Kembangkan Perawatan Non-invasive, Galleria Rin Dermatology Clinic Gelar Beauty Class

Kembangkan Perawatan Non-invasive, Galleria Rin Dermatology Clinic Gelar Beauty Class


Kembangkan Perawatan Non-invasive, Galleria Rin Dermatology Clinic Gelar Beauty Class
Peluncuran Thermage FLX di Galleria Rin Dermatology Clinic Indonesia yang diharapkan dapat memberi pengalaman dan standar layanan kelas dunia ke banyak pasien di Tanah Air.(Dok. Galleria Rin Dermatology Clinic)

DALAM mendukung misi menjadi klinik terpercaya, Galleria Rin Dermatology Clinic menggelar Beauty Class eksklusif yang berfokus pada perawatan kulit non-invasive, sekaligus meluncurkan mesin Thermage FLX yang terbaru. Acara ini menghadirkan para penggemar perawatan kecantikan, profesional industri, dan ahli untuk mengeksplorasi perkembangan terbaru dalam peremajaan kulit non-invasif.

Harapannya, dengan peluncuran Thermage FLX di Galleria Rin Dermatology Clinic Indonesia, pengalaman dan standar layanan kelas dunia ini dapat dinikmati oleh lebih banyak pasien di Tanah Air.

Beauty Class ini dihadiri oleh dr. Keum DongIn, Direktur Utama dan Advisor dari Galleria Rin Dermatology Clinic dari Korea yang membagikan keahliannya dalam perawatan dermatologi terkini dan teknologi canggih. dr. Keum menekankan pentingnya perawatan yang dipersonalisasi dalam estetika, memastikan bahwa setiap rencana perawatan disesuaikan dengan kebutuhan spesifik klien.

“Di Galleria Rin Dermatology Clinic, kami selalu berusaha untuk menghadirkan solusi perawatan kulit yang inovatif dan efektif. Thermage FLX adalah teknologi terbaru yang kami perkenalkan untuk memberikan hasil yang optimal dalam peremajaan kulit, tanpa melalui prosedur bedah. Beauty Class ini dilangsungkan untuk memberikan kesempatan kepada peserta untuk lebih memahami teknologi ini secara langsung, serta melihat bagaimana perawatan ini dapat membawa perubahan signifikan pada kulit mereka,” ujar dr. Keum dikutip dari siaran pers yang diterima, Selasa (19/8).

Selain sesi mendalam dari dr. Keum, peserta juga mendapat kesempatan untuk menyaksikan demonstrasi langsung perawatan Thermage FLX, memberikan pandangan langsung tentang proses perawatan dan hasilnya yang terlihat segera. Di Beauty Class ini, peserta juga mendapatkan kesempatan langka untuk melihat langsung perawatan Thermage FLX pada probandus, Dianna Indira (57). Setelah menjalani perawatan, Dianna menyatakan kulit wajahnya langsung terasa lebih kencang, dengan tingkat rasa sakit yang hanya 2 dari 10.

“Saya merasa hangat di beberapa bagian wajah saya, dan masalah kulit kendur di area mata saya terasa lebih baik setelah perawatan,” katanya. 

Hal ini memberikan gambaran nyata tentang efek positif dari Thermage FLX. Sebagai distributor resmi Thermage FLX di Indonesia, idsMED Aesthetics menyambut baik kesempatan untuk berkolaborasi dengan Galleria Rin Dermatology Clinic dalam memperkenalkan teknologi skin-tightening non-invasive, Thermage FLX.

Andy Rahardja, Vice President of idsMED Aesthetics, menyampaikan antusiasmenya terkait kolaborasi ini.

“Sebagai distributor resmi Thermage FLX di Indonesia, kami bangga dapat bekerja sama dengan Galleria Rin Dermatology Clinic dalam menghadirkan teknologi ini kepada konsumen di Indonesia. Beauty Class yang dihadirkan Galleria Rin Dermatology Clinic ini merupakan inisiatif yang sangat positif, dan merupakan platform yang tepat untuk mengenalkan Thermage FLX kepada lebih banyak orang,” ujarnya.

