Tingkatkan Lapangan Kerja, Desa Emas Dorong Kerupuk hingga Mangga Indramayu Go Internasional

Tingkatkan Lapangan Kerja, Desa Emas Dorong Kerupuk hingga Mangga Indramayu Go Internasional


Tingkatkan Lapangan Kerja, Desa Emas Dorong Kerupuk hingga Mangga Indramayu Go Internasional
YAYASAN Indonesia Setara (YIS) bersama INOTEK Foundation kembali menghadirkan Program Desa EMAS (Desa Ekonomi Maju dan Sejahtera) di Kabuoaten Indramayu.(Dok YIS)

YAYASAN Indonesia Setara (YIS) bersama INOTEK Foundation kembali menghadirkan Program Desa EMAS (Desa Ekonomi Maju dan Sejahtera). 

Program yang diinisiasi Sandiaga Uno Selaku Founder YIS itu kini menyasar para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat pada Sabtu (16/8). 

Desa Emas adalah program pelatihan bagi UMKM maupun Kelompok Usaha Desa untuk meningkatkan kapasitas usahanya.

Sehingga produk yang dihasilkan semakin berkualitas dan berdaya saing.

“Semakin berkualitas produknya, semakin luas pasar yang bisa disasar, termasuk pasar luar negeri,” ungkap Sandiaga Uno dalam siaran tertulis pada Minggu (17/8).

Dengan semakin luasnya pasar, ekonomi lokal berbasis potensi wilayah seperti Indramayu yang memiliki kerupuk dan mangga ini bisa semakin berdaya. 

Pengembangan UMKM maupun kelompok usaha desa bisa membuka lapangan kerja.

“Mangga dan Kerupuk Indramayu bisa go internasional, ekonomi lokal berdaya-buka lapangan kerja,” ungkapnya.

Sementara itu, Sekda Kabupaten Indramayu, Aep Surahman menyampaikan Kabupaten Indramayu memiliki kekayaan komoditas lokal, seperti mangga dan olahan hasil perikanan yaitu kerupuk, yang memiliki potensi besar untuk menembus pasar ekspor apabila dikembangkan secara tepat.

Melalui Program Desa EMAS, dirinya berharap kelompok usaha lokal bisa menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, berdaya saing. dan sesuai dengan standar pasar global. 

“Terima kasih kepada YIS dan Inotek. Saya meyakini, lewat pelatihan ini, pelaku UMKM dan kelompok usaha desa bisa meningkatkan pengetahuannya dalam mengembangkan usaha,” ungkap Aep.

“Lewat pendekatan teknologi, inovasi, dan kemitraan strategis saya yakin potensi kerupuk dan mangga Indramayu bisa bersaing di pasar global,” tambahnya. (E-4)

Kemenhub Tetapkan 40 Bandara Internasional Baru, Ini Daftarnya

Kemenhub Tetapkan 40 Bandara Internasional Baru, Ini Daftarnya



loading…

Kemenhub melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Udara menetapkan 36 bandara udara umum sebagai bandar udara internasional, dan menetapkan 3 bandara khusus sebagai bandara internasional. Foto/Dok

JAKARTA – Kementerian Perhubungan ( Kemenhub ) melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Udara menetapkan 36 (tiga puluh enam) bandar udara umum sebagai bandar udara internasional , dan menetapkan 3 bandara khusus sebagai bandara internasional. Ditambah serta menetapkan 1 Bandara Bersujud yang dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) sebagai Bandar Udara Internasional.

Hal ini tertuang dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 38 Tahun 2025. Penetapan ini mencakup bandara-bandara yang melayani penerbangan komersial untuk masyarakat luas, bandar udara khusus dan bandar udara di bawah pengelolaan pemerintah daerah yang pada prinsipnya digunakan untuk tujuan tertentu seperti operasional industri atau instansi tertentu, namun dapat melayani penerbangan luar negeri setelah memenuhi persyaratan dan memperoleh izin.

