9 Kali Gempa Mengguncang Bekasi sejak Tadi Malam

9 Kali Gempa Mengguncang Bekasi sejak Tadi Malam



loading…

Kerusakan akibat gempa Bekasi berkekuatan M4,7. Sebanyak 9 kali gempa mengguncang wilayah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat dan sekitarnya sejak tadi malam Rabu (20/8) hingga pagi ini Kamis (21/8/2025). Foto/SindoNews

BEKASI – Sebanyak 9 kali gempa mengguncang wilayah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat dan sekitarnya sejak tadi malam Rabu (20/8) hingga pagi ini Kamis (21/8/2025). Gempa utama dilaporkan dengan kekuatan M4,9 kemudian dilakukan pemutakhiran menjadi M4,7 yang terjadi pada pukul 19.54 WIB.

Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat sebanyak 8 gempa susulan terjadi hingga pukul 06.05 WIB pagi ini.

Baca juga: Pemicu Gempa Bekasi Magnitudo 4,7 Ternyata Segmen Citarum

“Gempa Mag:3.3, 21-Aug-2025 06:05:04 WIB, Lok:6.48LS, 107.27BT (16 km Tenggara KAB-BEKASI-JABAR), Kedalaman:10 Km,” tulis BMKG.

Gempa Susulan M3,9 Guncang Kabupaten Bekasi Malam Ini

Gempa Susulan M3,9 Guncang Kabupaten Bekasi Malam Ini



loading…

BMKG melaporkan gempa bumi tektonik susulan dengan kekuatan 3,9 magnitudo mengguncang wilayah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Foto/SindoNews

JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan gempa bumi tektonik susulan dengan kekuatan 3,9 magnitudo mengguncang wilayah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat pada Rabu (20/8/2025) pukul 22.39 WIB.

“Info Gempa Mag:3.9, 20-Agu-25 22:39:57 WIB, Lok:6.49 LS – 107.24 BT (15 km Tenggara KAB-BEKASI-JABAR), Kedlmn: 3 Km,” tulis Instagram @bmkgbandung.

Sebelumnya, BMKG mengeluarkan hasil analisa gempa bumi tektonik yang mengguncang 14 Km Tenggara Kabupaten Bekasi, Jawa Barat pada pukul 19.54 WIB dengan parameter update 4,7 magnitudo.

Baca juga: KCIC Batalkan 8 Perjalanan Whoosh dan Refund 100% Tiket Imbas Gempa M4,9 Kabupaten Bekasi

“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal yang dipicu oleh sumber gempa sesar naik busur belakang Jawa Barat (West Java back arc thrust),” kata Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono.

Daryono menambahkan dampak gempa bumi berdasarkan laporan dari masyarakat, gempa bumi ini dirasakan di wilayah Bekasi dengan Skala Intensitas III – IV MMI, Di Purwakarta, Cikarang dan Depok dengan Skala Intensitas III MMI, Di Bandung, Jakarta, Tangerang Selatan, Bekasi Timur dengan Skala Intensitas II – III MMI, Di Tangerang, Pandeglang, Cianjur dan Pelabuhan Ratu, Lebak dengan Skala Intensitas II MMI.

(cip)

Gempa M4,6 Guncang Kabupaten Bekasi, Satu Musala Roboh

Gempa M4,6 Guncang Kabupaten Bekasi, Satu Musala Roboh



loading…

Gempa bumi berkekuatan magnitudo 4,9 mengguncang wilayah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat mengakibatkan satu tempat ibadah roboh. Foto/SindoNews

JAKARTA – Gempa bumi berkekuatan magnitudo 4,9 mengguncang wilayah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat pada Rabu (20/8/2025) malam. Dampak gempa tersebut mengakibatkan satu bangunan ibadah mengalami rusak berat.

“Musala di Desa Sukabungah Kecamatan Bojongmangu Rusak Berat atau Roboh,” kata Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bekasi, Dodi Supriadi, Rabu (20/8/2025).

Meski getaran gempa dirasakan di Kota Bekasi, Depok hingga Jakarta, dia menyampaikan tak ada korban jiwa yang ditimbulkan akibat peristiwa ini. “Tidak ada korban jiwa akibat gempa tersebut di wilayah Kabupaten Bekasi,” ujarnya.

