Tidur Cukup Tapi Masih Mengantuk Waspadai Tanda Awal Diabetes

Tidur Cukup Tapi Masih Mengantuk Waspadai Tanda Awal Diabetes


Tidur Cukup Tapi Masih Mengantuk? Waspadai Tanda Awal Diabetes
Mengantuk tanda diabetes tipe 1.(Freepik)

Apakah Anda merasa mengantuk meskipun sudah cukup tidur? Ini bisa jadi pertanda awal diabetes. Banyak orang mengabaikan rasa kantuk berlebihan, menganggapnya hanya akibat lelah atau kurang tidur. Padahal, gejala ini bisa menandakan ketidakseimbangan kadar gula darah.

Baik penderita diabetes tipe 1 maupun tipe 2 sering merasakannya, namun, bahkan bagi yang belum didiagnosis, perasaan kantuk terus-menerus harus diwaspadai. Kadar gula darah yang tidak stabil membuat tubuh kesulitan memanfaatkan glukosa dengan maksimal, mengakibatkan sel-sel tubuh kekurangan energi, yang kemudian menyebabkan rasa lelah yang berlebihan. Inilah alasan mengapa meskipun tidur sudah cukup, rasa kantuk tetap muncul.

Selain kantuk, ada gejala-gejala lain yang sering menyertai diabetes, yang penting untuk dikenali sejak dini.

Gejala Lain yang Menyertai Rasa Kantuk:

1. Sering Merasa Haus (Polidipsia)

Kadar gula darah yang tinggi memaksa ginjal bekerja lebih keras untuk membuang glukosa. Akibatnya, tubuh kehilangan cairan lebih banyak, membuat Anda merasa haus terus-menerus.

2. Sering Buang Air Kecil (Poliuria)

Karena sering merasa haus, asupan cairan yang meningkat membuat Anda lebih sering buang air kecil, terutama di malam hari, yang bisa mengganggu tidur.

3. Sering Merasa Lapar (Polifagia)

Meski sudah makan, tubuh masih merasa lapar karena glukosa tidak diserap dengan baik. Hal ini membuat Anda makan lebih sering, namun tetap merasa lemas.

4. Penurunan Berat Badan Tanpa Alasan yang Jelas

Penurunan berat badan yang drastis, meskipun pola makan tidak berubah, bisa terjadi karena tubuh mulai membakar lemak dan otot untuk mendapatkan energi.

5. Penglihatan Kabur atau Sulit Fokus

Kadar gula darah yang tinggi dapat mempengaruhi kelembapan lensa mata, menyebabkan penglihatan kabur dan kesulitan dalam fokus.

6. Luka yang Sulit Sembuh

Luka kecil cenderung memerlukan waktu lebih lama untuk sembuh. Gangguan peredaran darah dan sistem imun membuat proses penyembuhan terganggu.

7. Infeksi yang Sering Terjadi

Penderita diabetes lebih rentan terhadap infeksi, baik di kulit, gusi, maupun saluran kemih, karena sistem kekebalan tubuh yang terlemah akibat kadar gula darah yang tinggi.

Gejala-gejala ini bisa muncul secara perlahan dan sering kali tidak disadari pada awalnya. Oleh karena itu, penting untuk selalu memperhatikan perubahan dalam tubuh Anda. Jika memiliki riwayat keluarga dengan diabetes, kewaspadaan lebih tinggi sangat dianjurkan.

Menangani rasa kantuk yang disebabkan oleh diabetes bukan hanya soal pola tidur yang baik. Yang lebih penting adalah menjaga kadar gula darah tetap stabil melalui gaya hidup sehat. Konsumsi makanan bergizi, rendah gula, dan kaya serat sangat disarankan. Rutin beraktivitas fisik juga akan meningkatkan sensitivitas insulin. Selain itu, hidrasi yang cukup dan pengelolaan stres juga sangat berperan dalam menjaga kestabilan energi tubuh.