Baca Juga: Bandara A Yani Berstatus Internasional, DPR: Semarang Jadi Pusat Konektivitas Global

Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Lukman F. Laisa menyampaikan, bahwa penetapan status internasional pada suatu bandar udara merupakan langkah strategis untuk memperkuat posisi Indonesia dalam jaringan penerbangan global.

Upaya ini dilakukan dengan tetap mengedepankan pemenuhan standar keselamatan, keamanan, dan kenyamanan pengguna jasa sebagaimana diatur oleh Organisasi Penerbangan Sipil Internasional/ International Civil Aviation Organization (ICAO).

Ibas Ingin Kakao Pacitan Tembus Pasar Internasional, Hilirisasi, dan Produktivitasnya Naik

Ibas Ingin Kakao Pacitan Tembus Pasar Internasional, Hilirisasi, dan Produktivitasnya Naik


Ibas Ingin Kakao Pacitan Tembus Pasar Internasional, Hilirisasi, dan Produktivitasnya Naik
Edhie Baskoro Yudhoyono (tengah).(dok.istimewa)

PENGEMBANGAN kakao Pacitan sebagai bagian dari upaya kemandirian dan ketahanan pangan nasional harus menjadi perhatian. Lebih lagi, mutu biji kakao lokal Pacitan telah menjuarai berbagai kompetisi serta mendorong peningkatan produktivitas, hilirisasi, dan ekspor agar komoditas itu mampu menembus pasar internasional. 

Menurut legislator dari Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) penguatan sektor kakao akan meningkatkan kesejahteraan petani dengan produk berkualitas yang mampu bersaing secara global. Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI itu juga menyampaikan rasa bangganya atas capaian Desa Gawang yang berhasil menghasilkan biji kakao berkualitas tinggi. 

“Kualitas biji kakao di Desa Gawang yang menjadi juara berbagai kompetisi adalah hasil kerja keras dan jerih payah Bapak-Ibu semua di sini. Itu adalah kebanggaan kita bersama. Saya ucapkan terima kasih dan apresiasi,” ujar Ibas saat meninjau perkebunan kakao di Desa Gawang, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, beberapa waktu lalu, dikutip Senin (11/8).

Rasa Kakao?

Ibas kemudian duduk santai di kebun sambil berdialog di depan tumpukan buah kakao yang sudah dipanen bersama para petani Desa Gawang. Ia bahkan sempat mencicipi buah kakao yang baru dikupas.

“Kalau yang dikirim ke kota-kota itu bijinya, ya? Yang selalu diemut-emut ini? Ternyata asam ya?” tanyanya, yang mengundang tawa warga. 

“Iya, Mas,” jawab warga. “Tapi kalau sudah dikeringkan dan jadi bakal cokelat, rasanya bisa berbeda, ya,” lanjut Ibas. “Jadi kalau satu pohon bisa berapa kilo?” tanyanya. 

“Panen umur 4-5 bulan bisa menghasilkan satu sampai satu setengah kilo biji kering, Mas,” jawab Gapoktan Tani Cokelat Setyo, Istiyanto. “Kami juga menggunakan pupuk organik dari hewan ternak dan NPK untuk memperkuat nutrisi tanaman,” tambahnya.

Sejak Lama?

Perkebunan Kakao Desa Gawang sudah dikembangkan sejak 2007. “Wah, sudah hampir 20 tahun berarti ya jatuh bangun pelestarian dan pengembangan kebun Kakao ini. Proses asam-manisnya sudah dirasakan dan akan terus kami dukung supaya semakin subur, berlimpah panen dan produksinya,” kata Ibas sambil meminum es kelapa muda dari warga. 

Setelah melihat kebun kakao, Ibas melanjutkan perjalanan ke fasilitas Solar Dryer, alat pengering yang memanfaatkan energi matahari untuk mengeringkan biji kakao setelah proses fermentasi. Ia mengamati hamparan biji kakao yang sedang dikeringkan dan mencicipi hasilnya.

Nilai Ekonomi?

Legislator asal Dapil Jawa Timur VII itu turut menceritakan manfaat kakao yang tidak hanya memberikan nilai ekonomi, tetapi juga kesehatan. Ia menggambarkan bagaimana cokelat menjadi sumber energi bagi para pendaki gunung, sembari mengaitkannya dengan potensi besar kakao Desa Gawang.

