Wali Kota Washington DC Sebut Langkah Trump Ambil Alih Kendali Polisi Tak Lazim

Wali Kota Washington DC Sebut Langkah Trump Ambil Alih Kendali Polisi Tak Lazim


Wali Kota Washington DC Sebut Langkah Trump Ambil Alih Kendali Polisi Tak Lazim
Wali Kota Washington DC, Muriel Bowser, mengkritik keputusan Presiden Donald Trump ambil alih kepolisian dan pengerahan Garda Nasional. (Media Sosial X)

WALI Kota Washington DC, Muriel Bowser, mengkritik keputusan Presiden Donald Trump yang menempatkan Kepolisian DC di bawah kendali federal dan mengerahkan Garda Nasional. Ia menyebut langkah itu “mengusik dan belum pernah terjadi sebelumnya,” namun mencoba menjaga nada diplomatis dalam konferensi pers.

Bowser dan Kepala Polisi DC, Pamela Smith, disebut tidak mengetahui rencana ini sebelum diumumkan Trump. Menurut Bowser, pandangan Trump kemungkinan dipengaruhi pengalamannya pada masa pandemi covid-19 ketika tingkat kejahatan melonjak, meski kini data menunjukkan tren menurun.

Sekitar 800 personel militer akan diaktifkan, dengan 100–200 di antaranya bertugas mendukung kepolisian setiap saat, terutama di bidang administrasi, logistik, dan patroli. Seorang pejabat Angkatan Darat memastikan pasukan tidak akan membawa senapan secara terbuka, dan semua aparat federal akan mengenakan seragam atau tanda pengenal jelas.

Respons terhadap langkah ini terbelah. Ketua Serikat Polisi DC, Greggory Pemberton, mendukung keputusan Trump dengan alasan perlunya tindakan terhadap kriminalitas. Sebaliknya, Asosiasi Wali Kota Partai Demokrat menyebutnya sebagai “pertunjukan politik.”

Penyalahgunaan Kekuasaan

Wali Kota Los Angeles, Karen Bass, juga mengecam kebijakan tersebut, menyebutnya sebagai “penyalahgunaan kekuasaan presiden.” Menurutnya, rasa aman warga harus dijawab dengan kebijakan yang tepat, bukan pengerahan militer.

“Jika data menunjukkan kejahatan menurun, mengapa mengerahkan tentara hanya karena orang merasa takut? Itu bukan caranya,” kata Bass kepada CNN, seraya menilai langkah itu lebih mirip “stunt politik” dibanding solusi nyata. (CNN/Z-2)

Danantara Ambil Alih Penyelesaian Utang Proyek Kereta Cepat

Danantara Ambil Alih Penyelesaian Utang Proyek Kereta Cepat



loading…

Danantara mengumumkan akan segera mengambil langkah restrukturisasi utang untuk proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. FOTO/dok.SindoNews

JAKARTA – Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara mengumumkan akan segera mengambil langkah restrukturisasi utang untuk proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh. Langkah ini diambil alih Danantara untuk mengatasi beban utang yang menjadi sorotan.

CEO Danantara Rosan Roeslani memastikan proses restrukturisasi utang ini dilakukan secara menyeluruh tidak hanya menunda masalah.

“Kita akan umumkan langkah-langkah kita dalam langkah merestrukturasi dari KCIC atau Whoosh ini,” kata Rosan saat ditemui awak media di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa (5/8).

Baca Juga: Komisaris dan Direksi BUMN Tak Lagi Terima Tantiem, CIO Danantara: Pendapatan Bulanan Tetap Layak

Menteri Investasi dan Hilirisasi ini juga mengatakan skema penyelesaian utang PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) harus tuntas dan tidak meninggalkan persoalan baru. “Kalau kita melakukan suatu corporate action, itu tuntas. Jadi bukan hanya sifatnya menunda masalah,” tegas dia.

Terungkap, Hun Sen Ambil Alih Komando Kamboja saat Perang Melawan Thailand

Terungkap, Hun Sen Ambil Alih Komando Kamboja saat Perang Melawan Thailand



loading…

Mantan PM Hun Sen ambil alih komando Kamboja saat perang lima hari melawan Thailand. Foto/Facebook Samdech Hun Sen of Cambodia

PHNOM PENH – Ketika ketegangan selama berminggu-minggu meningkat perang perbatasan dengan Thailand pekan lalu, mantan Perdana Menteri (PM) Kamboja Hun Sen tampaknya mengambil alih respons negaranya. Pernyataan resmi pemerintah Kamboja mengonfirmasi peran Hun Sen tersebut.

Foto-foto yang beredar menunjukkan Hun Sen duduk di ujung meja panjang, berbicara dengan para perwira militer dan meneliti peta-peta terperinci, radio genggam, serta secangkir kopi Starbucks dalam jangkauan tangannya.

Mantan pejuang gerilya ini bukan lagi pemimpin Kamboja setelah mewariskan jabatan perdana menteri kepada putra sulungnya pada tahun 2023 setelah hampir empat dekade berkuasa, dan kini menjabat sebagai ketua Senat.

Bacaa Juga: Perang Thailand vs Kamboja: Sekutu AS Bersenjata Kuat vs Musuh Lemah tapi Didukung China

Namun, Hun Sen memainkan peran yang sangat besar dalam peristiwa-peristiwa yang mengarah pada pertempuran paling mematikan antara Thailand dan Kamboja dalam lebih dari satu dekade dan—menurut tiga sumber diplomatik—menunjukkan pengaruhnya yang berkelanjutan selama konflik lima hari tersebut.

Pada hari Jumat, setelah artileri yang ditembakkan dari Kamboja mendarat di wilayah sipil di provinsi-provinsi perbatasan Thailand, militer Thailand langsung membidiknya.

“Berdasarkan bukti yang ada, diyakini bahwa pemerintah Kamboja, yang dipimpin oleh Samdech Akka Moha Sena Padei Techo Hun Sen, berada di balik serangan-serangan mengerikan ini,” demikian pernyataan resmi pemerintah Kamboja, menggunakan sebutan kehormatan untuk politisi veteran tersebut.

Beberapa jam setelah bentrokan pecah, Hun Sen (72), membagikan serangkaian unggahan di Facebook, platform media sosial favoritnya, untuk menggalang dukungan rakyat dan mengkritik Thailand.

Dalam salah satu foto yang diunggahnya, Hun Sen terlihat sedang melakukan panggilan konferensi video dengan belasan orang, termasuk beberapa tentara. Di unggahan lain, dia membagikan foto dirinya mengenakan seragam tempur.

“Terkait bentrokan di perbatasan, yang mengejutkan saya adalah sejauh mana dia berusaha menciptakan kesan seolah-olah dia yang bertanggung jawab—mengenakan seragam, terlihat mengarahkan pergerakan pasukan, dan melakukan intervensi di Facebook,” ujar seorang diplomat yang berbasis di Kamboja kepada Reuters.

Seperti semua diplomat lain yang diwawancarai untuk berita ini, dia meminta untuk tidak disebutkan namanya karena sensitivitas isu tersebut.

Lim Menghour, seorang pejabat pemerintah Kamboja yang menangani kebijakan luar negeri, mengatakan Hun Sen bertindak sebagai komandan logistik utama bagi pasukan di garis depan.