Usai Dilantik Baramuda 08, Siap Ambil Peran di Bonus Demografi

Usai Dilantik Baramuda 08, Siap Ambil Peran di Bonus Demografi


Usai Dilantik Baramuda 08, Siap Ambil Peran di Bonus Demografi
Wakil Menteri Desa PDTT, Ahmad Reza Patria saat melantik kepengurusan Baramuda 08.(Dok.Baramuda)

WAKIL Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT), Ahmad Reza Patria yang juga pendiri sekaligus Dewan Pembina Barisan Relawan Muda 08 (Baramuda 08) melantik kepengurusan organisasi ini di Gedung Kementerian Desa (Kemendes) PDTT di Kalibata Jakarta. 

Ketua Umum BARAMUDA 08, Rhesa Yogaswara melalui keterangannya Selasa (12/8), menegaskan bahwa organisasinya hadir sebagai wadah anak muda untuk menjawab tantangan bonus demografi, dengan Gen-Z akan menjadi kekuatan utama di berbagai sektor.

“Jumlah pengusaha Indonesia baru mencapai 3,18%, tertinggal jauh dari negara tetangga. Ini peluang emas bagi Gen-Z untuk memulai usaha,” ungkapnya.

Rhesa menambahkan, ada enam pilar program startegis dalam kepemimpinannya di Baramuda 08 yakni, program Agropreneur, Village Development, FoodTech. StartUp Collaboration, StartUp Festival dan Musicpreneur dengan fokus pada kewirausahaan, ekonomi kreatif serta sinergi antara desa dan kota.

Sementera itu, Sekretaris Jenderal Baramuda 08, Ferdiansyah Rusman, menambahkan melalui enam pilar strategis yang dicanangkan ini, Baramuda 08, bertekad menjadi motor penggerak bagi anak muda di Indonesia.

“Terutama dalam menciptakan lapangan kerja, memperkuat ekonomi nasional dan berkontribusi mewujudkan Indonesia Emas 2045,” sambungnya. (E-2)

 

Harapan Baru, di Tengah Ancaman Bencana Demografi

Harapan Baru, di Tengah Ancaman Bencana Demografi



loading…

Yusuf Sugiyarto, Ketua Bidang Penelitian dan Kebijakan Strategis PB HMI 2024-2026. Foto/Dok.Pribadi

Yusuf Sugiyarto
Ketua Bidang Penelitian dan Kebijakan Strategis PB HMI 2024-2026

DI TENGAH kemacetan pasar kerja dan anjloknya daya serap industri, pemerintah meluncurkan lebih dari 80.000 Koperasi Merah Putih (KMP) pada 21 Juli 2025 – dengan janji besar: menciptakan 1,6 hingga 2 juta lapangan kerja baru dari desa-desa di seluruh penjuru negeri. Secara konsep,ini langkah yang penuh harapan.

Di atas kertas, koperasi memang bisa jadi penggerak ekonomi lokal yang demokratis, tahan krisis, dan berbasis komunitas. Apalagi di tengah stagnasi ekonomi nasional, pendekatan seperti ini dibutuhkan. Tapi seperti semua program besar di republik ini, yang jadi pembeda bukan idenya melainkan eksekusinya. Indonesia saat ini sedangmendapatkan bonus demografi, namun yang seharusnya menjadi “dividen sejarah” bagi bangsa ini justru menjelma menjadi bom waktu. Antara 2025 hingga 2035, Indonesia akan mengalami lonjakan usia produktif tertinggi dalam sejarah.

Tapi alih-alih memanen produktivitas, kita justru dihadapkan pada fakta suram. Data BPS Februari 2025 menunjukkan ada 7,28 juta pengangguran terbuka, 3,6 juta di antaranya adalah anak muda usia 15–24 tahun. Yang lebih mencemaskan, ada lebih dari satu juta sarjana yang tak terserap pasar kerja, mereka yang mestinya jadi lokomotif pembangunan, justru terjebak dalam antrian panjang lowongan yang tak kunjung datang. Di sinilah kegagalan menyerap bonus demografi mulai terasa nyata, bukan sekadar wacana.

Di luar itu, tiga awan hitam masih membayangi, yakni disrupsi, mismatch, dan deindustrialisasi. Dunia kerja berubah cepat, bahkan terlalu cepat. Otomatisasi dan AI mengancam 43% pekerjaan global (WEF, 2025). Sementara itu, mismatch antara kompetensi lulusan dan kebutuhan industri jadi lubang besar yang belum tertambal.