Ratusan Warga di Antapani Ikuti CKG untuk Deteksi Dini Gejala Penyakit

Ratusan Warga di Antapani Ikuti CKG untuk Deteksi Dini Gejala Penyakit


Ratusan Warga di Antapani Ikuti CKG untuk Deteksi Dini Gejala Penyakit
Petugas kesehatan melayani cek kesehatan gratis warga di Kecamatan Antapani, Kota Bandung.(MI/NAVIANDRI)

SEKITAR 600 warga Kecamatan Antapani, Kota Bandung, mengikuti Cek Kesehatan Gratis (CKG) di Aula IPHI, Lapangan Gasmin, Rabu (13/8). Kegiatan ini digelar sebagai langkah preventif untuk mendeteksi dini gejala penyakit, sekaligus menjaga kualitas hidup masyarakat.

Wakil Wali Kota Bandung, Erwin mengapresiasi kolaborasi berbagai pihak dalam penyelenggaraan CKG ini. Dia meminta masyarakat proaktif mengecek kesehatan sebelum muncul keluhan yang berat.

“Kesehatan itu anugerah yang sering kita lupakan nilainya. Lebih baik mencegah daripada mengobati. Bisa saja kita punya penyakit tanpa kita sadari, makanya periksakan diri sejak dini,” ungkapnya.

Dia menambahkan, kegiatan ini adalah contoh kerja sama lintas sektor yang sejalan dengan semangat kolaborasi Pemkot Bandung. LPM bersama pemerintah membantu masyarakat dalam kebaikan, sehingga bisa beribadah lebih baik dengan tubuh yang sehat.

“Saya berharap, kegiatan ini dapat rutin dilakukan agar kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan terus meningkat,” tuturnya.

Langkah seperti ini, lanjut Erwin, adalah investasi untuk masa depan. Diharapkan semua warga Bandung bisa hidup sehat, bugar dan bahagia.

Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Kota Bandung, Deborah Johana Rattu menjelaskan, layanan yang diberikan dalam CKG ini mencakup berbagai pemeriksaan sesuai siklus hidup peserta. Ada skrining kesehatan seperti pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar perut, indeks massa tubuh, cek gula darah sewaktu, pemeriksaan mata, gigi, dan mulut.

“Pemeriksaan IVA atau skrining kanker leher rahim dirujuk ke Puskesmas masing-masing. Kami juga menyediakan EKG bagi yang memiliki faktor risiko,” ucapnya.

Peserta kegiatan berasal dari seluruh kelurahan di Kecamatan Antapani, dengan dominasi usia produktif dan lansia. Pemeriksaan dilakukan oleh tim dari Puskesmas Jajaway, Puskesmas Antapani dan Puskesmas Griya Antapani, dibantu mahasiswa STIKes di wilayah tersebut.

 

Anemia Hambat Tumbuh Kembang Anak, Menteri PPPA Dorong Deteksi Dini dan Gizi Seimbang

Anemia Hambat Tumbuh Kembang Anak, Menteri PPPA Dorong Deteksi Dini dan Gizi Seimbang


Anemia Hambat Tumbuh Kembang Anak, Menteri PPPA Dorong Deteksi Dini dan Gizi Seimbang
Menteri PPPA Arifatul Choiri Fauzi(MI/INDRASTUTI)

MENTERI Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifatul Choiri Fauzi menekankan pentingnya penanganan anemia sebagai bagian dari upaya nasional menciptakan generasi sehat dan berkualitas. Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2025 dijadikan momentum untuk meningkatkan kesadaran publik terhadap bahaya anemia pada anak, terutama di usia pertumbuhan.

“Ketika usia anak mengalami anemia, ini akan mempengaruhi perkembangan, tumbuh-kembang anak. Tidak hanya secara fisik, tetapi dalam pengetahuan juga itu berdampak luar biasa,” ujar Arifatul, Rabu (6/8). 

Anemia, yang kerap tidak terdeteksi sejak dini, menjadi salah satu penyebab utama gangguan tumbuh kembang. Menurut dia, kondisi ini berkontribusi terhadap rendahnya daya tahan tubuh, keterlambatan belajar, hingga penurunan prestasi akademik anak.

Sebagai bentuk konkret, Kementerian PPPA menggelar pemeriksaan kesehatan gratis, termasuk skrining anemia, bagi seluruh keluarga besar kementerian dalam rangkaian peringatan HAN 2025.

“Kita bukan hanya mengajak, tetapi kita juga harus melakukan dulu baru kita bisa mengajak yang lainnya,” tegasnya.

Arifatul juga menyampaikan pentingnya keterlibatan lintas sektor dalam mengatasi persoalan ini. Kementerian PPPA terus mendorong kolaborasi dengan kementerian teknis lainnya, termasuk sektor kesehatan dan pendidikan, agar program pencegahan dan penanganan anemia tidak berjalan sendiri-sendiri.

Selain edukasi kesehatan, kegiatan HAN 2025 juga dirancang untuk memperkuat fondasi fisik dan mental anak melalui pendekatan menyeluruh. Salah satunya dengan mengurangi waktu penggunaan gawai dan memperkenalkan kembali aktivitas fisik dan sosial seperti senam anak hebat, permainan tradisional, serta dongeng tentang pahlawan daerah.

Namun, menurut dia, masalah kesehatan anak seperti anemia juga tidak bisa dilepaskan dari kondisi sosial ekonomi keluarga. “Pelonjakan kekerasan cukup tinggi untuk anak-anak, dan salah satu faktor penyebabnya adalah ekonomi, pola asuh dalam keluarga, gadget, dan lingkungan,” jelasnya.

Dalam jangka panjang, Kementerian PPPA juga mendorong penguatan regulasi digital untuk melindungi anak dari konten negatif, sekaligus mengatur batasan usia penggunaan media sosial. Ini sejalan dengan misi membentuk anak yang sehat jasmani, rohani, dan digital. (H-2)