“Biasanya, Bapak-Ibu, bagi para pendaki gunung, satu atau dua gigitan cokelat bisa memberikan energi untuk mencapai puncak tertinggi. Dengan iklim yang sejuk, tanah subur, dan tanaman kakao yang kuat, Desa Gawang punya peluang besar untuk terus menjadi andalan produksi kakao di Indonesia,” tuturnya.

Peningkatan Produktivitas?

Lebih lanjut, Ibas menekankan pentingnya peningkatan produktivitas dan diversifikasi produk kakao. Ia mendorong pengembangan bibit unggul, pemanfaatan solar dome untuk pengeringan, pelatihan berkelanjutan bagi petani, serta peluang pembenihan bibit tanaman kakao.

“Harga kakao berkualitas bisa mencapai Rp40 ribu hingga Rp180 ribu per kilogram, tergantung kualitasnya. Ke depan, kita harus berani bermimpi agar Pacitan juga memproduksi cokelat olahan yang memiliki nilai jual lebih tinggi. Kita dorong agar pelatihan kakao terus berkelanjutan sehingga dapat menemukan cara yang lebih cepat, lebih baik, dan lebih menguntungkan,” jelasnya.

Potensi Kakao?

Ibas, yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Penasihat Kadin dan Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, menyoroti potensi kakao Pacitan untuk menembus pasar internasional.

“Seperti halnya kopi, Indonesia adalah negara keempat terbesar penghasil kakao di dunia, namun kebutuhan dunia masih sangat tinggi. Eropa, Amerika, Jepang, semuanya menyukai cokelat dan memiliki daya beli besar. Jika kita serius mengembangkan kakao di Pacitan secara masif, saya yakin dapat mencapai tahap ekspor dan memberikan kontribusi besar pada pendapatan daerah dan negara,” tegasnya.

Perlu Hilirisasi?

Tidak hanya itu, Edhie Baskoro menegaskan pentingnya hilirisasi agar biji kakao dapat diolah menjadi berbagai produk bernilai tambah. “Jika biji kakao hanya dijual mentah, nilai jualnya terbatas. Namun jika diolah menjadi produk seperti cokelat batangan, minuman cokelat, atau oleh-oleh khas Pacitan, harganya bisa meningkat 10 sampai 20 kali lipat. 

Apalagi Pacitan kaya akan tempat wisata seperti pantai, gua, dan panorama alam yang bisa menjadi pasar tersendiri bagi produk-produk tersebut. Menurut Ibas, pengembangan perkebunan kakao di Pacitan ini sejalan dengan program ketahanan pangan Presiden Prabowo.

“Jika hal ini memang menguntungkan untuk usaha, petani, dan pekebun kakao, maka harus kita dukung terus. Ini adalah bagian dari pengembangan produksi dalam negeri, komoditas, dan ekspor. Dengan demikian, program ketahanan pangan Presiden Prabowo bisa terus didukung dan dijalankan,” ujarnya.

Komitmen Kuat?

Dalam dialog dengan warga dan kelompok tani, Ibas menegaskan komitmennya untuk mendukung kesejahteraan masyarakat melalui sektor pertanian, perkebunan, dan pendidikan.

“Saya ingin Desa Gawang tidak hanya dikenal sebagai penghasil kakao terbaik, tetapi juga sebagai desa yang mandiri, sejahtera, dan terus berinovasi,” ujarnya.

Beri Pupuk?

Sebelum meninggalkan lokasi, Ibas menyerahkan bantuan pupuk NPK kepada petani kakao dan ribuan sembako kepada warga sebagai bentuk kepedulian. Ia menutup kunjungan dengan pantun yang memantik semangat kebersamaan.

“Kakao tumbuh subur di Pacitan, menyuburkan tanah, menyuburkan harapan. Mari kita jaga bersama agar hasilnya memberi kebahagiaan,” pungkasnya, yang langsung mendapat tepuk tangan meriah dan “Aamiin” dari warga.