Baca juga: Gempa M4,9 Guncang Bekasi, BMKG: Sumber Gempa Sesar Naik Busur Belakang Jawa Barat

Dodi menyebut, pihaknya tetap memantau situasi di lapangan pascagempa ini. Dodi meminta agar masyarakat tidak panik namun tetap waspada. “Masyarakat diimbau tetap waspada namun tidak panik, serta selalu memperhatikan informasi resmi dari BMKG dan BPBD Kabupaten Bekasi,” ujarnya.

Gempa M4,9 Guncang Bekasi Berpusat di Darat, BMKG: Hati-hati Gempa Susulan

Gempa M4,9 Guncang Bekasi Berpusat di Darat, BMKG: Hati-hati Gempa Susulan



loading…

BMKG melaporkan gempa dangkal dengan kekuatan M4,9 mengguncang Bekasi, Jawa Barat. Foto/SindoNews

JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan gempa dangkal dengan kekuatan M4,9 mengguncang Bekasi, Jawa Barat, pada Rabu 20 Agustus 2025, pukul 19.54 WIB.

BMKG memastikan gempa ini berpusat di darat dengan kedalaman 10 Kilometer (Km). Titik gempa berada di 14 Km tenggara Kabupaten Bekasi.

“Telah terjadi gempabumi mag:4.9, lokasi:Pusat gempa berada di darat 14 km Tenggara Kabupaten Bekasi, waktu:20-Agu-25 19:54:55 WIB, kedlmn:10 Km,” tulis BMKG dalam keterangannya.

Baca juga: Gempa Guncang Bekasi, Getaran Terasa hingga Jakarta

Gempa ini dirasakan Skala (MMI) III Purwakarta, III Bekasi, II-III Jakarta, II-III Depok, II-III Tangerang, II-III Tangerang Selatan, II Pelabuhan Ratu.

BMKG mengingatkan masyarakat untuk waspada gempa susulan. “Hati-hati terhadap gempa bumi susulan yang mungkin terjadi.”

(cip)

Dampak Kerusakan Gempa Poso Meluas ke Tiga Kecamatan

Dampak Kerusakan Gempa Poso Meluas ke Tiga Kecamatan


Dampak Kerusakan Gempa Poso Meluas ke Tiga Kecamatan
Kerusakan akibat gempa poso yang terjadi pada MInggu (17/8/2025).(MI/M Taufan SP Bustan)

DAMPAK kerusakan akibat gempa bumi magnitudo 5,8 yang mengguncang Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Minggu (17/8/2025), terus bertambah. 

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi Tengah mencatat kerusakan tersebar di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Poso Pesisir, Poso Pesisir Utara, dan Poso Pesisir Selatan.

Kepala Pelaksana BPBD Sulteng, Akris Fattah Yunus mengatakan, secara keseluruan kurang lebih 188 rumah mengalami kerusakan ringan hingga berat. Selain itu, tercatat 27 rumah ibadah mulai dari gereja, masjid, hingga pura rumahan juga rusak.  

“Termasuk satu kantor desa, satu polindes, dan dua sekolah dasar rusak ringan dan berat,” ungkapnya, Selasa (19/8). 

Akris menjelaskan, di Kecamatan Poso Pesisir, kerusakan parah terjadi di Desa Tangkura dengan 58 rumah rusak berat, 35 rumah rusak ringan, dua gereja rusak berat, satu gereja rusak ringan, dan satu gedung SD rusak berat. 

Desa Towu juga terdampak cukup serius dengan 31 rumah rusak ringan, empat rumah rusak berat, satu kantor desa, satu polindes, satu gedung SD, dan dua tempat ibadah rusak ringan.

Kerusakan lain di kecamatan yang sama meliputi satu gereja rusak berat di Desa Masani, tiga rumah rusak ringan di Desa Bega, sembilan rumah rusak ringan di Desa Masamba, satu rumah rusak berat dan sembilan rumah rusak ringan di Desa Tokorondo, delapan rumah rusak ringan di Desa Lape, dua rumah rusak berat di Desa Patiwunga, satu sekolah di Desa Ueralulu, serta empat rumah rusak berat dan delapan rumah rusak ringan di Desa Tiwaa.

Sementara itu, di Kecamatan Poso Pesisir Utara, kerusakan terdata di Desa Kilo dengan satu rumah rusak berat dan lima rumah rusak ringan, serta empat rumah rusak ringan di Desa Maranda.