Sementara itu, Marisa Theresia, Head of idsMED Aesthetics, juga menambahkan, dengan hadirnya Thermage FLX yang merupakan gold standard untuk skin tightening, perawatan ini memberikan solusi yang aman dan efektif untuk peremajaan kulit tanpa memerlukan prosedur bedah. 

“Inisiatif Galleria Rin Dermatology melalui Beauty Class ini merupakan langkah strategis untuk memperkenalkan manfaat Thermage FLX secara langsung ke calon konsumen. Kami percaya bahwa dengan edukasi yang tepat, semakin banyak orang akan tertarik untuk mengeksplorasi perawatan non-invasif terbaik yang ada saat ini,” tuturnya.

Kolaborasi antara idsMED dan Galleria Rin Dermatology Clinic menetapkan standar baru dalam perawatan estetika dan membuka jalan bagi inovasi menarik lainnya di industri kecantikan. (Fal/E-1)

Ilmuwan Johns Hopkins Kembangkan Mini Otak Manusia Pertama yang Simulasikan Aktivitas Nyata

Ilmuwan Johns Hopkins Kembangkan Mini Otak Manusia Pertama yang Simulasikan Aktivitas Nyata


Ilmuwan Johns Hopkins Kembangkan Mini Otak Manusia Pertama yang Simulasikan Aktivitas Nyata
Tim ilmuwan Johns Hopkins University berhasil mengembangkan organoid otak manusia pertama yang meniru seluruh bagian otak.(Johns Hopkins University)

TIM ilmuwan di Johns Hopkins University berhasil mengembangkan organoid otak manusia pertama yang meniru seluruh bagian otak, lengkap dengan jaringan saraf, pembuluh darah awal, dan aktivitas listrik. Terobosan ini diharapkan membuka jalan baru dalam studi penyakit neuropsikiatri seperti autisme dan skizofrenia.

Organoid ini dinamakan multi-region brain organoid (MRBO) karena merepresentasikan berbagai bagian otak yang terhubung dan berfungsi bersama. Kebanyakan organoid sebelumnya hanya meniru satu bagian otak, seperti korteks atau batang otak. Namun, versi terbaru ini menunjukkan interaksi antarwilayah otak, mirip dengan perkembangan otak manusia pada awal kehamilan.

“Kami telah menciptakan generasi baru organoid otak,” ujar Annie Kathuria, asisten profesor di Departemen Teknik Biomedis Johns Hopkins. “Mini otak ini meniru perkembangan otak manusia dengan lebih realistis.”

Menyatukan Jaringan Otak dan Pembuluh Darah

Dalam prosesnya, para peneliti menumbuhkan sel saraf dari berbagai wilayah otak serta bentuk awal pembuluh darah secara terpisah. Kemudian, bagian-bagian ini disatukan menggunakan protein perekat khusus agar dapat terhubung secara biologis. Setelah menyatu, jaringan ini mulai menunjukkan aktivitas listrik, tanda koneksi saraf sudah terbentuk.

Mini otak ini mengandung sekitar 6 hingga 7 juta neuron, jauh lebih kecil dibandingkan otak manusia dewasa yang memiliki puluhan miliar neuron. Meski demikian, organoid ini mencerminkan sekitar 80% jenis sel otak yang ditemukan pada janin manusia berusia 40 hari.

Para peneliti juga mencatat tanda-tanda awal pembentukan blood-brain barrier, lapisan pelindung otak yang menyaring zat-zat dari aliran darah. Ini menambah kedekatan mini otak ini dengan sistem biologis otak manusia sebenarnya.

Harapan Baru untuk Studi Penyakit Mental

Model otak manusia ini dianggap sangat penting. Pasalnya model ini memungkinkan ilmuwan mengamati perkembangan penyakit mental secara langsung, yang selama ini sulit dilakukan melalui studi pada hewan atau manusia hidup.