Jika rasa kantuk terus berlanjut meskipun sudah cukup beristirahat, segera konsultasikan dengan dokter. Deteksi dini gangguan metabolik sangat penting untuk menghindari komplikasi diabetes. Dengan penanganan yang tepat, risiko komplikasi bisa diminimalisir. Jangan anggap remeh tanda-tanda yang ditunjukkan tubuh Anda. Ingat, pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan. (KlikDokter/Z-10)

Mengenal Istilah Diabetes Kering dan Basah Mitos, Fakta, dan Cara Merawat Luka

Mengenal Istilah Diabetes Kering dan Basah Mitos, Fakta, dan Cara Merawat Luka


Mengenal Istilah Diabetes Kering dan Basah: Mitos, Fakta, dan Cara Merawat Luka
Ilustrasi(freepik)

BAGI penderita diabetes, akan sering mendengar isilah diabetes kering dan diabetes basah. Istilah ini sebenarnya tidak dikenal secara medis, namun sudah telanjur melekat di masyarakat.

Informasi yang beredar kerap keliru, sehingga menimbulkan kesalahpahaman, dalam memahami penyakit ini serta cara penanganannya. Diabetes kering biasanya merujuk pada situasi di mana, penderita memiliki gula darah tinggi tanpa adanya luka atau infeksi yang terlihat di tubuh.

Sebaliknya, diabetes basah dianggap sebagai kondisi yang ditandai, dengan munculnya luka yang sulit sembuh, mengeluarkan nanah, dan berbau tidak sedap. Pandangan seperti ini kurang tepat, karena baik diabetes tipe 1 maupun tipe 2 dapat menyebabkan luka jika tidak ditangani dengan benar.

Padahal, yang membedakan adalah cara pengelolaan kadar gula darah, pola hidup, dan kondisi kesehatan individu tersebut. Diabetes tidak bisa dianggap ringan, hanya karena tidak ada luka terbuka yang muncul.

Luka pada penderita diabetes umumnya disebabkan oleh tingginya kadar gula darah yang berlangsung dalam waktu lama. Situasi ini dapat merusak pembuluh darah kecil dan saraf, mengurangi kemampuan tubuh untuk merasakan rasa sakit, serta memperlambat proses penyembuhan. 

Jika tidak segera ditangani dengan tepat, luka ini bisa berkembang menjadi infeksi parah hingga memerlukan amputasi.

Perawatan untuk luka diabetes membutuhkan perhatian medis yang sesuai. Luka kecil sekalipun bisa berpotensi menjadi gangren jika tidak ditangani segera. Karena itu, menjaga kadar gula darah tetap stabil secara rutin sangat penting untuk mencegah munculnya luka.

Langkah pencegahan luka bagi penderita diabetes:

1. Menjaga Kebersihan Kaki Setiap Hari

Cuci kaki menggunakan air hangat dan sabun, lalu keringkan dengan baik, terutama di antara jari-jari. Gunakan pelembap jika diperlukan, tetapi hindari area di antara jari.

2. Gunakan Alas Kaki Yang Sesuai

Pilihlah sepatu yang nyaman, tidak terlalu ketat, dan melindungi seluruh kaki. Jangan berjalan tanpa menggunakan alas kaki, termasuk saat berada di dalam rumah.

3. Periksa Kaki Secara Rutin

Perhatikan adanya tanda-tanda seperti luka, kemerahan, bengkak, atau perubahan pada warna kulit. Jika ada yang tidak biasa, segeralah konsultasi dengan profesional medis.

4. Potong Kuku Secara Hati-Hati

Gunakan alat yang sesuai dan potong kuku secara lurus agar tidak menekan kulit di sekitarnya.

5. Hindari Penggunaan Bahan Kimia Keras

Jangan gunakan cairan antiseptik yang terlalu kuat atau obat penghilang kapalan tanpa petunjuk dari dokter.

Langkah Perawatan Luka

Jika luka sudah terjadi, berikut adalah langkah-langkah perawatan luka bagi penderita diabetes:

1. Bersihkan Luka Dengan Cairan Steril

Gunakan larutan NaCl 0,9% atau antiseptik ringan sesuai anjuran tenaga medis.

2. Gunakan Kasa Steril

Tutup luka menggunakan kasa bersih dan gantilah secara teratur, minimal dua kali sehari atau sesuai dengan kondisi luka.