Samsuri, anggota kelompok tani Setyo Maju Dua yang kebunnya dikunjungi Ibas, menyampaikan rasa syukur dan harapannya atas kunjungan tersebut. “Kepada Pak Edhie Baskoro, kami mengucapkan sehat dan sukses selalu, serta terima kasih banyak atas kedatangannya, bahkan mencicipi langsung biji kakao kami. Semoga kedatangan beliau membawa berkah, manfaat, dan kemajuan untuk kita semua,” katanya. (Cah/P-3)

Universitas Islam Indonesia Kembali Jadi Tuan Rumah Program Internasional Passage to ASEAN UII Sustainable ASEAN Global Exchange

Universitas Islam Indonesia Kembali Jadi Tuan Rumah Program Internasional Passage to ASEAN UII Sustainable ASEAN Global Exchange


Universitas Islam Indonesia Kembali Jadi Tuan Rumah Program Internasional Passage to ASEAN: UII Sustainable ASEAN Global Exchange
Ilustrasi(Dok UII)

UNIVERSITAS Islam Indonesia kembali menjadi tuan rumah penyelenggaraan program internasional “Passage to ASEAN: UII Sustainable ASEAN Global Exchane yang kali ini mengambil tema Sustainable Ecotourism for a Better Future (SEFuture).

Program akan berlangsung hingga 10 Agustus 2025 dan bertujuan untuk mendorong kesadaran lintas budaya dan kolaborasi internasional dalam membangun praktik pariwisata berkelanjutan yang mendukung pelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat lokal.

Kepala Divisi Mobilitas Internasional, Direktorat Kemitraan/ Kantor Urusan Internasional (DK/KUI) UII, Nihlah Ilhami, dalam rilis yang diterima hari Sabtu, menjelaskan program ini diikuti oleh 20 mahasiswa internasional dari berbagai perguruan tinggi mitra UII, antara lain Universiti Malaya (Malaysia), Universiti Utara Malaysia (Malaysia), Chiang Mai Rajabhat University (Thailand), Van Lang University (Vietnam), Hoa Sen University (Vietnam), University of Economics and Law – VNU HCMC (Vietnam), Université Paris Est Créteil (Prancis), dan Davao Del Sur State College (Filipina). 

“Para peserta berasal dari beragam latar belakang kebangsaan, termasuk Malaysia, Vietnam, Myanmar, Thailand, Filipina, Aljazair, Nigeria, Afghanistan, Pakistan, Kolombia, dan Kamboja, mencerminkan semangat inklusivitas dan jejaring global dalam pengembangan SDM muda di bidang pariwisata berkelanjutan,” jelasnya.

Direktur DK/KUI, Dian Sari Utami mengatakan Program SEFuture merupakan inisiatif non-akademik yang sepenuhnya bersifat budaya, dirancang untuk mendorong interaksi yang bermakna antar peserta internasional melalui serangkaian kegiatan budaya yang menarik dan interaktif. Selama kegiatan kunjungan, peserta akan mengunjungi Kraton Yogyakarta, Museum Sono Budoyo, Desa Wisata Nglanggeran, Pantai Parangkusumo, dan produksi Bakpia.

Kata Dian Sari Utami, kegiatan ini mendukung pencapaian beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 11: Kota dan komunitas yang berkelanjutan, SDG 15: Kehidupan di darat, dan SDG 17, Kemitraan untuk mencapai tujuan.

Melalui program ini, katanya UII berkomitmen untuk membentuk pemimpin muda yang sadar lingkungan dan tangguh dalam kolaborasi internasional. UII percaya bahwa pariwisata berkelanjutan bukan hanya tentang pelestarian alam, tetapi juga soal membangun hubungan lintas budaya yang saling menghargai. SEFuture 2025 menjadi bukti nyata peran aktif UII dalam membentuk masa depan Asia Tenggara yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Wakil Rektor Bidang Kemitraan dan Kewirausahaan, Wiryono Raharjo, menekankan pentingnya keberlanjutan dalam kolaborasi antarbangsa, “We want this exchange to be sustainable, we meet new friends and who know it can connect you to opportunities. So this is not only about learning culture but also about spotting opportunities for the futures,” ujarnya.