“Saya tidak bisa meminta orang membuka otaknya hanya untuk mempelajari autisme,” kata Kathuria. “Dengan organoid ini, kami bisa melihat bagaimana gangguan berkembang, menguji pengobatan, bahkan menyesuaikan terapi bagi pasien secara individual.”

Organoid ini juga menjanjikan dalam pengujian obat eksperimental. Saat ini, sekitar 85–90% obat gagal di uji klinis tahap awal, angka yang lebih tinggi lagi untuk obat neuropsikiatri, mencapai 96% kegagalan. Salah satu penyebabnya adalah ketergantungan pada model hewan yang tidak mencerminkan kompleksitas otak manusia.

“Gangguan seperti skizofrenia, autisme, dan Alzheimer memengaruhi seluruh otak,” tambah Kathuria. “Dengan memahami apa yang keliru sejak dini, kita bisa menemukan target baru untuk terapi.” (Science Daily/Z-2)

BUMA Gandeng Toffs Technologies Singapura Kembangkan Platform Keamanan Siber

BUMA Gandeng Toffs Technologies Singapura Kembangkan Platform Keamanan Siber


BUMA Gandeng Toffs Technologies Singapura Kembangkan Platform Keamanan Siber
Penandatanganan MoU antara BUMA dan Toffs Technologies(Dok.HO)

BADAN Usaha Milik Ansor (BUMA), melalui anak usaha PT Sahabat Kokoh Teknologi, menjalin kemitraan strategis dengan perusahaan teknologi asal Singapura, Toffs Technologies. Kemitraan itu untuk mengembangkan solusi keamanan siber canggih di bidang mitigasi serangan DDoS, jaringan tak terlacak dengan enkripsi kuantum, serta platform keamanan internet dan pembelajaran daring berbasis AI yang ditujukan untuk komunitas di seluruh Indonesia. 

Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) berlangsung di kantor pusat Toffs Technologies di Singapura pada Senin (28/7). Kemitraan business-to-business (B2B) ini bertujuan untuk membawa teknologi keamanan siber mutakhir ke pasar Indonesia.

“Ini adalah langkah konkret BUMA dalam mendorong kemandirian teknologi dan memperkuat ekosistem digital nasional, khususnya di bidang keamanan siber,” ujar H. Addin Jauharudin dalam keterangan tertulis. 

Kolaborasi itu akan meluncurkan platform BUMA Quantum Secure. Platform akan dilengkapi fitur seperti perlindungan DDoS, transmisi data yang terenkripsi, serta sistem penyaringan keamanan di titik awal (edge-based security filtering).

Solusi ini diperkirakan akan memainkan peran penting dalam memperkuat ketahanan siber nasional, baik di sektor publik maupun swasta. Platform BUMA Quantum Secure juga disiapkan untuk menyediakan konektivitas internet yang aman dan mendukung pembelajaran daring bagi komunitas di seluruh penjuru Indonesia. 

Sebagai bagian dari ekosistem yang lebih luas, BUMA juga bekerja sama dengan Entropya AG, perusahaan keamanan siber asal Swiss yang mengembangkan teknologi digital camouflage, konektivitas tak terlacak, dan kriptografi yang siap menghadapi ancaman dari komputasi kuantum. Solusi Entropya ini mengikuti prinsip hide-harden-verify untuk memastikan keamanan sistem digital secara menyeluruh. 

Jason Kong menambahkan, “Kami merasa terhormat dapat mengembangkan solusi BUMA Quantum Secure bersama BUMA untuk mempercepat adopsi aplikasi yang aman dan pendidikan daring berbasis AI bagi komunitas-komunitas di seluruh Indonesia,” ungkap Co-Founder dan CTO Toffs, Jason Kong.

Solusi BUMA Quantum Secure dan solusi keamanan siber berteknologi Post-Quantum Resilience hasil kerja sama dengan Entropya AG dijadwalkan akan diluncurkan pada kuartal ketiga tahun 2025. Produk ini ditujukan bagi perusahaan swasta, instansi pemerintah, dan lembaga pendidikan yang membutuhkan perlindungan data dan jaringan dengan tingkat keamanan tinggi serta infrastruktur digital yang andal. (M-3)