3. Pantau Kondisi Luka Secara Rutin

Segera kunjungi fasilitas kesehatan jika luka tampak memburuk, mengeluarkan nanah, atau terasa sangat nyeri.

4. Jangan Menekan Atau Memijat Area Luka

Hindari penggunaan bahan tradisional atau ramuan yang belum terbukti efektif secara klinis.

5. Ikuti Anjuran Pengobatan Dari Dokter

Gunakan antibiotik atau salep sesuai resep dokter, serta kendalikan kadar gula darah melalui pola makan teratur dan pengobatan yang dianjurkan.

Pemahaman yang keliru tentang istilah diabetes kering dan diabetes basah bisa mengakibatkan keterlambatan dalam penanganan. Masyarakat harus menyadari bahwa pengelolaan diabetes, memerlukan pendekatan menyeluruh, dan bukan hanya berdasarkan gejala yang terlihat.

Meningkatnya pemahaman tentang betapa pentingnya pengendalian kadar gula darah, pola hidup yang sehat, dan perawatan luka yang benar dapat menghindarkan terjadinya komplikasi yang parah. 

Edukasi yang tepat menjadi elemen penting dalam upaya pencegahan, sehingga para penderita bisa memiliki kehidupan yang lebih sehat dan produktif. (Alodokter/Primaya Hospital/Z-2)

Pahami Diabetes Basah dan Kering yang Sebetulnya Bukan Istilah Medis

Pahami Diabetes Basah dan Kering yang Sebetulnya Bukan Istilah Medis


Pahami Diabetes Basah dan Kering yang Sebetulnya Bukan Istilah Medis
ilustrasi(freepik)

ANDA mungkin familiar dengan istilah ‘diabetes basah’ dan ‘diabates kering’, kedua hal tersebut nyatanya bukanlah istilah medis. Dilansir dari laman Primaya Hospital, diabetes basah dan diabetes kering merupakan dua istilah yang seringkali digunakan untuk menjelaskan kondisi penyembuhan luka yang umumnya terjadi pada individu yang menderita diabetes. 

Hanya saja, dalam dunia medis, sebenarnya tidak ada istilah yang disebut dengan diabetes basah dan kering. Hal yang biasa disebut sebagai diabetes basah dan kering, dalam ilmu kedokteran merupakan sebuah kondisi kesehatan yang biasa disebut dengan istilah gangren.

 

Gangren didefinisikan sebagai matinya jaringan yang tidak mendapatkan oksigen karena sirkulasi darah yang buruk, sehingga jaringan tersebut berubah warna menjadi hitam hingga bahkan mengelupas. Gangren, seperti pengertian kebanyakan orang soal diabetes, memiliki dua jenis, yakni gangren basah dan gangren kering. Dua jenis gangren inilah yang selama ini kerap disalahartikan oleh penderita diabetes di Indonesia sebagai diabetes basah dan diabetes kering.

Gangren kering, atau yang umumnya kerap disalahartikan sebagai diabetes kering, biasanya merupakan komplikasi yang terjadi akibat kondisi lain, salah satunya yaitu diabetes. Hiperglikemia, atau tingginya kadar gula dalam darah, dapat menyebabkan rusaknya pembuluh darah di seluruh tubuh.

Rusaknya pembuluh darah ini dapat mengakibatkan terputusnya aliran darah hingga terjadilah kondisi yang disebut gangren. Sesuai namanya, gangren kering umumnya dicirikan oleh kulit yang kering, keriput, dan mengalami perubahan warna, baik menjadi hitam, cokelat, atau ungu.

Sedangkan gangren basah, atau yang kerap juga disalahartikan sebagai diabetes basah, merupakan gangren yang disebabkan oleh infeksi. Jenis gangren ini biasanya merupakan ancaman bagi penderita diabetes yang memiliki gangguan sistem kekebalan karena tubuh yang kurang mampu melawan bakteri, virus, dan jenis infeksi lainnya. Gangren basah biasanya berupa ulkus yang muncul pada kaki. Selain itu, gangren basah juga dapat menyebabkan penampakan kulit yang membengkak dan melepuh. (H-4)