“UII berharap dengan program ini, peserta dapat menggali lebih dalam bagaimana praktik ekowisata bisa diterapkan untuk menjaga lingkungan, memberdayakan masyarakat lokal, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi,” tutur Wiryono Raharjo.

Pembukaan program P2A UIISAGE bertujuan memberikan informasi umum terkait budaya dan bahasa Indonesia serta wawasan mengenai tantangan dan peluang dalam menerapkan prinsip ekowisata di wilayah ASEAN.  Kornitah, mahasiswa dari Chiang Mai Rajabhat University, Thailand, mengaku tertarik karena aspek bahasanya. “It’s about language. The project are in English, and I interest about English, so that’s why I enjoy this program. I hope I will make new friend and new language like Indonesian language,” ungkapnya.

Sementara itu, Vy dari Van Lang University, Vietnam, mengapresiasi kesempatan membangun jejaring internasional dan implikasi SDGs yang menajdi topik bahasan dalam program SEFuture ini. “I want to connect with the students from other ASEAN country, and I want learn more about SDGs. I want to learn about new perspective,” ujarnya. Vy juga menambahkan kesannya terhadap atmosfer kampus UII, “It feels so warm and welcoming, the campus is really beautiful and everyone is very friendly,” katanya.

Dengan berbagai kegiatan eksplorasi budaya, hingga tantangan inovasi keberlanjutan yang akan berlangsung dalam beberapa hari ke depan, program ini diharapkan mampu menanamkan kesadaran kritis dan keterampilan praktis kepada generasi muda ASEAN dalam mewujudkan masa depan yang berkelanjutan. Sebagai bagian dari komitmen global untuk pendidikan lintas budaya dan pembangunan berkelanjutan, Passage to ASEAN (P2A) tak hanya menjadi platform pembelajaran, tetapi juga wadah persahabatan dan kolaborasi lintas negara demi dunia yang lebih baik. (H-2)

Tarik Wisatawan Asing, Prabowo Minta Buka Jalur Internasional

Tarik Wisatawan Asing, Prabowo Minta Buka Jalur Internasional


Tarik Wisatawan Asing, Prabowo Minta Buka Jalur Internasional
Ilustrasi: Wisatawan mancanegara menjalani pemeriksaan keimigrasian setibanya di Terminal Internasional Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali.(Antara/Fikri Yusuf)

PRESIDEN Prabowo Subianto memerintahkan Menteri Perhubungan untuk segera membuka jalur penerbangan internasional guna mendongkrak kinerja pariwisata nasional. Hal itu diharapkan dapat memompa pendapatan negara sekaligus menambah devisa di Tanah Air. 

Hal itu disampaikan Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (Presidential Communication Office/PCO) Hasan Nasbi dalam konferensi pers, Jakarta, Rabu (7/8). 

“Presiden meminta Kementerian Perhubungan membuka sebanyak mungkin jalur penerbangan internasional dari luar negeri langsung ke daerah tujuan,” kata dia. 

Pembukaan jalur internasional itu dinilai bakal menjadi daya tarik bagi wisatawan asing yang ingin berkunjung ke Indonesia. Hal tersebut juga akan memangkas waktu para pelancong asing lantaran tak perlu transit begitu tiba di Indonesia. 

Namun Hasan menyatakan, sejauh ini pembukaan jalur internasional itu dilakukan melalui pembaruan bandara-bandara yang telah ada dan dianggap layak. “Jadi bandara-bandara yang sudah ready, sudah siap, itu diminta oleh Presiden untuk segera dibuka bagi penerbangan internasional,” tuturnya. 

Hasan menambahkan, arahan presiden tersebut mencerminkan kesadaran bahwa potensi pariwisata di dalam negeri cukup besar untuk bisa mengerek perekonomian nasional. “Sektor wisata ini akan banyak sekali menciptakan lapangan kerja dan juga potensi untuk penerimaan negaranya luar biasa besar,” pungkasnya. (Mir/E-1)