WAKIL Ketua MPR RI Lestari Moerdijat mengatakan literasi keuangan digital perempuan penting sebagai bagian dari upaya pemberdayaan untuk mewujudkan kesetaraan.
“Kemampuan di sisi literasi keuangan digital merupakan salah satu peluang yang harus diambil perempuan untuk merealisasikan kesetaraan,” kata Lestari Moerdijat dalam keterangan tertulisnya, Senin (11/8).
Data Statistik Telekomunikasi Indonesia tahun 2023 mencatat pengguna internet laki-laki mencapai 72,07%, sedangkan perempuan 66,35%.
Baca juga : Lestari Moerdijat: Tingkatkan Pemahaman Keluarga tentang Pentingnya Pemenuhan Gizi Seimbang
Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), kondisi tersebut diperparah oleh keterbatasan akses informasi, peluang ekonomi, dan stereotip gender yang menganggap perempuan kurang mampu mengelola layanan keuangan digital.
Sementara itu, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), meskipun 80,5% penduduk Indonesia sudah memiliki akses layanan keuangan, tingkat pemahaman masyarakat terhadap produk keuangan masih relatif rendah, yaitu sekitar 66%.
Menurut Lestari, kondisi tersebut harus benar-benar dicermati oleh para pemangku kepentingan dalam upaya meningkatkan literasi keuangan digital bagi perempuan.
Baca juga : Lestari Moerdijat: Upaya Perlindungan terhadap Korban TPPO Harus Dikedepankan
Upaya pemberdayaan dari sisi kemudahan akses digital dan literasi keuangan digital, ujar Rerie, sapaan akrab Lestari, harus dilakukan secara konsisten.
Rerie yang juga anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah itu berpendapat, peningkatan literasi digital dan keuangan harus menjadi bagian dari upaya pemberdayaan di lingkungan masyarakat, termasuk pemberdayaan perempuan melalui literasi keuangan digital.
Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu berharap political will para pemangku kebijakan dalam pemberdayaan perempuan melalui peningkatan literasi keuangan digital dapat konsisten dilakukan.
Hal itu, tambah Rerie, demi mewujudkan kemandirian perempuan dan masyarakat secara luas di tengah gejolak ekonomi global dan nasional yang terjadi saat ini. (RO/H-4)
Siswa MAN 1 Pidie, sedang mengikuti latihan jurnalistik pada Sabtu (9/8/2025).(MI/Amiruddin Abdullah Reubee)
ILMU jurnalistik tidak saja sekedar melukis suatu pemberitaan, melainkan lebih dari itu. Kemampuan jurnalistik yang bagus tentu akan membawa keterampilan berliterasi yang luar biasa. Itu sangat perlu untuk bekal kehidupan sosial dari hari ke hari.
“Bisa menjadi modal utama untuk meningkatkan pemahaman, berpikir kritis serta kemapuan berkomunikasi dan termotivasi semangat belajar sepanjang zama,n” demikian antara lain diungkapkan Kepala MAN 1 Pidie, Muhammad Thaifuri, di sela-sela pelatihan jurnalistik pada Sabtu (9/8).
Guna memperkaya literasi, sekitar 50 siswa dan siswi MAN 1 Pidie, Provinsi Aceh, belajar ilmu jurnalistik. Seni berliterasi dan keterampilan berkomunikasi yang dikemas dalam agenda ekstrakurikuler ini diasuh oleh guru tamu yakni seorang wartawan senior Media Indonesia, Amiruddin Abdullah Reubee.
Baca juga : Mengedukasi Warga Madrasah, MAN 1 Pidie Aceh Sembelih 8 Ekor Sapi Kurban
“Berlangsung di luar jam pelajaran pokok, 1 hingga 2 kali pertemuan dalam setiap pekan,” tutur Muhammad Thaifuri.
Di antara disiplin ilmu yang diajari kepada siswa adalah teknik menulis berita, merangkai artikel, memublikasikan fakta, dan menyebarluaskan informasi yang bermanfaat. Siswa juga diedukasi metode investigasi, teknik reportase, kerahasiaan atau keamanan mitra serta melindungi narasumber dan inteligensi pengungkapan peristiwa.