Adapun di Kecamatan Poso Pesisir Selatan, kerusakan dilaporkan di Desa Padalembara berupa tiga rumah rusak ringan dan 21 pura keluarga rusak ringan. Sedangkan di Desa Tabalu terdapat enam rumah rusak ringan dan tiga rumah rusak sedang.

“Hingga Selasa (19/8), BMKG mencatat sebanyak 65 kali gempa susulan mengguncang wilayah Poso dan sekitarnya,” tandas Akris. 

Gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,0 yang kemudian dimutahirkan menjadi magnitudo 5,8 mengguncang wilayah Poso, Minggu (17/8) pukul 06.38 Wita 

Guncangan terjadi di darat pada kedalaman 10 kilometer dengan episenter berada di koordinat 1,30° LS dan 120,62° BT, tepat di wilayah Poso. (TB/E-4)

 

Kemensos Kirim Bantuan untuk Korban Gempa Poso

Kemensos Kirim Bantuan untuk Korban Gempa Poso



loading…

Kemensos mengirim bantuan logistik untuk korban bencana gempa di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Bantuan dikirim langsung dari Gudang Kemensos di Sentra Nipotowe Palu dan Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Tengah. Foto/Istimewa

JAKARTA – Kementerian Sosial ( Kemensos ) mengirim bantuan logistik untuk korban bencana gempa di Kabupaten Poso , Sulawesi Tengah. Bantuan dikirim langsung dari Gudang Kemensos di Sentra Nipotowe Palu dan Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Tengah.

Berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa dengan kekuatan Magnitudo 6,0 dan kedalaman 10 kilometer mengguncang wilayah laut Poso sekitar 18 kilometer Barat Laut Poso pada Minggu (17/8) pukul 05.38 WIB.

Guncangan dirasakan selama beberapa detik, menyebabkan beberapa bangunan rusak seperti bangunan Rumah Ibadah/Gereja di Desa Towu, gedung sekolah di Desa Tangkura dan Towu, serta rumah warga. Gempa juga menimbulkan kekhawatiran akan tsunami, namun tidak ada peringatan tsunami yang dikeluarkan.

“Dalam penanganan bencana gempa di Poso, kami telah melakukan asesmen dan pendataan kebutuhan warga terdampak, serta mendistribusikan bantuan logistik,” kata Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) di Jakarta, Senin (18/8/2025).

Baca Juga: Gempa Magnitudo 6,0 Terjang Poso, 1 Warga Tewas Tertimpa Reruntuhan

Sebanyak 184 Kepala Keluarga atau 433 jiwa terdampak gempa tersebar di Desa Masani, Tiwaa, Towu, Bega, Lape, Tokorondo, Kilo, Maranda, Tangkura, dan Patiwunga. Satu orang di antaranya meninggal dunia dan 14 orang lainnya luka-luka.

Pasien luka-luka telah dievakuasi ke RSUD Poso dan Puskesmas Tokorondo untuk mendapatkan penanganan medis. Kemensos melalui Tagana Poso juga telah mendirikan tenda serbaguna keluarga di halaman RSUD Poso sebagai tempat evakuasi sementara bagi pasien rawat inap.

Patahan Tintina di Kanada Berpotensi Picu Gempa Besar

Patahan Tintina di Kanada Berpotensi Picu Gempa Besar


Patahan Tintina di Kanada Berpotensi Picu Gempa Besar
Studi terbaru ungkap Patahan Tintina di wilayah terpencil utara Kanada berpotensi memicu gempa bumi berkekuatan besar.(Media Sosial X)

SEBUAH studi terbaru mengungkap Patahan Tintina di wilayah terpencil utara Kanada berpotensi memicu gempa bumi berkekuatan besar. Sebelumnya, patahan sepanjang 1.000 km dari British Columbia hingga Alaska ini dianggap tidak aktif selama 40 juta tahun.

Penelitian tim Universitas Victoria menemukan segmen sepanjang 130 km dekat Dawson City yang menunjukkan jejak beberapa gempa besar dalam 2,6 juta tahun terakhir. Menggunakan data topografi resolusi tinggi dari satelit, pesawat, dan drone, para ilmuwan berhasil mengidentifikasi fault scarps yang selama ini tersembunyi di bawah hutan lebat dan endapan glasial.

