Pertajam Kualitas Komunikasi Perkuat Sisi Humanis Polri

Pertajam Kualitas Komunikasi Perkuat Sisi Humanis Polri


Pertajam Kualitas Komunikasi Perkuat Sisi Humanis Polri
Direktur Pemberitaan Media Indonesia Abdul Kohar (tengah) bersama jajaran Divisi Humas Polri.(MI/M. Ilham Ramadhan Avisena)

Kepolisian Negara Republik Indonesia terus berupaya menjadi institusi yang humanis dan dekat dengan masyarakat. Salah satu cara yang ditempuh oleh institusi keamanan tersebut ialah melalui penajaman kualitas komunikasi publik dan penyediaan data yang baik.

Karenanya, Media Indonesia bersama Divisi Humas Polri menyelenggarakan pelatihan kehumasan pada 11-13 Agustus 2025. Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari itu diikuti oleh anggota Polri di Divisi Humas di Gedung Divisi Humas Polri, Jakarta.

Melalui pelatihan tersebut para Perwira Utama (Pama) dan Perwira Remaja (Paja) Divisi Humas Polri diharapkan mampu memahami dan menerapkan pemberian dan penyajian informasi kepada masyarakat secara tepat dan baik. 

Biro Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PID) Divisi Humas Polri AKP Tyan Ludiana Prabowo mengatakan, kegiatan tersebut menjadi penting lantaran peran humas yang kian krusial. 

“Humas dulu fungsinya hanya pembantu pimpinan, sekarang humas menjadi fungsi utama dalam operasi Kepolisian, sehingga diharapkan oleh Kadiv Humas maupun Polri, seluruh personel Polri itu mengemban fungsi kehumasan. Sebelum memulai itu, ada baiknya personel humas sendiri dibekali dengan pemahaman seputar media, jurnalistik, public speaking, dan crisis management,” ujarnya, Rabu (13/8).

Pada hari pertama, kegiatan pelatihan diisi dengan materi dan kegiatan interaktif seputar public speaking. Mater disampaikan oleh public speaker Naila Husna. AKP Tyan mengatakan, pada sesi tersebut para Paja dilatih untuk berani berbicara di depan publik.

“Sangat baik untuk perwira ini karena mereka di lini tengah dalam manajemen, jadi mereka harus menjembatani permintaan pimpinan dan bagaimana menerjemahkan kepada anggotanya,” tuturnya. 

Pada hari kedua, kegiatan pelatihan diisi dengan materi penulisan berita dan penulisan siaran pers yang diberikan oleh praktisi media Eko Suprihanto. Pada sesi ini, peserta pelatihan mendapatkan pemahaman dan metode yang tepat dalam memberikan informasi kepada publik melalui siaran pers maupun berita. 

Sedangkan pada hari ketiga, para peserta mendapatkan materi Media Relation/Media Handling, Handling krisis oleh Direktur Pemberitaan Media Indonesia Abdul Kohar di sesi pertama. Sementara di sesi kedua para peserta mendapatkan materi pengolahan data untuk informasi oleh Redaktur Litbang Media Indonesia Gurit Adi Suryo. 

“Manajemen krisis, itu baik sekali. Divisi humas itu pasti berhadapan dengan krisis, karena dari 450 ribu Polri, pasti ada satu dua oknum yang membuat berita negatif, tetapi kewajiban Polri secara moril adalah memberitakan hal yang positif, humanis, dan dapat dipercaya oleh masyarakat,” jelas AKP Tyan.

Dia berharap melalui pelatihan tersebut Divisi Humas Polri dapat meningkatkan kualitas pemberian informasi kepada masyarakat. Itu sekaligus menjadi bagian dari pembuktian bahwa Polri merupakan sahabat dari masyarakat. 

“Polri adalah bagian dari masyarakat dan masyarakat adalah bagian dari Polri. Dengan komunikasi yang baik, hubungan yang baik dengan masyarakat, tokoh masyarakat, komunitas, apa pun media utamanya. Saat polisi dan masyarakat sepaham, itu sudah pasti keamanan akan dapat lebih terjaga dengan baik,” terang AKP Tyan. 

Direktur Pemberitaan Media Indonesia Abdul Kohar menuturkan, kerja sama antara Media Indonesia dengan Divisi Humas Polri telah dilakukan secara berkelanjutan. Itu diharapkan mampu mengiringi perbaikan kualitas pelayanan kepada masyarakat, terutama dalam bentuk pemberian informasi.

“Dalam paparan saya tekankan divisi humas polri harus proaktif untuk menyampaikan, tidak hanya narasi, gambar video, atau audio, tapi hal yang bisa dilihat dengan mata langsung, seeing is believing, misal, polisi dikatakan berubah, apa perubahannya, tolok ukurnya apa, bentuknya apa, itu harus banyak diproduksi oleh Polri,” kata dia. 

“Menghadapi situasi sekarang ini, banyak informasi di drive oleh media sosial, jangan defensif, tapi proaktif, memberikan penjelasan, membuat narasi alternatif, yang tidak kalah penting adalah menunjukkan hal itu dalam bukti nyata di lapangan. Latihan-latihan di kelas ini untuk me-remind kita bahwa polri merupakan bagian dari masyarakat, pengayom masyarakat,” pungkas Kohar. (Mir/P-1)

Arti Last Chat Makna dan Pentingnya dalam Komunikasi Digital

Arti Last Chat Makna dan Pentingnya dalam Komunikasi Digital


Arti Last Chat: Makna dan Pentingnya dalam Komunikasi Digital
Ilustrasi.(Freepik)

Di era digital, komunikasi melalui aplikasi pesan instan seperti WhatsApp, Telegram, atau media sosial sudah menjadi bagian dari keseharian kita. Salah satu istilah yang sering muncul adalah last chat.

