrut striker RB Leipzig, Benjamin Sesko. Dengan kedatangan Matheus Cunha dan Bryan Mbeumo lebih dulu, total belanja lini depan Setan Merah musim panas ini sudah melampaui £200 juta.

Namun, di balik agresivitas belanja untuk lini serang, muncul satu pertanyaan besar: siapa yang akan mengisi lini tengah?

Pelatih kepala Ruben Amorim memang ingin meningkatkan produktivitas gol setelah musim lalu United hanya mencetak 44 gol di liga. Hal itu menjadi catatan terburuk mereka sejak degradasi di musim 1973-74. Tetapi kebutuhan akan gelandang tengah yang mumpuni kini menjadi perhatian utama.

Skema Amorim dan Tantangan Peran Baru Bruno Fernandes

Amorim dikenal dengan formasi yang mengandalkan dua gelandang bertahan, dua wing-back agresif, dua inside forward, dan satu penyerang tengah. Dengan Sesko sebagai target man, Matheus Cunha dan Bryan Mbeumo akan mengisi posisi di belakangnya.

Namun, skema ini memaksa kapten Bruno Fernandes menempati salah satu peran gelandang bertahan. Fernandes bukan tipe gelandang yang disiplin bertahan atau rajin melakukan sprint untuk menutup ruang. Ia lebih cocok berperan sebagai playmaker yang bebas bergerak mencari celah.

Amorim sempat membantah kekhawatiran ini saat ditanya dalam sesi media di Chicago. “Bruno punya daya tahan luar biasa. Dia cerdas dan banyak berlari. Fisik bukan masalah,” katanya.

Namun fakta bahwa United mulai mencari informasi soal gelandang Brighton, Carlos Baleba, menunjukkan adanya kekhawatiran internal terkait ketahanan lini tengah mereka.

Opsi Internal: Ugarte, Casemiro, atau Mainoo?

United sebenarnya punya beberapa opsi di posisi gelandang tengah. Manuel Ugarte, yang diboyong dari PSG seharga £50,8 juta, belum tampil meyakinkan. Bahkan, ia hanya duduk di bangku cadangan saat final Liga Europa melawan Tottenham.

Di laga uji coba melawan Everton di Atlanta, Ugarte melakukan blunder fatal yang berujung gol penyama kedudukan. Ia kehilangan bola di area pertahanan sendiri.

Casemiro punya pengalaman dan ketenangan, tapi usianya yang menginjak 33 tahun mulai membatasi mobilitasnya. Ia bukan lagi pemain dengan jangkauan luas seperti saat bermain bersama Modric dan Kroos di Real Madrid.

Sementara itu, Kobbie Mainoo dianggap sebagai pemain dengan karakteristik mirip Fernandes: eksplosif dan ofensif. Ia memang tampil impresif di Euro 2024 bersama Inggris, tetapi saat itu ia didampingi Declan Rice. Di United, tandem sekelas itu belum tersedia.

Toby Collyer, gelandang 21 tahun jebolan akademi Brighton, dinilai sebagai opsi paling sesuai untuk peran bertahan. Namun, ia diperkirakan akan dipinjamkan musim ini dan belum siap mengemban tanggung jawab besar di tim utama.

Apakah United Perlu Belanja Lagi?

Jika tidak ada solusi internal, maka transfer menjadi satu-satunya jalan keluar. Masalahnya, meskipun United masih aman dari batas Financial Fair Play hingga 30 Juni 2026, klub tetap harus menjual pemain untuk menjaga keseimbangan skuad dan neraca keuangan.

Saat ini, beberapa pemain seperti Alejandro Garnacho, Antony, Jadon Sancho, dan Tyrell Malacia masuk dalam “bomb squad”. Garnacho bahkan dikabarkan sedang dalam pembicaraan dengan Chelsea.

Namun menjual semua pemain itu bukan perkara mudah, dan besar kemungkinan prosesnya baru rampung mendekati tenggat transfer pada 1 September.

Hal ini membuat transfer Baleba, yang dihargai sangat tinggi oleh Brighton, bahkan bisa mendekati angka £115 juta seperti kasus Moises Caicedo, menjadi sulit terwujud tanpa penjualan besar. (BBC/Z-2)