Formasi Glasial Bergeser

Analisis menunjukkan formasi glasial berusia 2,6 juta tahun telah bergeser sekitar 1 km, sedangkan yang berusia 132 ribu tahun bergeser 75 meter. Fitur berusia 12 ribu tahun tidak menunjukkan pergeseran, menandakan patahan ini lama “diam” namun kini menyimpan akumulasi pergeseran (slip deficit) hingga 6 meter sejak gempa besar terakhir.

Patahan Tintina bertipe strike-slip lateral kanan, mirip San Andreas di California, yang mampu bergeser beberapa meter dalam satu kejadian dan melepaskan energi besar. Studi ini memperkirakan, gempa di segmen tersebut bisa melampaui magnitudo 7,5.

Meski memiliki potensi bahaya, Patahan Tintina belum tercatat sebagai sumber gempa tersendiri di Model Bahaya Seismik Nasional Kanada yang menjadi acuan standar bangunan tahan gempa. Hasil temuan ini akan dimasukkan dalam pembaruan model dan dibagikan ke pemerintah daerah untuk perencanaan darurat. (Space/Z-2)

Peneliti Ungkap Gempa Bulan Ternyata Bisa Mengancam Misi dan Pangkalan Masa Depan di Bulan

Peneliti Ungkap Gempa Bulan Ternyata Bisa Mengancam Misi dan Pangkalan Masa Depan di Bulan


Peneliti Ungkap Gempa Bulan Ternyata Bisa Mengancam Misi dan Pangkalan Masa Depan di Bulan
Astronot Apollo 17, Harrison H. Schmitt, meneliti sebuah bongkahan batu di Stasiun 6, yang terletak di kaki North Massif di lembah Taurus-Littrow.(NASA/JSC/ASU)

SAAT memasuki era baru eksplorasi luar angkasa, Amerika Serikat bersama negara lain digemparkan melalui penelitian terbaru bahwa “moonquakes” atau yang disebut dengan gempa bulan dapat menimbulkan ancaman tak terlihat bagi pendarat, hunian, dan infrastruktur.

Dalam studi yang dipublikasikan pada 30 Juli di jurnal Science Advances, para ahli geofisika meneliti lokasi pendaratan Apollo 17 di lembah Taurus-Littrow di Bulan. Ini merupakan tempat terakhir kali astronot menginjakkan kaki pada 1972. 

Hal ini dilakukan untuk memahami bagaimana aktivitas seismik membentuk lanskapnya.

Menurut penelitian tersebut, kemungkinan terjadinya moonquakes yang merusak di dekat patahan aktif diperkirakan sekitar 1 banding 20 juta. Namun, angka ini perlu dipahami dalam konteks yang tepat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gempa bulan kuno, yang disebabkan oleh retakan besar di bawah permukaan, telah berkali-kali mengguncang area itu selama puluhan juta tahun. 

Retakan ini mungkin masih aktif sampai sekarang, sehingga bisa menjadi bahaya bagi misi ke depan, apalagi jika bangunan atau infrastruktur dibangun terlalu dekat.

Ahli geofisika, Nicholas Schmerr dari University of Maryland sekaligus salah satu penulis studi ini, mengatakan dalam pernyataannya bahwa jika astronot berada di sana hanya sehari, mereka akan benar-benar dalam bahaya.

“Jika astronot berada di sana selama sehari, mereka akan sangat sial jika terjadi peristiwa moonquakes,” Ujar Nicholas.

Namun, dalam jangka waktu misi bulan selama 10 tahun, risiko tersebut meningkat menjadi sekitar 1 banding 5.500, ujarnya.

“Perbandingannya seperti dari memenangkan lotre (peluanh kecil) menjadi layaknya mendapatkan empat kartu sejenis dalam permainan poker (peluanng lebih besar),” jelas Nicholas.

Risiko kumulatif tersebut menjadi semakin penting mengingat program Artemis NASA bertujuan membangun kehadiran manusia secara permanen di Bulan. 

Studi terbaru ini menunjukkan bahwa wahana antariksa generasi baru, seperti Starship Human Landing System, kemungkinan lebih rentan terhadap pergerakan tanah dibandingkan pendahulunya pada era Apollo.

“Kami ingin memastikan eksplorasi Bulan dilakukan dengan aman dan investasi dilakukan dengan pertimbangan matang,” ujar Schmerr dalam pernyataannya.

Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pembangunan sebaiknya tidak dilakukan tepat di atas tebing patahan atau patahan yang baru aktif, karena semakin jauh lokasinya dari patahan, semakin kecil tingkat risikonya.

Berbeda dengan Bumi, Bulan tidak memiliki jaringan sensor seismik. Untuk memperkirakan kekuatan dan frekuensi gempa bulan di masa lalu, tim peneliti mengandalkan bukti visual seperti tanah longsor dan jejak batu besar.

Sumber: Space.com

Pakar Kegempaan ITB Soroti Potensi Tsunami dan Sistem Peringatan Dini pada Gempa Rusia

Pakar Kegempaan ITB Soroti Potensi Tsunami dan Sistem Peringatan Dini pada Gempa Rusia


Pakar Kegempaan ITB Soroti Potensi Tsunami dan Sistem Peringatan Dini pada Gempa Rusia
Tangkapan layar titik gempa di pantai timur Rusia, Rabu (30/7/2025).(Dok USGS)

WILAYAH Kamchatka, Rusia, diguncang gempa besar pada Rabu (30/7). Gempa tersebut berada di zona seismic gap, wilayah yang pernah mengalami gempa besar secara historis, namun dalam kurun waktu lama tidak menunjukkan aktivitas signifikan.

Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITB dan pakar kegempaan dari ITB, Prof. Irwan Meilano kemarin menjelaskan bahwa di wilayah bagian utara Kamchatka tersebut pernah mengalami gempa dengan magnitudo 9 pada 1950-an, dan bagian selatan magnitudo 8,1 pada 1960–1970-an. Namun demikian, Kamchatka dalam 80–100 tahun terakhir belum pernah mengalami gempa di atas magnitudo 8.

“Saya pernah melakukan studi langsung ke wilayah tersebut, bahwa Kamchatka dari segi tektonik mirip dengan kawasan pantai barat Sumatra, pantai selatan Jawa, dan utara Halmahera di Indonesia. Artinya, potensi terjadinya gempa besar sangat mungkin terjadi,” ungkap Irwan.

Menurut Irwan, gempa utama yang terjadi tersebut diawali oleh gempa awal (foreshock) dengan magnitudo 7 yang terjadi lebih dari seminggu sebelumnya. Status foreshock baru dapat dipastikan jika kemudian diikuti oleh gempa utama.

“Setelah gempa utama, kita umumnya akan menghadapi gempa-gempa susulan (aftershock). Dalam beberapa kasus, gempa susulan justru bisa lebih besar, seperti yang terjadi di Lombok tahun 2018,” jelasnya.

Namun kata Irwan, jika mengikuti pola umum gempa susulan di Kamchatka diperkirakan akan memiliki magnitudo yang lebih kecil. Adapun Kamchatka merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk yang rendah sehingga diharapkan dampak kerusakan tidak signifikan. Meski demikian, potensi tsunami tetap menjadi perhatian.

Potensi Dampak ke Indonesia dan Asia Timur

“Dengan magnitudo mencapai 8,7, gempa ini berpotensi memicu guncangan kuat, khususnya di kawasan sekitar. Saya memperkirakan bahwa di bagian utara Hokkaido, Jepang, intensitas guncangan bisa mencapai skala 8 hingga 9 dalam skala intensitas gempa,” paparnya.

Irwan menambahkan, hal yang lebih dikhawatirkan adalah ancaman tsunami yang bisa menjalar jauh dari pusat gempa. Ia kini terus memantau informasi dan menjalin komunikasi dengan kolega di Jepang. 

Di pantai utara Tohoku, ketinggian tsunami sudah mencapai 60 cm, sementara di bagian selatan sekitar 40-50 cm. Berdasarkan kecepatan rambat gelombang tsunami, Irwan memperkirakan bahwa jika tsunami menjalar hingga ke wilayah Indonesia, gelombang tersebut bisa tiba dalam waktu 8-10 jam setelah gempa terjadi.

Jepang Jadi Contoh Mitigasi dan Sistem Peringatan Dini

Menanggapi respons Jepang terhadap peristiwa ini, Irwan menekankan pentingnya sistem peringatan dini yang telah dikembangkan negara tersebut. Jepang memberikan contoh baik dalam pengembangan sistem peringatan dini gempa bumi dan tsunami, yang tidak hanya berbasis pada model perhitungan, tetapi juga pada pengamatan langsung.

