Real Madrid Masih Kesulitan di Lini Depan

Real Madrid Masih Kesulitan di Lini Depan


Real Madrid Masih Kesulitan di Lini Depan
Para pemain Real Madrid(X @realmadriden)

REAL Madrid berhasil meraih tiga poin penuh setelah menundukkan Osasuna 1-0 pada pertandingan pembuka La Liga musim 2025/2026 di Santiago Bernabeu, Rabu (20/8) WIB. Meski hasil akhir positif, sang pelatih Xabi Alonso menilai timnya masih kurang dalam urusan ketajaman.

Pada laga tersebut, Alonso menurunkan trisula Vinicius Junior, Kylian Mbappe, dan Brahim Diaz sebagai starter. Gol tunggal kemenangan tercipta di babak kedua lewat penalti. Memasuki menit ke-50, Mbappe dijatuhkan di kotak terlarang dan dirinya sendiri sukses menuntaskan eksekusi penalti untuk membawa Madrid unggul 1-0. Penyerang asal Prancis itu tampil gemilang sebagai man of the match dengan torehan satu gol, dua peluang tercipta, serta delapan kali melewati lawan.

Meski begitu, Madrid gagal menambah gol hingga laga usai. Vinícius justru menuai sorotan karena hanya mampu melepaskan satu tembakan yang melenceng dan mencatat satu kali dribel sukses. Alonso puas atas kemenangan tersebut tapi tidak dengan caranya. Dia mengakui timnya masih kesulitan membongkar pertahanan rapat lawan.

“Ada beberapa aspek yang sudah baik dan ada juga yang masih harus diperbaiki. Jalan masih panjang, tapi kami bermain terorganisir. Kami kurang vitalitas di sepertiga akhir lapangan dan kesulitan menciptakan peluang nyata,” kata Alonso dilansir Sportingnews.

“Saya yakin tim akan terus berkembang dan menemukan ritmenya kembali. Saat ini kami masih dalam fase penyetelan, namun kemenangan memberi ketenangan,” ujar Alonso.

Secara defensif, Los Blancos tampil solid dengan hanya membiarkan Osasuna melepaskan dua tembakan sepanjang laga.

Alonso menilai masalah utama justru berada di lini depan, terutama saat menghadapi blok rendah yang diterapkan lawan. Ia juga menyebut Madrid belum punya cukup waktu untuk beradaptasi dalam skema serangan menghadapi pertahanan rapat seperti yang dilakukan Osasuna.(M-2)

Rp3 Juta Per Hari yang Diterima Anggota DPR Dinilai Kangkangi Kesulitan Rakyat

Rp3 Juta Per Hari yang Diterima Anggota DPR Dinilai Kangkangi Kesulitan Rakyat


Rp3 Juta Per Hari yang Diterima Anggota DPR Dinilai Kangkangi Kesulitan Rakyat
Ilustrasi.(MI)

PENELITI di Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus mengatakan narasi kenaikan gaji anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI yang disebut mencapai Rp3 juta per hari dinilai berlebihan dan nirempati karena menyepelekan kesulitan yang dirasakan sebagian besar masyarakat Indonesia.

“Nampaknya ada pengakuan akan besarnya pemasukan anggota DPR setiap bulan. Saking besarnya pemasukan itu, anggota DPR sendiri sampai sulit memastikan angka pasti dari uang yang mengalir ke rekening mereka,” katanya saat dikonfirmasi Media Indonesia pada Minggu (17/8). 

Lucius menghitung dengan total pemasukan lebih dari 100 juta, hal itu menandakan bahwa anggota DPR setiap hari akan dibayar minimal Rp 3 juta. Menurutnya, nominal Rp 100 juta merupakan angka minimal sehingga dapat dipastikan uang yang diterima anggota DPR jauh di atas angka tersebut. 

“Harian mereka bisa lebih dari 3 juta per hari. Saya kira pendapatan besar anggota DPR ini sudah lama dikonfirmasi. Di periode lalu, Krisdayanti pernah mengungkapkan angka-angka yang masuk ke rekeningnya setiap bulan. Jumlah totalnya juga lebih dari 100 juta,” ungkapnya. 

Parlemen Culas?

Menurut Lucius, DPR kerap memperlihatkan keculasan untuk bisa menambah pundi-pundi penghasilan pribadi melalui berbagai tunjangan mulai dari tunjangan reses, tunjangan komunikasi intensif, tunjangan kunjungan kerja, hingga tunjangan perumahan, dan lainnya. 

“DPR memang paling kreatif untuk menemukan jenis tunjangan baru yang dibebankan kepada negara. Ada banyak sekali jenis tunjangan yang diterima anggota sampai mereka sendiri lupa mengingat satu per satu,” tukasnya. 

Kinerja DPR?

Lucius menilai tunjangan-tunjangan anggota DPR kerap dijadikan strategi untuk menambah pendapatan karena jika hanya mengandalkan gaji, angka yang diterima DPR sekitar di bawah Rp 10 juta. 

“Tunjangan ini sesungguhnya bahasa politik dari istilah subsidi. Banyaknya variasi subsidi yang diterima anggota DPR nampaknya berbanding terbalik dengan kinerja mereka, ini ironis,” tuturnya. 

Lucius menjelaskan untuk urusan menyerap aspirasi daerah, ada banyak subsidi yang diterima anggota DPR seperti subsidi untuk komunikasi, dana reses, dana sosialisasi empat pilar, dan dana aspirasi, hingga dana sosialisasi.

“Jumlah subsidi-subsidi tidak main-main angkanya. Akan tetapi subsidi besar itu tak membuat aspirasi warga bisa diserap untuk diperjuangkan di DPR,” jelasnya. 

Tunjangan Lain?

Selain itu, Lucius menuturkan tunjangan-tunjangan untuk pelaksanaan rapat-rapat di DPR juga tak kalah besarnya meskipun hampir setiap rapat kehadiran anggota DPR tak pernah maksimal dan banyak pembahasan RUU yang cenderung mandeg.

“Jadi semakin banyak tunjangan justru membuat anggota jadi obesitas. Mereka malas, ngga punya inisiatif, kreatifitas. Apalagi ketika konsolidasi parpol dan koalisi sekarang cenderung hegemonik, ya semakin malas saja anggota-anggota DPR itu,” katanya. (Dev) 

Terlebih lagi, lanjut Lucius membenarkan bahwa anggota DPR kerap kali mendapatkan masukan penghasilan dari berbagi sumber yang tidak legal sesuai mitra kerja atau tugas dan kewenangan komisi.

 “Jadi jumlah 100 juta itu memang nampaknya angka minimal sekali. Pendapatan ilegal yang juga terus masuk ke rekening menambah jumlah uang masuk anggota hingga mereka sendiri tak mampu menyebut angka percis pendapatan resmi mereka,” ungkapnya. (Dev/P-3)