Amiruddin Abdullah Rubee, guru tamu pengasuh literasi dan jurnalistik, mengungkapkan dalam tempo tiga tahun sekali, The Organisation for Economi Co-operation and Development (OECD) melakukan survei uji kemampuan leterasi pelajar dunia melalui Programme for Internasional Student Assasment (PISA) yang mengukur tingkat kemampuan menulis, membaca, sains, dan matematika siswa berusia 15 tahun.
Baca juga : PGI Dorong Golf Jadi Ekstrakurikuler di Sekolah
Ternyata Indonesia selalu berada pada urutan nomor buncit kemampuan siswa berliterasi. Ketika PISA di gelar, posisi negera berpenduduk 270 juta jiwa ini bertengger pada peringkat 39 dari 41 negara yang dilakukan tes uji kemampuan.
Lebih pahit lagi, hasil PISA terbaru tahun 2022 menunjukkan keberadaan Indonesia pada peringkat 69 dari 80 negara yang diuji.
“Tidak diketahui apakah sering berganti kurikulum di sekolah kita, berdampak positif terhadap literasi bila ditengok dari peringkat negara lain. Ataukah metode edukasi yang harus diperkaya lagi,” tutur Amiruddin Abdullah.
Ditambahkan Amiruddin Abdullah Reubee, sesuai catatan The United Nations Educational, Scientific and Ciktural Organization (UNESCO) yang menyebutkan, indeks minat baca masyarakat Indonesia tidak lebih pada angka 0,001%. Itu perbandingannya adalah dari 1.000 warga Tanah Air ini, cuma satu jiwa saja yang memiliki minat dan rajin membaca.
“Karena itu Indonesia, termasuk Aceh khususnya pelajar di Pidie harus segera berbenah diri, sebelum kesiangan, guna membangkitkan literasi termasuk rajin membaca dan suka menulis. Literasi itu bukan sekedar membaca buku, artikel atau tulisan orang sebagainya. Lebih luas lagi literasi boleh dimaknai dengan kemampuan menulis suatu produk jurnalistik memahami informasi, lalu tercipta kemampuan baru sehingga berguna untuk kehidupan. Dalam edukasi jurnalistik sesuatu yang dilihat, didengar, berbicara atau menjelaskan hingga dipahamai banyak orang dengan benar juga berliterasi namanya,” tutup wartawan Media Indonesia yang akrab memberi materi di sekolah-sekolah unggul dan kampus di Aceh.
Adapun guru pembina latihan jurnalistik dan fotografer MAN 1 Pidie, Mutia Rahmi, mengatakan semangat murid-murid untuk menjadi penulis cukup tinggi. Itu terlihat dari jumlah yang mendaftar dari sebelumnya terus meningkat.
Apalagi tahun lalu ada di antara siswa peserta yang berhasil meraih juara 1 jurnalistik dan juara 2 fotografer di tingkat Kabupaten Pidie. Tinggal saja mereka menyisihkan sedikit waktu pada hari yang sudah terjadwal untuk mengikuti pelajaran ekstrakurikuler ini.
“Alhamdulillah semangat dan keingintahuan sangat tinggi. Itu setelah terbuka wahana betapa bermanfaatnya kemampuan literasi menumis dan menyuguhkan ke hadapan orang ramai. Apalagi di zaman teknologi informasi digital terkini,” tutur Mutia Rahmi. (MR/E-4)
...
►
Necessary cookies enable essential site features like secure log-ins and consent preference adjustments. They do not store personal data.
None
►
Functional cookies support features like content sharing on social media, collecting feedback, and enabling third-party tools.
None
►
Analytical cookies track visitor interactions, providing insights on metrics like visitor count, bounce rate, and traffic sources.
None
►
Advertisement cookies deliver personalized ads based on your previous visits and analyze the effectiveness of ad campaigns.
None
►
Unclassified cookies are cookies that we are in the process of classifying, together with the providers of individual cookies.