Tapi, apa sebenarnya arti last chat? Mengapa istilah ini begitu penting dalam komunikasi digital? Artikel ini akan menjelaskan secara lengkap tentang makna, pentingnya, dan dampak last chat dalam kehidupan sehari-hari.

Apa Itu Last Chat?

Arti last chat merujuk pada pesan terakhir yang dikirim atau diterima dalam sebuah percakapan digital. Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan pesan penutup dalam obrolan, baik itu di aplikasi pesan, media sosial, atau platform lainnya. Misalnya, ketika kamu mengobrol dengan teman di WhatsApp dan pesan terakhir adalah “Oke, sampai jumpa besok!”, itulah yang disebut last chat.

Last chat biasanya menjadi penanda akhir dari sebuah percakapan. Namun, di balik kesederhanaannya, last chat sering kali menyimpan makna yang lebih dalam, tergantung pada konteks dan hubungan antar pengguna.

Makna Last Chat dalam Komunikasi Digital

Last chat bukan sekadar pesan terakhir, tetapi juga bisa mencerminkan suasana hati, niat, atau dinamika hubungan. Berikut adalah beberapa makna dari last chat:

  • Menunjukkan Status Hubungan: Jika last chat berisi pesan positif seperti “Terima kasih ya!” atau “Aku senang ngobrol sama kamu,” ini bisa menunjukkan hubungan yang baik. Sebaliknya, pesan singkat seperti “Ok” atau bahkan tanpa balasan bisa mengindikasikan ketegangan.
  • Menandakan Akhir Obrolan: Last chat sering menjadi penutup sementara sebuah percakapan. Misalnya, pesan seperti “Nanti kita lanjutin ya!” menunjukkan bahwa obrolan akan berlanjut di lain waktu.
  • Mencerminkan Kepribadian: Cara seseorang menulis last chat bisa mencerminkan kepribadian mereka. Ada yang suka menggunakan emotikon, ada pula yang lebih formal dengan kata-kata seperti “Sampai jumpa”.

Pentingnya Last Chat dalam Komunikasi Digital

Last chat memiliki peran penting dalam komunikasi digital karena bisa memengaruhi persepsi dan hubungan antar individu. Berikut adalah alasan mengapa arti last chat begitu signifikan:

  1. Membentuk Kesan Terakhir: Dalam komunikasi, kesan terakhir sangat penting. Last chat yang ramah dan jelas dapat meninggalkan kesan positif, sementara pesan yang ambigu atau dingin bisa memicu kesalahpahaman.
  2. Menjaga Hubungan: Last chat yang hangat, seperti “Semoga harimu menyenangkan!” dapat mempererat hubungan, baik itu dengan teman, keluarga, atau rekan kerja.
  3. Mengatur Ekspektasi: Pesan terakhir sering kali memberikan petunjuk apakah percakapan akan berlanjut atau berhenti. Misalnya, last chat seperti “Aku kabari nanti” menunjukkan adanya kelanjutan di masa depan.

Tips Membuat Last Chat yang Efektif

Agar last chat kamu meninggalkan kesan positif dan mendukung komunikasi yang sehat, berikut beberapa tips praktis:

  • Gunakan Nada Positif: Akhiri obrolan dengan nada ramah, seperti “Terima kasih atas infonya!” atau “Semoga sukses!”.
  • Jelaskan Langkah Selanjutnya: Jika percakapan akan dilanjutkan, beri tahu kapan atau bagaimana, misalnya, “Besok aku hubungi lagi ya!”.
  • Hindari Ambiguitas: Pesan yang terlalu singkat seperti “Ok” atau “Ya” bisa disalahartikan. Berikan konteks yang jelas untuk menghindari salah paham.
  • Sesuaikan dengan Konteks: Untuk obrolan formal, gunakan bahasa yang sopan. Untuk teman dekat, emotikon atau bahasa santai bisa membuat last chat lebih hangat.

Kesalahan Umum dalam Last Chat

Meski terlihat sederhana, last chat bisa memicu masalah jika tidak diperhatikan. Beberapa kesalahan umum yang perlu dihindari:

  • Meninggalkan Pesan Tanpa Balasan: Tidak membalas pesan terakhir bisa membuat lawan bicara merasa diabaikan.
  • Pesan yang Terlalu Dingin: Pesan seperti “K” atau “Ok” sering dianggap kurang ramah, terutama dalam hubungan personal.
  • Tidak Menyesuaikan Konteks: Menggunakan bahasa santai dalam obrolan formal, atau sebaliknya, bisa membuat last chat terasa tidak tepat.

Kesimpulan

Arti last chat jauh lebih dari sekadar pesan terakhir dalam sebuah percakapan. Last chat mencerminkan emosi, niat, dan dinamika hubungan dalam komunikasi digital. Dengan memahami makna dan pentingnya last chat, kamu bisa menciptakan komunikasi yang lebih efektif dan membangun hubungan yang lebih baik dengan orang-orang di sekitarmu. Mulai sekarang, perhatikan last chat kamu dan pastikan pesanmu meninggalkan kesan positif!