“Jepang memiliki sensor berdasarkan pressure yang bisa mendeteksi tsunami sebelum sampai ke garis pantai. Di pantai pun mereka memiliki sensor tambahan, misalnya berbasiskan pada pengamatan pasut, dan itu memberikan warning jauh lebih akurat bagi masyarakat di sekitar pesisir,” paparnya.

Irwan berharap sistem peringatan dini gempa dan tsunami di Jepang dapat menjadi model bagi Indonesia dalam memperkuat mitigasi bencana, khususnya di kawasan rawan gempa dan tsunami. (AN/E-4)

2 Negara yang Terdampak Gempa Rusia, Salah Satunya Musuh Bebuyutan

2 Negara yang Terdampak Gempa Rusia, Salah Satunya Musuh Bebuyutan



loading…

Setidaknya dua negara terdampak gempa Rusia. Foto/X/@CeciTruman

MOSKOW – Gelombang tsunami menghantam sebagian wilayah Rusia , Jepang, dan Hawaii di Amerika Serikat setelah gempa bumi dahsyat di lepas pantai Rusia. Bahkan peringatan tsunami dikeluarkan untuk puluhan negara lain, termasuk Filipina dan Ekuador.

Gelombang yang berpotensi berbahaya diperkirakan akan terjadi di beberapa wilayah AS, sebagian besar wilayah pesisir Amerika Latin, dan sejumlah negara kepulauan di Asia dan Pasifik pada Rabu malam.

Gelombang setinggi 4 meter telah melanda wilayah Kamchatka Timur Jauh Rusia, kata Sergei Lebedev, menteri regional untuk situasi darurat, menyusul gempa berkekuatan 8,8 skala Richter, salah satu yang terbesar yang pernah tercatat.

Ketinggian gelombang tsunami di kota Severo-Kurilsk di Pasifik Rusia melebihi tiga meter (9,8 kaki), dan yang paling kuat mencapai lima meter (16,4 kaki), kantor berita Rusia RIA Novosti melaporkan pada hari Rabu, mengutip layanan darurat. Severo-Kurilsk, sebuah kota pelabuhan di wilayah Sakhalin di Kepulauan Kuril utara, terendam banjir, memaksa 2.000 penduduknya dievakuasi, kata Kementerian Darurat dan Bantuan Bencana Rusia.

Video yang diunggah di media sosial Rusia menunjukkan bangunan-bangunan di kota itu terendam air, sementara pihak berwenang mengumumkan keadaan darurat di seluruh Distrik Kuril Utara. Wali Kota Distrik, Alexander Ovsyannikov, mengatakan sudah cukup waktu untuk mengevakuasi semua orang di pulau-pulau terdampak. “Semua orang berada di zona aman tsunami,” ujarnya dalam rapat tanggap darurat.

2 Negara yang Terdampak Gempa Rusia, Salah Satunya Musuh Bebuyutan

1. Amerika Serikat

Pusat Peringatan Tsunami AS menyatakan gelombang setinggi 3 meter (9,8 kaki) dapat menghantam Ekuador dan Rusia, sementara gelombang setinggi 1 hingga 3 meter (3,3-9,8 kaki) mungkin terjadi di Hawaii, Chili, Peru, Kosta Rika, Jepang, dan beberapa pulau di Pasifik.

“Ini adalah zona subduksi yang berpotensi menimbulkan tsunami besar,” ujar Nathan Bangs, seorang profesor riset di Institut Geofisika Universitas Texas, kepada Al Jazeera. “Hal ini serupa dengan kondisi lain yang telah menghasilkan tsunami besar dalam beberapa tahun terakhir setelah gempa bumi, seperti Sumatra pada tahun 2004 dan Tohoku pada tahun 2011.”

Badan Meteorologi Nasional AS mengeluarkan “peringatan” tsunami untuk negara bagian Hawaii, Kepulauan Aleut Alaska, dan sebagian California, serta peringatan tsunami tingkat rendah untuk sebagian Washington dan Oregon, dengan gelombang diperkirakan tiba mulai sore hari pada hari Rabu.

Peringatan tsunami yang lebih ringan diberlakukan untuk seluruh Pantai Barat AS.

Departemen Manajemen Darurat Honolulu di Hawaii mendesak evakuasi penduduk dari beberapa wilayah pesisir.