BAZNAS Perkuat Kemitraan CSR untuk Pemberdayaan Masyarakat

BAZNAS Perkuat Kemitraan CSR untuk Pemberdayaan Masyarakat


BAZNAS Perkuat Kemitraan CSR untuk Pemberdayaan Masyarakat
Baznas ungkap potensi CSR di Indonesia mencapai Rp80 triliun. Potensi itu bisa memperkuat dana sosial keagamaan.(Baznas)

BADAN Amil Zakat Nasional (BAZNAS) RI menegaskan besarnya potensi Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia yang diperkirakan mencapai Rp80 triliun. Potensi ini dapat diarahkan untuk memperkuat dana sosial keagamaan (ZIS-DSKL) dalam mendukung program pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat.

Hal tersebut disampaikan dalam BAZNAS Development Forum yang digelar di Gedung BAZNAS Institute, Jakarta, Selasa (19/8/2025). Hadir dalam kesempatan tersebut, Pimpinan BAZNAS RI Bidang Pengumpulan, H. Rizaludin Kurniawan, S.Ag., M.Si., CFRM., Deputi I Bidang Pengumpulan, H. M. Arifin Purwakananta, Direktur Pengumpulan Badan, H. Faisal Qosim, serta Direktur Pengumpulan Perorangan, H. Fitriansyah Agus Setiawan.

Dalam sambutannya, Rizaludin Kurniawan menegaskan, BAZNAS hadir bukan sekadar meminta bantuan kepada perusahaan, melainkan menawarkan kemitraan strategis.

“Semangat kita adalah bagaimana BAZNAS bisa menjadi mitra terbaik perusahaan dalam menjalankan CSR. Kita bukan meminta-minta, tapi ingin hadir sebagai mitra bisnis yang memberikan pelayanan, pengalaman, dan perubahan nyata. Dari zakat, infak, sedekah, maupun CSR, orientasi kita adalah membantu perusahaan mencapai target sosialnya sekaligus memberikan dampak nyata bagi mustahik,” ujarnya.

Rizaludin juga menekankan, perusahaan memiliki banyak alasan untuk mempercayakan CSR maupun zakat perusahaannya melalui BAZNAS.

“Perusahaan melihat BAZNAS sebagai lembaga terpercaya, bereputasi, dengan jaringan luas di masyarakat. BAZNAS bisa membantu penetrasi ke konsumen muslim, memfasilitasi promosi, hingga meng-customize program sesuai kebutuhan perusahaan. Bahkan, logo Taat Zakat yang melekat pada produk bisa menjadi nilai tambah bagi brand mereka, sejajar dengan logo halal,” jelasnya.

Sementara itu, Deputi I Bidang Pengumpulan, H. M. Arifin Purwakananta, menegaskan bahwa CSR merupakan peluang yang harus dijemput dengan serius oleh BAZNAS.

“CSR di perusahaan bisa kita pandang sebagai infak atau sedekah perusahaan. Karena itu, BAZNAS siap menjadi mitra terpercaya. Kita tidak sekadar menyalurkan dana, tapi juga punya kekuatan program, jaringan, serta kemampuan sinergi dengan pemerintah dan masyarakat. Inilah yang menjadikan CSR bersama BAZNAS lebih berdaya guna dan berkelanjutan,” tutur Arifin.

Arifin juga mengungkapkan bahwa BAZNAS tengah mengembangkan paradigma “GRID (Green, Resilient, Inclusive, and Durable)” yang akan diluncurkan pada Rakernas mendatang.

“Paradigma GRID akan memperkuat positioning BAZNAS dalam kemitraan CSR. Dengan pendekatan ini, setiap program tidak hanya memberikan manfaat sosial, tetapi juga menjaga keberlanjutan lingkungan dan mendukung pencapaian SDGs,” jelasnya.

Melalui sinergi CSR bersama perusahaan, BAZNAS berharap dana sosial yang besar di Indonesia dapat dikelola secara profesional, transparan, dan berdampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat. (RO/Z-2)

Australia dan Indonesia Menandatangani Kemitraan untuk Transformasi Kesehatan

Australia dan Indonesia Menandatangani Kemitraan untuk Transformasi Kesehatan


Australia dan Indonesia Menandatangani Kemitraan untuk Transformasi Kesehatan
Penandatanganan perjanjian kemitraan oleh Duta Besar Australia untuk Indonesia Roderick Brazier dan Sekretaris Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia Teni Widuriyanti.(MI/HO)

AUSTRALIA dan Indonesia secara resmi memulai Kemitraan baru Australia-Indonesia untuk Transformasi Kesehatan (Kita Sehat), yang diumumkan oleh Perdana Menteri Anthony Albanese dan Presiden Prabowo Subianto pada Pertemuan Tahunan Pemimpin Indonesia-Australia 2025 di Jakarta.

Dalam kunjungannya ke Indonesia, Menteri Pembangunan Internasional, Usaha Kecil, dan Multikultural Australia Anne Aly bersama Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia, Prof Rachmat Pambudy menyaksikan penandatanganan perjanjian kemitraan oleh Duta Besar Australia untuk Indonesia Roderick Brazier dan Sekretaris Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia Teni Widuriyanti.

Kiita Sehat akan memperkuat kemampuan Indonesia dalam mencegah, mendeteksi, dan merespons penyakit menular serta keadaan darurat pada manusia dan hewan. 

Program ini juga akan berfokus pada pembangunan sistem kesehatan yang tangguh yang dapat menyediakan layanan kesehatan primer yang adil dan inklusif.

Aly mengatakan, “Australia dan Indonesia memiliki sejarah panjang kerja sama untuk mengatasi tantangan kesehatan di kawasan kita bersama. Kemitraan ini berlanjut melalui inisiatif Kita Sehat, yang akan mendorong kesejahteraan dan ketahanan keluarga serta masyarakat di seluruh Indonesia.”

Pambudy mengatakan, “Kita Sehat mencerminkan komitmen kami untuk mewujudkan transformasi sistem kesehatan Indonesia, khususnya layanan kesehatan primer. Kami menghargai kemitraan jangka panjang Australia dalam memajukan prioritas kebijakan kami di sektor kesehatan.”

Kita Sehat akan berinvestasi sebesar A$100 juta selama delapan tahun untuk mendorong kebijakan kesehatan berbasis bukti, layanan kesehatan berkualitas yang mudah diakses, dan pengelolaan yang responsif terhadap ancaman keamanan kesehatan. (Z-1)