10 Negara Paling Toleran di Dunia, Ketika Keberagaman Diterima sebagai Kekuatan

10 Negara Paling Toleran di Dunia, Ketika Keberagaman Diterima sebagai Kekuatan



loading…

Demonstran menentang kebijakan migran Uni Eropa di Amsterdam, Belanda. Foto/anadolu

AMSTERDAM – Di tengah pergolakan politik dan retorika eksklusif yang kadang menguat, ada negara-negara yang justru gemilang karena memeluk keberagaman dengan ramah. Negara-negara paling toleran ini bukan sekadar membuka pintu—mereka membiarkan siapa pun masuk, berdiri, dan bersuara dengan wajar tanpa takut dimarginalkan.

Toleransi mereka bukan sekadar slogan, tapi terpatri dalam kebijakan, budaya, dan keseharian warganya.

Berikut adalah 10 negara yang menjadi model ketika berbicara tentang harmoni, hak asasi, dan inklusivitas.

1. Kanada

Kanada dikenal sebagai salah satu negara dengan tingkat toleransi tertinggi di dunia, terutama dalam hal menerima imigran dan keberagaman budaya.

Laporan dari World Population Review dan Gallup World Poll menunjukkan lebih dari 70% penduduk Kanada mendukung imigrasi dan hak minoritas.

Kanada juga memiliki kebijakan multikulturalisme resmi, yang memungkinkan berbagai budaya hidup berdampingan tanpa harus melebur menjadi satu identitas dominan.

Di kota besar seperti Toronto, Montreal, dan Vancouver, ratusan bahasa digunakan, dan komunitas multietnis hidup dengan relatif damai.

Selain itu, Kanada juga menempati peringkat tinggi dalam Global Peace Index karena rendahnya konflik sosial dan kuatnya perlindungan terhadap kebebasan beragama, gender, dan orientasi seksual.

Pemerintah Kanada mendukung pernikahan sesama jenis sejak 2005, jauh sebelum banyak negara lain.

Toleransi ini menjadikan Kanada sebagai destinasi utama bagi para pencari suaka, imigran, maupun ekspatriat yang mencari lingkungan hidup yang aman dan inklusif.

2. Swedia

Swedia sering disebut sebagai negara paling progresif dalam hal toleransi dan kesetaraan. Menurut OECD Better Life Index, Swedia memiliki sistem hukum yang kuat untuk melindungi kebebasan individu, termasuk hak LGBTQ+, kesetaraan gender, dan kebebasan beragama.

Warga Swedia sangat terbuka terhadap perbedaan, dan survei dari Gallup World Poll mencatat tingkat penerimaan imigran yang tinggi.

Negara ini juga menjadi salah satu pelopor dalam menerima pengungsi, terutama dari Timur Tengah dan Afrika.

Selain faktor kebijakan, budaya egalitarian yang melekat dalam masyarakat Swedia ikut memperkuat toleransi.

Mereka menekankan prinsip lagom (keseimbangan) dan solidaritas sosial, sehingga diskriminasi dianggap sebagai pelanggaran serius terhadap norma sosial.

Laporan World Happiness Report juga menempatkan Swedia dalam jajaran 10 besar negara paling bahagia, yang salah satu faktornya adalah rasa aman dan diterimanya semua individu tanpa memandang latar belakang.

3. Belanda

Belanda sudah lama dikenal sebagai negara pionir dalam toleransi, terutama dalam kebebasan beragama, gaya hidup, dan seksualitas.

Pada 2001, Belanda menjadi negara pertama di dunia yang melegalkan pernikahan sesama jenis.

Menurut Human Rights Watch dan laporan European Union Agency for Fundamental Rights (FRA), Belanda memiliki sistem hukum yang sangat melindungi minoritas.

Selain itu, Amsterdam dikenal dengan sebutan “kota paling liberal di Eropa” karena sikap terbukanya terhadap berbagai ekspresi budaya dan identitas.

Toleransi Belanda berakar dari sejarahnya sebagai pusat perdagangan internasional sejak abad ke-17, di mana berbagai bangsa dan agama datang dan menetap.