
DUNIA flora terus memberikan keajaiban. Tidak ada yang menduga bahwa bagian jantan dari bunga, benang sari, tidak hanya bertindak sebagai penghasil serbuk sari, tetapi juga berfungsi sebagai “alat serang” aktif yang telah dirancang melalui proses evolusi untuk memastikan penyerbukan berlangsung dengan efisien.
Studi terbaru menunjukkan pada berbagai spesies tanaman, benang sari ternyata sangat peka terhadap sentuhan, bahkan dapat bergerak dengan cepat dan tepat ketika disentuh oleh serangga penyerbuk. Gerakan ini tidak sekadar bertindak sebagai pertahanan, tetapi juga sebagai taktik cerdas untuk menyebarluaskan serbuk sari dengan efektif dan menjamin penyerbukan silang.
Taktik Unik Berberis dan Mahonia
Sebagai contoh, bunga dari genus Berberis dan Mahonia memiliki benang sari yang sangat responsif terhadap kontak. Saat serangga, seperti lebah atau lalat, datang untuk menghisap nektar, benang sari akan membungkuk mendadak dan “menampar” wajah atau lidah serangga tersebut dengan serbuk sari. Gerakan ini mengejutkan serangga yang kemudian segera terbang menjauh, namun tidak sebelum mereka membawa serbuk sari ke bunga lainnya.
Strategi ini memiliki dua manfaat utama:
- Efisiensi Sumber Daya: Serangga hanya tinggal sesaat, sehingga bunga tidak kehilangan terlalu banyak nektar.
- Meningkatkan Kesempatan Penyerbukan Silang: Serbuk sari yang dibawa ke bunga lain meningkatkan variasi genetik dari keturunan.
Catasetum: Si Peluncur Serbuk Sari
Di antara semua bunga, anggrek Catasetum mungkin adalah yang paling ekstrim. Ketika serangga mendarat, bunga ini dengan cepat melepaskan sepasang kantung serbuk sari (pollinia) yang lengket dengan kekuatan yang cukup untuk membuat serangga tersebut terpental keluar dari bunga. Kantung itu melekat erat pada tubuh serangga, dan saat serangga berpindah ke bunga lain, proses penyerbukan pun terjadi.
Stylidium: Tanaman Picu dengan “Tongkat Baseball”
Tanaman picu (Stylidium) dari Australia memiliki organ reproduksi berbentuk gada yang sangat responsif. Ketika terkena sentuhan serangga, tongkat kecil ini akan bergetar dengan sangat cepat, dalam waktu hanya 1 milidetik, menghantam tubuh serangga dan menempelkan serbuk sari. Menariknya, organ ini juga dapat menerima serbuk sari yang dibawa oleh serangga dari bunga lain, menjadikannya efisien dalam berfungsi sebagai penerima dan pengirim.
Setelah melakukan serangan, gada ini secara otomatis akan “reset” dan siap untuk menyerang penyerbuk berikutnya. Ini adalah contoh sempurna dari evolusi alat penyerbukan yang presisi dan cepat.
Evolusi, Kejutan, dan Simbiosis
Perilaku unik ini memperlihatkan betapa rumitnya hubungan antara tanaman dan penyerbuk. Mekanisme mengejutkan ini tidak bersifat agresif, melainkan merupakan hasil penyesuaian yang panjang agar tanaman dapat menjamin kelangsungan hidup dan reproduksinya.
Serangga mungkin tampak seperti korban dalam situasi ini, namun sebenarnya mereka mendapatkan makanan berupa nektar atau tempat perlindungan, sebuah bentuk simbiosis mutualisme yang telah berlangsung selama jutaan tahun.
Mengapa Ini Penting?
Memahami proses penyerbukan bukan hanya menarik dari segi ilmiah, tetapi juga krusial dalam konteks konservasi dan pertanian. Banyak tanaman pangan sangat bergantung pada penyerbuk seperti lebah dan kupu-kupu, yang kini menghadapi ancaman serius akibat perubahan iklim, penggunaan pestisida, dan hilangnya habitat.
Dengan mempelajari trik-trik pintar dari alam, kita bisa mengembangkan teknik pertanian yang berkelanjutan yang mendukung ekosistem penyerbukan alami. (The Guardian/Z-2)